"Terima kasih sudah terbang bersama kami," ucap Joya dengan bahasa Jepang yang sangat fasih sambil menunjukkan senyuman terbaiknya.
Penumpang pun berjalan melewatinya sambil tersenyum, senyuman palsu Joya memang sangat berpengaruh untuk semua orang terkecuali Fajar.
"Kak Joy, tadi aku hampir pingsan," ucap Tris setelah semua penumpang keluar dari pesawat.
Mereka langsung bersiap melakukan pengecekan terakhir sebelum men
"Jadi kamu pelakor yang ngerebut Fajar dari Naomi?""Maksudnya apa, Manda?" tanya Joya waswas saat mendengar tuduhan yang Manda berikan pada dirinya."Maksud aku, kamu yang rebut Fajar dari Naomi!?" tanya Manda kesal."Nggak saya nggak rebut Fajar dari Naomi, saya bukan pelakor Manda!?" ucap Joya seraya berjalan melewati Manda namun, gagal. Jalan yang sempit membuat dirinya tidak bisa melewati Manda yang ada di depannya
"Kak Joya, aku keluar dulu, yah," ucap Tris seraya mengikat rambutnya ke atas, membentuk ponytail."Mau ke mana?" tanya Joya yang baru saja selesai mandi."Mau ketemu Liam." Tris tersipu-sipu malu saat menyebutkan nama Liam, co-pilot Liam lelaki blasteran Indonesia-Italia, sepertinya sedang dekat dengan Tris."Wow ... hot news nih, udah deket aja. Pulang nggak malem ini?" tanya Joya sambil mengedipkan sebelah matanya.Tris mengambil jaket musim dinginnya, dengan cepat ia mengedipkan sebelah matanya. "Moga nggak pulang, yah."Tawa mereka berdua langsung memenuhi kamar hotel tipe superior itu, Joya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat adik batch-nya itu dimabuk cinta."Kalau aku nggak pulang, Kaka tahu aku ada di ranjang yang mana," kekeh Tris sambil menutup pintu kamarnya dan menghilang dari pandangan mata Joya.Joya hanya bisa tertawa kecil melihat Tris dan memberikan doa terbaik untuk kisah percintaan Tris dengan Liam. Mereka c
“Kamu ada masalah apa sama tunangan saya?” tanya Fajar sambil berjalan ke arah Joya dan menyembunyikan Joya di balik badannya, menjadi penghalang antara Manda dan Joya. “Kamu kalau mau ngomong keluhan ke saya?!”Manda dan Gisel memundurkan langkahnya ke belakang, rasa takut menyergap mereka berdua. Bukan, apa-apa mereka tidak mau berurusan dengan Kapten Fajar, fatal akibatnya bila berurusan dengan lelaki itu, bisa-bisa semua jadwal flight mereka berdua yang ada di bawah naungan Kapten Fajar di cancel dengan alasan mereka tidak bisa di ajak bekerja sama. Sialnya, mereka berdua memiliki jadwal paling banyak dengan Fajar.“Bukan begitu, Kapten.”“Bukan begitu bagaimana? Kalian nggak ada kerjaan atau kurang piknik, hah?” tanya Fajar sambil berusaha menyembunyikan Joya di balik badannya. Amarahnya benar-benar sudah di ubun-ubun saat melihat dan mendengar kata-kata yang dilontarkan Manda dan Gisel ke Joya.
Fajar menggeliat kan tubuhnya saat mendengar suara alarm ponselnya, dia harus bersiap untuk ke Bandara pagi-pagi sekali namun, rasa malas langsung menyelimuti Fajar. Tangannya mengelus-elus kasur di sampingnya yang masih terasa hangat, wangi bayi masih menguar di bantalnya. Wangi Joya.“Joy,” panggil Fajar sambil mengusap-usap kasur di sampingnya, mencari tubuh Joya yang semalaman ia peluk.Mata Fajar terbuka lebar saat menyadari Joya tidak ada di sana, suara decakkan terdengar dari bibir Fajar. Ia kesal jika terbangun tanpa melihat wajah orang yang ia sukai, seperti ada yang kurang.“Joy,” panggil Fajar seraya berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi, sayup-sayup terdengar suara gemercik air yang menandakan Joya sedang ada di dalam kamar mandi, entah apa yang Joya lakukan.Klik ....Fajar membuka pintu kamar mandi dengan sedikit kasar, detik itu juga Fajar melihat siluet tubuh Joya yang terlihat sangat indah dan sensual. Tu
“Ayo, cepat!?” seru Joya sambil menarik tubuh Fajar agar keluar dari dalam taksi dengan cepat.“Sebentar, Joy, aku lagi angkat koper,” jawab Fajar santai, berbanding terbalik dengan Joya yang tampak tergesa-gesa.Joya menggemeretakkan giginya saat melihat betapa santainya Fajar, padahal mereka sudah hampir terlambat untuk melakukan pengecekan sebelum flight ke Indonesia. Sudah terbayang wajah mbak Diana yang akan menatapnya dengan wajah di tekuk delapan. Asem.“Fajar, ayo,” ajak Joya sambil mengambil koper miliknya dari tangan Fajar. “Telat ini.”Joya mengutuki keputusannya yang mau saja mengikuti keinginan Fajar untuk melakukan kegiatan transfusi darah putih (Bercinta) tadi pagi, hingga membuat dirinya telat.“Nggak ah, nggak telat.” Fajar berjalan di samping Joya dengan santai.Joya memutar bola matanya kesal, mungkin untuk Fajar ini tidak telat namun, bagi dirinya ini sudah
Manda melihat kerumunan wartawan yang menggila dan mengular di hadapannya, sepertinya ini sudah waktunya para wartawan itu tahu siapa Joya Dimitra!? Wanita tidak punya hati nurani yang seenaknya saja merampas kebahagiaan wanita lainnya. Menjijikkan.“Wow ... banyak banget wartawannya,” ucap Gisel sambil berdiri di samping Manda.“Iya, cuman sayangnya mereka belum tahu kalau Joya perempuan simpanan Fajar,” ungkap Manda sambil berjalan ke arah parkiran, berusaha menjauh dari kerumunan wartawan yang sangat banyak.“Skandal besar sih ini, mana katanya Naominya hamil, dong,” ungkap Gisel sambil menunjukkan layar ponselnya yang berisikan berita mengenai kehamilan Naomi.Mata Manda membulat saat melihat itu semua, entah kenapa itu membuat Manda kesal bukan main. Artis kesayangannya harus merasakan penderitaan seperti itu, dia tidak terima! Ya ... Manda bisa dibilang fans berat Naomi, ia tidak segan-segan melakukan apa pun juga
“Berengsek?!” maki Fajar sambil menatap Joya dengan tatapan penuh amarah.Tanpa sadar Joya memundurkan tubuhnya beberapa langkah, ada rasa takut langsung membungkusnya. Sepertinya Fajar benar-benar marah pada dirinya karena menceritakan semua masa kelamnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?Kabur dan berlari, saat hampir satu Indonesia sedang mencarinya? Saat dirinya sudah basah dan berkubang dalam skandal yang telah Naomi buat akibat keputusannya merajut kasih dengan Fajar, tidak mungkin. Tidak mungkin dia mundur begitu saja, setelah apa yang telah terjadi saat ini.“Jar,” panggil Joya dengan suara serak karena menahan tangisnya.Fajar mengangkat tangannya seperti mengisyaratkan Joya untuk diam, “Hina!?”Detik itu juga air mata Joya tiba-tiba menetes dari matanya, hatinya langsung merasakan rasa sakit yang teramat sangat saat mendengar satu kata yang membuat dirinya sangat-sangat kotor. “Jar.”
Prang!?Gelas yang ada di tangan Joya tergelincir dengan suksesnya, membuat gelas itu hancur berkeping-keping dan pecahannya mengenai salah satu jemari kaki Joya."Aw ...." Joya menjerit dengan keras sambil meloncat mundur, merasakan pecahan kaca yang menyayat kakinya."Astaga, Joy." Dengan cepat Fajar berjongkok dan melihat kaki Joya yang terluka. "Duduk di sana."Joya dengan patuh berjalan ke arah sofa yang ada di ruang keluarga Fajar. Joya meringis melihat luka di kakinya yang lumayan parah dan mengeluarkan darah. "Aw ... sakit, Jar."Fajar datang sambil membawa kotak P3K, dengan lembut Fajar mengambil kaki Joya dan memeriksa kaki Joya. "Joy, kamu harusnya hati-hati."Suara
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F