Share

MindBlowing

Penulis: Mega Silvia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Pak di mana-mana. Kalau mau cintanya diterima, ngomongnya itu yang lembut. Kalau perlu, sambil bersimpuh supaya bisa diterima. Bukannya jutek kayak Bapak." Vanilla merasa bisa bercuap semua yang ada di benaknya. Karena, saat ini yang ia hadapi bukan Dikala, si direktur utama. Tapi, pria yang lagi merayunya dan sebagai wanita, ia boleh dong bersikap jual mahal?

"Kamu ngomong apa, sih?" Kala menggeleng. Ia semakin tidak paham ke arah mana pembahasaan Vanilla. Padahal, cukup jawab kalau ia puas dengan semua kebijakkan Kala. Kalau itu ia katakan, Vanilla sudah bisa pergi dari ruangannya.

"Saya rasa walaupun kamu mengkhianati saya, kamu gak ada gunanya sama sekali. Kamu juga gak mungkin bisa mengalahkan saya!" Kala jengah. Ia mengangkat tangan meminta Vanilla pergi. Baru kali ini dirinya dihina dan itu membuat Kala marah.

Sama halnya dengan Vanilla yang merasa sudah salah menilai Kala.

"Maksud Bapak apa bilang saya gak ada gunanya? Saya setiap hari lembur karena tugas-tugas dari Bapak terus! Bapak kok seenaknya bilang saya gak berguna?" Dari suaranya, Vanilla terdengar amat kecewa.

Kala yang tadinya sudah berbalik jadi kembali menghadap Vanilla. Ditatapnya gadis itu. Ia sebetulnya tidak bisa melihat wanita menangis. Bawaannya, selalu saja ingin menghibur. Kebetulan, hatinya tidak terbuat dari besi.

Kala membuka mulut. Mungkin ia bisa menarik kata-kata tidak berguna menjadi kurang berguna. Yah, minimal lebih baik,'kan?

"Bapak tadi nembak saya. Ta---tapi juga ngatain saya gimana, sih?" Kalimat protes itu semakin memperkeruh suasana.

"Sebentar kapan saya nembak kamu?!" sungut Kala dengan mata melotot. Gak jadi deh menghibur Vanilla. Habisnya dia fitnah gitu.

"Tadi Bapak tanya, apa saya suka sama Bapak. Saya gak tahu dari mana Bapak bisa menarik kesimpulan kalau saya suka. Tapi, yah, emang saya suka. Gak ada yang gak suka sama Bapak. Tampang ganteng, punya jabatan yang wah, tajir pula! Bahkan, nenek-nenek yang sudah sekarat juga mau sama Bapak. Tapi, saya butuh waktu, Pak. Jangan paksa saya terima cinta bapak secepat ini!"

Matanya melirik ke Kala. Ia harap, bosnya itu memberikan ruang dan waktu. Gak lama, kok paling hanya satu-dua hari sampai Vanilla menjawab 'I do.' Karena kalau kelamaan, tawaran jadi kekasih Kala keburu expired, kan?

Sayangnya Kala justru membatu. Ia gak bisa bicara karena terlalu mindblowing.

Jadi, dari tadi, Vanilla menyangkanya sedang menembak untuk jadi pacar? Astaga! Mana mungkin?!

Namun Kala tak mengatakan ketidaksetujuannya secara langsung. Ia tidak ingin membuat Vanilla malu di depannya. Kala kembali duduk di kursi sambil menutupi mulutnya yang ingin tertawa.

"Terserah kamu. Cepat kembali kepekerjaanmu!" ucapnya karena Vanilla masih berdiri dihadapannya.

Vanilla menyipitkan mata, "Bapak gak mau dengar jawaban saya?!"

Kini malah Vanilla yang sangat ingin ditanyai Kala. Tapi, Kala menggeleng.

"Saya sudah tahu jawabannya. Dari reaksi kamu dan penilaian kamu ke saya, pasti kamu bakalan jawab bersedia," beber Kala santai.

Vanilla mendelik, 'Dih, kepedean!' runtuknya dalam hati.

"Sudahlah Vani. Silahkan kembali bekerja!" Kala tersenyum lembut. Dan itu membuat Vanilla terperangah. Ia sampai meragukan semua kata makian yang sering ia lontarkan buat pria itu, seperti:

1. Pak Kala sakit jiwa!

2. Apa dia artificial intelligence. Kok bisa, sih gak ada capeknya?! Tapi,'kan akunya manusia. Aku capek banget soalnya minggu ini lembur terus!

Bahkan, sebelum masuk ke ruangan Kala, Vani berjanji ingin mengundurkan diri.

Namun, hanya satu buah senyuman dari Kala, semua sumpah serapahnya seakan tak ada artinya lagi. Dia hanya tahu mengikuti perintah atasannya itu.

"Baiklah, Pak!" Vanilla akhirnya mundur meski dia masih mupeng tingkat langit ke-7 waktu di senyumin Kala.

"Berarti, hari ini, laporan untuk rapat minggu depan bisa selesai, 'kan?" Kala berkata dari balik laptopnya. Ia jadi tidak bisa melihat reaksi Vanilla yang mau membom bangkunya saat itu juga.

"Pak, yang benar saja. Kemarin, Bapak bilang bisa diselesaikan hari rabu. Ini masih senin, Pak!" Takutnya, Kala lupa hari, 'kan? Apa ... jangan-jangan, weekend dia juga gak istrirahat dan malah bekerja?!

Kala terlihat berfikir, ia menyentuh pelipisnya dengan telunjuk.

"Kalau bisa lebih cepat. Kenapa gak?!" putusnya. Ayolah, baginya, Vanilla hanya kurang motivasi hidup. Dia saja bisa. Kok, bekerja seharian penuh tanpa merasa lelah? Yah, ciri-ciri kutu buku yang berevolusi menjadi workaholic gitu, deh!

Vanilla menggeleng cepat. Tidak, hari ini ia ada janjian makan malam sama kakaknya, Senja. Kalau situ mau lembur, lembur saja sendiri. Tapi, jangan ajak orang!

"Gini deh, Pak. Saya selesaikan di hari Selasa. Tapi, hari ini izinkan saya pulang on time!" Vanilla menangkup kedua tangannya dan juga setengah membungkukkan badan.

Kala tertawa sampai memperlihatkan jejeran giginya. Dari sini, ia memang terlihat sangat ramah. Padahal, ada iblis pencinta kerja yang bersarang dalam jiwanya. Kala kembali menghadap Vanilla. Ia mengapit tangkupan tangan Vanilla.

"Jangan gitu!" titahnya tulus.

Vanilla tersenyum. Yes! Seenggaknya, bosnya masih punya perasaan, 'kan?

"Berarti, saya boleh pulang cepet, Pak?!" Vanilla amat bahagia. Janji, habis ini, ia gak akan bikin keributan lagi. Vani akan jadi anak baik. Eh! Karyawan yang baik.

Bibir Kala cemberut. Ia juga memegangi jidat Vanilla. Membuat Vanilla melirik ke arah tangan besar penuh kelembutan itu.

"Kamu gak panas. Terus, kenapa minta pulang cepat?!" Kala jadi heran.

Astaga, Kala mendekat cuma untuk memeriksa suhu tubuh Vanilla. Lagi, kalaupun panas betulan apa iyaah diperbolehkan pulang sama Mister tega itu? Paling, cuma disuruh minum obat. Kayakya, Vanilla baru bisa bebas kalau dirinya sudah dikafani, deh!

"Pak, tapi,'kan..."

Kala sudah berbalik dan memasukkan tangannya ke kantong celana.

"Dalam kontrak kerja yang kamu tanda tangani, tertulis jika kamu bersedia lembur saat dibutuhkan!" Kala selalu bisa mengingat isi kontrak dengan baik tanpa membukanya.

Otaknya bagaikan kumpulan galeri foto. Sekali melihat, ia langsung bisa hafal dan menganalisis dengan cermat.

Ia membuktikan kemampuannya. Meski beberapa tahun terakhir cuma bisa memonitor dari jauh, tapi ia termasuk pengusaha muda yang sukses. Kala bisa meningkatkan pemasaran ke pangsa benua Eropa. Bukan hanya itu, pertama kalinya orang yang menjabat direktur utama bisa menuntut jajaran direksi tanpa merasa takut? Ya cuma, Kala!

Contohnya, Justin, kepala manajemen yang bekerja menggantikan posisi Kala selama ia tidak di sini. Ada juga, beberapa manajer lain yang pastinya sudah bekerja sangat lama. Lebih lama dari usianya yang baru 22 tahun itu. Tetapi, semua tidak membuat mental Kala ciut. Ketika salah, maka ia katakan salah tanpa menutupinya. Ia seperti batu permata keluarga Tjandra.

Tunggu! Bukan, deh! Ia robot yang dikendalikan hanya tahu soal keuntungan tanpa mempertimbangkan yang lain.

"Saya tahu, Pak. Saya sudah menandatangi kontrak itu. Tapi, yang gak saya tahu kalau ternyata saya harus lembur setiap hari. Saya juga punya kehidupan lain, Pak!" Vanilla jadi meradang.

Bab terkait

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Kopi Petaka

    "Lantas, apa bedanya? Bukankah tiap hari kamu lembur? Memangnya kalau pulang cepat satu hari, hidup kamu bisa jadi berbeda?!" Vanilla menarik nafas dalam-dalam, tapi ia tahan sebelum jatuhnya ke belakang alias kentut. "Banyak sekali perbedaannya, Pak. Hari ini tuh saya mau bertemu kakak saya. Kalau saya gak ketemu dia, yang ada dia marah sama saya. Kalau dia marah, nanti ngadu ke Ibu saya. Kalau udah ngadu, saya dikutuk jadi batu. Mau, Pak?" Ia sampai membeberkan perjalanan hidupnya yang cuma ada dalam otaknya itu. Kala mencibik. Batu apa dulu, kalau batu giok yah boleh-boleh saja.Kala menaiki tangannya. Kebetulan, ia juga punya kakak yang sangat ia sayangi. Kala jadi teringat Alin. Karena itu, hatinya sedikit melunak."Ya sudah, hari ini kamu bisa pulang cepat!" Berterima kasihlah pada Alinea yang sering menyirami batin Kala dengan kasih sayang.Tidak ingin membuang kesempatan, Vanilla berlari ke ruangannya dan langsung membereskan meja kerja. Urusan dokumen menumpuk? Ia pura-p

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Rencana Licik

    "Lho, Bapak?!" Berbeda dengan Kala, Vanilla memiliki penilaian yang baik untuk head of management itu. Meski ia masih muda, tapi Justin selalu inovatif. Terutama ia manusiawi!"Saya yang harusnya heran. Kenapa selarut ini kamu masih ada di kantor?" Perjalanan dari lantai 11 sampai lantai 1 jadi sangat menyenangkan setelah banyak mengobrol dengan Justin di dalam lift. Yah, meski Vanilla tidak bisa mengutarakan uneg-unegnya ke Justin. Ia hanya bilang, sedang lembur saja waktu Justin tanya alasannya masih di kantor. Setelah keluar lift, lelaki itu lebih dulu jalan. Vanilla mengerti semua karena Justin tidak ingin dianggap akrab dengan salah satu karyawan lantas pandangan orang jadi berubah dengannya. Vanilla tahu dari temannya, Melinda. Waktu itu tersiar desas-desus kalau ia dekat dengan Justin. Tapi Justin langsung menegurnya dan tidak mau disebut begitu. Ia cuma takut, seandainya Melinda naik jabatan. Nanti dikira, karena ia me'lobby manajemen. Sikapnya sungguh gentleman di mata

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Lelaki Gila Kerja

    Justin, pria 34 tahun yang sudah bekerja selama belasan tahun dan akhirnya bisa menduduki posisi head of management, kini harus dibuat gigit jari setelah anak piyik seperti Kala melenggang dan ditempatkan diposisi direktur, tempat yang menjadi harapannya. Tindakan Kala yang mencurigai sistem penerimaan karyawan juga membuatnya muak. Justin merasa itu sama saja Kala mencurigainya. Meski di depannya Kala terlihat menghormati dia sebagai orang yang lebih tua, tapi sesungguhnya Kala sedang mengibarkan bendera permusuhan diantara mereka."Berani-beraninya dia mengusik upeti ku!" Yah, hampir 50% mahar rekrutment karyawan baru jatuh ke tangannya. Bukan hanya itu, hampir dari setiap proyek, Justin selalu meraup keuntungan maksimal untuk dirinya. Ia merasa gak perlu takut karena menilai keluarga Tjandra sudah sangat mempercayainya. Hanya mata Kala yang tidak bisa ia tutup. Bagaimanapun, Justin berusaha meyakinkan. Kala selalu menaruh curiga padanya. Seperti kemarin, Kala melakukan kunjung

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Penjahat Sesungguhnya

    "Aku pulang!" Vanilla berjalan tertatih sambil menyeret tas jingjingnya. Seharian memakai high heels membuat kakinya sangat perih. Tapi semua pasti terbayarkan setelah melihat Kak Senja."Heh! Anak ini. Kamu dari mana saja?!" Namun, bukan sambutan baik yang didapat. Senja malah menunggunya di depan sambil bawa tutup panci seperti mau perang."Kamu sudah gak peduli sama Kakak, ya? Mau kabur kalau Kakak ke rumah kamu, kan? Jawab, Dek?!" Dengan bantuan sodet, ia memukul tutup panci. Menghasilkan suara nyaring yang memekakan telinga siapapun. Mungkin rungu-nya Vanilla sudah berdarah saking kerasnya."Kak, please, deh!" Tidak tahu saja kakaknya bahwa untuk sampai di sini, Vanilla butuh effort yang besar. Termasuk, mempertaruhkan kariernya."Ayok bilang! Kamu pasti habis jalan sama pacar kamu, 'kan? Siapa dia? Gimana orangnya? Apa dia sudah tahu tentang kamu?!" Senja semakin merancau. Akhirnya, Vanilla masuk seraya tersungkur di lantai."Aku gini karena bos kejam itu. Aku diminta lembur te

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Penyiksaan di Kantor

    Kala mengetuk karena ingin meminta laporan dari Justin. Ini saja sudah satu kebaikan yang dia lakukan. Di mana lagi mendapat atasan yang turun tangan langsung untuk mendapatkan laporan dari bawahannya? Seharusnya, Justin tahu diri. Dia tidak sehebat itu sampai berfikir perusahaan sangat membutuhkannya. Beberapa hari Kala lembur demi mengecek hasil kerja Justin. Dan, dia lebih banyak kecewa dengan keputusan yang pernah pria itu ambil.Justin menyeringai di dalam otak liciknya. Melihat Melinda tersiksa, menjadi pemandangan luar biasa untuknya. Tetapi, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Tangan satunya meninju tembok kencang. Sedang satu lagi, menjambak rambut Melinda keras. Melinda juga mendengar itu dan jadi gugup. Bahkan, ia tidak sengaja memuntahkan air yang sempat masuk ke mulutnya."Aahhk ... sialan!" pekiknya tanpa sadar. Kala merasa ada seseorang yang berbicara kasar. Tapi, dia tidak jelas mendengar isi perkataannya."Pak Justin, tolong buka pintunya!" peringat Kala dengan sua

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Kepribadian Aneh

    "Maksudmu? Mereka bisa datang di atas jam 10 malam dan menginap di pabrik?" Bima terkejut mendengar suara lantang Kala. "Bukan menginap, Pak. Tapi kerja. Lagipula.., gak setiap hari. Hanya disaat produksi sedang tinggi-tingginya. Kita membuka shift malam, Pak," terang Bima. Wajar jika Kala tidak tahu pengaturan pabrik. Karena ia juga baru gabung menjadi salah satu direksi disini.Kala terdiam. Kalau begitu, artinya enam bulan ke depan kemungkinan produksi malam dijalankan. Kebetulan perusahaan Adikara Tjandra mendapatkan proyek besar dan diminta proses cepat. Artinya bisa saja tindakan kekerasan maupun pelecehan terjadi di tempatnya. Tidak, Kala tidak ingin sampai terjadi. Kemaslahatan buruh dari datang sampai pulang juga merupakan tanggung jawab dirinya. Kala merasa gak bisa berpangku tangan melihat ketidak adilan di depan matanya. Ironi, perusahaan yang semestinya jadi ladang mencari amal ibadah dan berkah-Nya. Berubah jadi ketakutan dalam dada. Kala resah, andai kepimpinannya di

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Salah Paham Di Kantor

    "Tolong ambilkan setelan jas saya," titah Kala lantas menutup telepon. Ia menunggu seraya menatap Bima masih jutek. 'Dia bikin aku pusing. Bisa-bisanya ingusan di badanku. Ahk, ini bisa hilang gak,ya?' Kala jadi over thingking. Sifatnya yang anti banget kotor malah merepotkannya. Sungguh, entah sejak kapan dirinya punya sugesti diri harus bersih sehingga terhindar dari kuman. Seingatnya waktu sekolah ia malah suka kotor-kotoran. Karena melamun, Kala jadi gak beranjak di tempatnya.'Wow... badan Pak Kala jadi banget. Otot leher, dada hingga perut semua terlihat kencang. Dia gym dimana. Aku mau juga dong. Supaya pacarku makin suka sama aku,' benak Bima mengamati tiap lekuk tubuh Kala tanpa berkedip. Ketika yang sama Vanilla masuk dengan setelan kemeja biru muda dan Jas hitam untuk Kala.Kok, ia merasa déjavu. Kenapa harus ada diposisi orang ketiga. Karena sungguh, di mata Vanilla. Kala seolah membanggakan tubuhnya ke Bima dan Bima sedang mengagumi sambil duduk selurusan kearah Kala.

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Pembalasan Kala

    "Kamu benar." Kala bergumam untuk fikirannya itu. Senyum tampan juga nampak di wajahnya. Pun sedikit kelegaan terlihat dari raut Vanilla. Dia sebenarnya ingin bertanya konteks benar yang Kala ucapkan. Tapi Vanilla lebih dulu mau menyelamatkan kebohongannya. Lebih baik tidak perlu memperdulikan apapun yang Kala fikirkan, daripada lelaki itu sadar kalau tadi dia sempat ingin memukul kepala Kala dari belakang."Ya, Pak. CCTV- nya gak usah diperiksa. Dipajang saja disana," katanya lagi meyakinkan agar Kala tidak membahas lagi. Kala mengangguk, dia malah memekik."Ikut saya!" Lelaki itu berdiri lebih dulu. Semakin ketar-ketirlah Vanilla. Kenapa sih dia selalu saja punya fikiran mau celakai Kala. Habis itu baru menyesal. Memangnya enak, jantung serasa diremas-remas karena takut ketahuan. Makanya kalau punya hati sama otak disingkronkan dong!Vanilla cuma bisa merapal doa. Agar langkah Kala tidak terbawa keruangan control CCTV. Tapi ternyata anggapannya salah. Kala mengajak Vanilla ke tempat

Bab terbaru

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Pria Di Masa Lalu

    "Kalau begitu. Kapan kamu bisa mulai bekerja?" Alinea terlihat antusias. Baginya, tidak perlu meragukan kehebatan Malik sebab dari dulu anak itu sudah rajin."Saya bisa mulai kapan pun," jawab Malik, diplomatis.Alinea semakin puas dengan jawaban Malik. Dia memerintah, Riski-- selaku petugas tata usaha untuk memproses administrasi penerimaan guru baru. "... Kalau begitu, mari saya antar kamu melihat sekeliling!"Karena Alinea punya waktu, dia sendiri yang akan mengantarkan Malik melihat-lihat area sekolah, dan yang pertama mereka sambangi yaitu lapangan basket indoor. Tempat yang akan sering Malik kunjungi.Berhubung anak murid sedang berada di kelas, jadi lapangan basket itu sepi.Hanya ada hembusan angin dari ventilasi udara juga hentakkan kaki mereka berdua."Ini lapangan basketnya ... ."Tangan Alinea terjulur ke depan, mempersilahkan Malik melihatnya sendiri."Oh. Mungkin kamu sudah sering lihat. Tapi, ya ... 4 tahun ini ada beberapa yang berubah karena sekolah sudah merenovasi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Kenangan Masa Lalu

    "Memangnya mana yang membuatmu kerepotan?" Kala berusaha biasa saja, padahal dia mengerti Vanilla sedang marah. Tapi Kala mau mengajarkan Vanilla bentuk tanggung jawab. Bisa dibilang, Kala berselera pada wanita tangguh serta pantang menyerah."Semuanya," jawab Vanilla enteng. Kala menggeleng, "Ya sudah. Sini saya bantu." Kala mendorong Vanilla agar menjauh, lalu dia ke arah ruang Vanilla. Vanilla terangga, nampaknya mimpi jadi sepasang kekasih yang harmonis mesti berakhir."Kenapa sih aku mesti sayang sama cowok nyebelin kayak gitu!" Vanilla sudah duduk di bangkunya. Sementara Kala ada di belakang, sedang menyilangkan tangan di dada."Kamu sudah mengerjakan setengahnya kan?" "Hah!" Vanilla menoleh sedikit. Habis sudah. Dia belum sampai detail tugas hanya mengerjakan tugas minggu kemarin.Lagian, siapa suruh Kala mengacaukan perasaan sampai Vanilla malas bekerja.'Ya ampun ... ada tali aja gak sih, tali. Rasanya mau gantung diri aja di pohon toge.' Satu sisi, Vanilla gak mau terl

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Suka Duka Pacaran Sama Bos

    "Itu kakak saya yang buat. Hari ini dia ke rumah saya, dan memasakkan saya nasi goreng." Kala menjelaskan dengan tenang. Matanya terus melihat ke arah Vanilla seolah menunggu tanggapan kekasihnya itu.Vanilla berubah tegang. Dia sudah marah tanpa mau mendengar penjelasan lebih dulu. Mana salah sangka lagi. Segera dia menelan ludah kasar. Gleekk!"Maaf," cicit Vanilla menggigit lidah. Daripada dia yang menggigit lebih baik Kala. Kala menaiki dagu Vanilla dengan jempolnya. Lalu mencium bibir Vanilla kilat. Itu membuat Vanilla melepaskan gigitan. Senyum tidak bersalah tersunggil, kemudian pria itu meminta Vanilla untuk tersenyum. "Ayok mana senyumnya!" Kala menarik sudut bibir Vanilla pakai jari. Kontan Vanilla menggeleng. "Kamu tuh seneng,ya kalo aku jadi badut kamu!" Kala tidak bereaksi. Tapi dia heran darimana prasangka itu. Yang membingungkan ucapan Vanilla selanjutnya. "Tapi aku bersedia kok dianggap badut buat kamu." Vanilla tersenyum ceria.Jika dengan semua tingkahnya dia bi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Ada Yang Cemburu

    Alinea mampir ke rumah Kala. Baru tumben melihat dia masih tidur di jam segini. Sembari menggulung tangan di dada. Alinea jadi tersenyum tipis. Saat Kala terlihat tidak sempurna, dia baru seperti manusia. Sedang, selama ini adik kesayangannya itu persis robot humanoid yang berjalan sesuai dengan isi perintah. Satu sisi, Alinea juga iba. Mengapa Kala diwajibkan meneruskan pabrik keluarga meski Kala tidak ingin. Ada rasa bersalah bergelayut di dada Alinea. Andai dia bisa menanggung itu semua. Biar dia saja yang dipekerjakan bagai sapi perah.Walaupun orang lain menilai Kala sebagai pria dewasa yang pekerja keras juga tidak bisa mentolerir kesalahan. Tapi, di mata Alinea dia tetap adik bungsunya yang menggemaskan. Terkadang Alinea bisa mendengar jeritan hati Kala, sayangnya dia sendiri terikat dalam silsilah keluarga milliader yang untuk mempertahankan itu mereka mesti pontang-panting.Yah, mau jadi miskin atau kaya. Tetap dibutuhkan usaha untuk bertahan hidup. Hanya caranya saja yang b

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Cinta Palsu

    Kala tersenyum lebar. Tangannya merangkul pinggul Vanilla supaya lebih dekat dengannya."Kalau gitu, kamu gak akan keberatan kan, kalau aku meluk kamu kayak gini?" Vanilla menggeleng dengan senyum simpul, membalas pelukkan Kala dengan meletakkan tangan di dada si bos. Tentu dia tidak akan protes Kala memperlakuannya lebih intim dari seharusnya. Inilah yang Vanilla harapkan dari Kala."Itu artinya, Bapak juga cinta sama saya?" tanyanya semangat. Kala berdehem, sebenarnya Kala belum mengerti siapa yang ada di hatinya. Nada--cinta pertamanya, atau Vanilla. Tapi keduanya tidak bisa dia lepaskan begitu saja. 'Maafkan aku, Van.' Kala bermonolog. Dia yakin kebingungan ini akan segera berakhir jika dia bertemu keduanya secara langsung. Tapi masalahnya, bagaimana caranya bertemu dengan Nada. Kala sudah beberapa kali menunggunya di tempat yang sama dan saat ini dia lelah untuk menunggu lagi. Mungkin, hadirnya Vanilla bisa menjadi pengganti Nada dalam hatinya. Kala mendekatkan wajahnya di

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Do You Love Me?

    Keadaan berubah canggung. Vanilla yang di atasnya terlihat begitu cantik di mata Kala, meski kenyataan, pipinya belepotan saus pizza. Vanilla menyadari ada bekas makanan di bibir bawahnya. Dia jadi menjulurkan lidah sedikit lantas berniat menjilat sisa makanan itu. Saat dia lakukan, Kala meruntuki pemandangan di depannya. Dia fikir, berani sekali gadis itu menggodanya. Cepat Kala menahan tengkuk Vanilla dan menaiki kepala, dia melumat bibir Vanilla tergesa. Kala tidak ingin membuang kesempatan yang Vanilla berikan atau sebenarnya dia sudah gagal menahan hasratnya."Em... Em...!" Vanilla melenguh. Tidak mengerti mengapa sang bos begini. Tetapi dia lumayan menyukai lumatan itu karena dia mencintai Kala. Dia sadari perasaannya pada bosnya itu semakin lama semakin dalam dan rasanya sulit untuk disangkal. Dan, dia tidak bisa mengabaikan kebahagiaan yang meletup-letup dalam dada. Vanilla jadi banyak bergerak, dari mencengkram baju Kala sampai menggigit bibir bawah Kala. Kala menarik bibi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Wanita Selalu Benar

    Tidak ada satu pun suara yang keluar dari bibir Kala juga Vanilla. Setelah aksi Vanilla menomproknya tanpa aba-aba lalu mereka berakhir di lantai dengan posisi Kala yang seolah masih duduk dan Vanilla menindihnya saja seharusnya sudah bisa mengundang suara teriakkan Kala. Bagaimana tidak, punggungnya sakit terhantam batang senderan kursi jangan lupakan kepalanya yang kejedot tanpa penghalang apapun. Semoga saja dia tidak geger otak.Alih-alih marah, Kala malah menatap intens bola mata Vanilla. Terlihat begitu jernih. Bibirnya yang mungil amat menggairahkan. Dia sendiri tidak tau apa yang Vanilla fikirkan tentangnya. Tapi yang pasti, Kala tidak ingin menyesali kejadian ini. Jantungnya berdetak lebih cepat dengan perasaan yang menghangat."Pak! Bapak gak kenapa-napa? Bapak sakit,ya?" "Ahk, kamu bisa gak turun dulu dari atas saya?" Vanilla langsung menyadari posisinya segera bersinggut ke samping dia juga menarik Kala. "Huft! Kamu kuat juga,ya!" Entah itu kalimat pujian atau sindiran.

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Vanilla Sang Penggoda

    Tidak tau harus marah bagaimana lagi. Vanilla jadi bertanya. "Emangnya Bapak pesen apa buat makan malam kita?" "Bebek goreng sambel ijo," gumam Kala mencoba memastikan apa Vanilla suka dengan pilihannya. Sayangnya Vanilla menggeleng beberapa kali."Kenapa? Kamu gak suka bebek goreng?!" "Bukan gitu, Pak. Kan yang makan saya. Karena Bapak kan tidak terbiasa makan malam. Terus kenapa Bapak gak tanya saya dulu?" Betulan dikasih hati minta limpah, nih anak. "Terus kamu mau makan apa?" Kala menanggapinya santai saja. Mungkin dia sudah mulai terbiasa mendengar aksi protes Vanilla. "Pizza. Kalo gak pizza, saya gak mau kerja!" Dia melipat tangan di dada. Tapi sebenarnya Vanilla ragu apa Kala mau menuruti keinginan dirinya. Tapi gak tau ahk, namanya juga coba-coba.Kala menarik nafas lalu mengeluarkan perlahan. "Ya, kamu boleh pesan." Kali ini Kala akan memberikan keluluasan untuk Vanilla memilih makanannya. "Sambil pesan. Kamu bisa cariin saya file gak?" Kala, si mister anti sia-sia langs

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Bertandang Ke Rumah Bos

    Mobil Justin semakin liar mengejar Melinda dan tidak ada pilihan lain untuk Melinda selain mempercepat laju motornya. Sampai juga dia melihat secercah kesempatan, yaitu sebentar lagi Melinda keluar dari parkir dalam gedung itu. Berbarengan dengan hampir sampainya Melinda, Justin memperlambat laju mobilnya."Hah! Hah! Ya ampun, Pak, hampir aja!" keluh pak Satpam sembari mengelus dada. Beliau berusaha mengejar sampai bawah. Justin mencoba keluar dari mobil lengkap dengan alat bantunya. "Maaf, Maaf banget." Justin mendekati Melinda yang kebetulan memberhentikan motor sangking lemasnya. "Kamu gakpapa?!" Tatapannya terlihat sangat cemas. Pak Satpam memandangi percakapan Melinda dan Justin. "Kaki saya sakit. Ini saja saya memaksakan diri membawa mobil sendiri. Tanpa sadar saya malah bisa mencelakai orang lain!" Pak Satpam itu mengangguk-angguk. Mungkin dia gampang untuk ditipu Justin. Tapi Melinda tidak. Satu yang dia sadari... Justin bisa sangat gila, bahkan mampu menghabisi nyawanya.

DMCA.com Protection Status