Tanpa terasa sudah lewat dua hari semenjak Joya bertemu Fajar secara tak langsung dengan Fajar melalui video call dengan Szasza. Pekerjaan yang membludak dan mempersiapkan pernikahan Gege membuat Joya melupakan segala-galanya.
Szasza pun sudah beberapa kali menghubungi dirinya untuk ditemani pada esok hari karena ingin melihat venue pernikahan, Joya menyanggupinya setelah mendengar jaminan dari Szasza kalau Fajar tidak akan ada di sana.
Kring ... Kring ... Kring ....
Joya mengambil ponselnya dan membaca nomor yang meneleponnya, tidak ada namanya namun, ujung nomor teleponnya adalah nomor yang sama yang selalu meneleponnya selama dua hari ini, nomor yang selalu meneleponnya tanpa ada suara sama sekali.
"Halo ...." Joya langsung mengangkat teleponnya berharap kali ini ada suara yang menjawabnya.
"...."
"Hai, Halo, maaf ini siapa, yah? Kalau tidak ada kerjaan atau iseng tolong jangan ganggu saya," terang Joya berusaha bersabar karena dia takut
“Fajar?” Joya meremas gaun pengantinnya saat melihat manik mata hitam Fajar yang sedang membalas tatapannya dengan tatapan yang membuat setiap inci tubuhnya meledak karena rindu.Apa yang Joya takutkan benar-benar terjadi, sekali dia menatap dan bertemu Fajar dirinya bisa luluh lantah, kakinya ingin ia gerakkan untuk berlari ke arah Fajar dan memeluk tubuh lelaki itu dan bergelung di dadanya, namun, hatinya mengingatkan betapa menyakitkan semua perkataan dan kelakuan Fajar pada dirinya dulu.“Joy,” panggil Fajar yang terpana melihat Joya sedang mengenakan baju pengantin yang sangat cantik dan membalut tubuh Joya dengan sangat sempurna.Cantik, hanya satu kata itu saja yang bisa Fajar ungkapkan untuk keadaan Joya saat ini. Rambutnya yang diikat tinggi-tinggi membuat Fajar bisa melihat leher jenjang Joya, rasanya Fajar ingin memeluk Joya dan mengendusi setiap jengkal tubuh Joya dan menghirup wangi bayi kesukaannya.“Mama, canti
Joya membanting pintu ruang ganti dengan keras setelah tadi berjalan meninggalkan Fajar, jantungnya berdetak dengan cepat dan napasnya sesak. Rasa sakit hati, rindu, cinta, sayang, marah, dan benci berbalut menjadi satu kemudian menghantamnya ke dalam kesedihan yang dalam, tanpa terasa air mata Joya mengalir dari pipinya.Tubuh Joya merosot dan membuat dirinya terduduk di lantai meratapi kehidupannya yang benar-benar memusingkan. Tangisnya pecah saat karena tak siap bertemu dengan Fajar. Satu-satunya lelaki yang menyentuhnya dan ayah dari anak yang ia lahirkan penuh perjuangan lima tahun yang lalu, Senja.“Kenapa aku harus ketemu kamu, Jar? Kenapa harus sekarang?” tanya Joya sambil mengusap air matanya yang tidak bisa ia hentikan sama sekali.“Dan ... dan ....” Joya berjuang untuk menutup mulutnya, dia sama sekali tidak ingin kalimat itu keluar dari mulutnya. Dia sama sekali tidak ingin perasaan terdalamnya terangkai dalam sebuah kata, di
"Sza ... Szasza," panggil Fajar saat Szasza sedang menulis di meja resepsionis."Apa?" tanya Szasza judes, dia tau akan ke mana arah pembicaraan Fajar. Lelaki menyebalkan itu pasti akan memberondongnya dengan pertanyaan mengenai Joya dan Senja."Sini aku mau ngomong," pinta Fajar sembari menarik Szasza menjauh dari meja resepsionis agar mereka bisa berbincang lebih privat."Mau ngomong apa?" tanya Szasza sambil menepis tangan Fajar dengan kesal, Szasza paling tidak suka di kasari oleh siapa pun kecuali oleh Byan. Szasza tipe pasrah bila Byan sudah menarik-narik dirinya ke kanan dan ke kiri."Senja, Senja anak siapa?" tanya Fajar sembari menatap Szasza."Anak Joya," jawab Szasza santai.Fajar menggaruk kepala bagian belakangnya dengan kesal, "Iya tau anak Joya, se
"Senja, astaga beneran, yah, kalau kamu nggak bangun juga, Mama gelitikin kamu!?" ancam Joya yang gemas karena Senja sulit sekali untuk di bangunkan."Ma ... ngantuk ...," rengek Senja sambil berguling ke kanan dan ke kiri."Ayo dong bangun," pinta Joya sembari menyiapkan baju Senja dan perlengkapan mandi untuk anak semata wayangnya itu. "Kamu janji loh sama Miss, Miss nanti marah kalau kamu telat lagi.""Ngantuk ...." Senja berguling-guling di kasur, rasa kantuk masih mendera Senja."Siapa suruh tidurnya malam-malam, Mama udah bilang kan kalau tidur jangan malem-malem. Kamu nggak nurut, malah terus aja gambar ...."Ting tong ....Joya dengan cepat keluar dari kamarnya dan berjalan ke pintu rumah. Rumah kecil yang ia kontrak selama lima tahun terakhir ini, assisten rumah tangga yang selalu datang pada pukul sep
"Mama ...."Fajar melepas pelukan Joya dan berlari dengan cepat ke arah sumber suara, dia benar-benar mengandalkan suara teriakkan Senja karena dia sama sekali buta arah. Dia tidak tau denah tata ruangan rumah Joya, ini pertama kalinya dia ke sana."Joy, di mana Senja!?" seru Fajar yang takut terjadi sesuatu pada Senja."Kamar mandi, pintu kedua sebelah kanan," ucap Joya sembari berlari di belakang Fajar, jantungnya berdetak lebih cepat saat mendengar teriakkan Senja.Fajar dengan cepat membuka pintu kamar mandi dan terpaku melihat Senja yang sedang berdiri di pojokkan sambil menangis."Kenapa Senja?" tanya Fajar sambil berjalan ke arah Senja yang masih mengenakan pakaian tidurnya dan memeluk Senja dengan erat."Om ... Om ... Senja liat ....""Liat apa?" tanya Fajar seraya menggendong Senja dan memutar tubuhnya.
"Om mengemudikan pesawat air bus yang besar sekali, Om juga jalan-jalan keliling dunia saat Om bekerja. Kadang hari ini Om di Indonesia dan esoknya Om sudah ada di Hongkong." Fajar menggerakkan tangan kanannya membentuk pesawat terbang, terdengar Fajar menirukan suara pesawat terbang yang membuat lima belas murid K-B salah satu sekolah Internasional di Bali itu terpukau. Manik mata Senja sama sekali tidak beralih dari Fajar, dirinya sangat menikmati semua cerita yang Fajar ucapkan. Bahkan, matanya terlihat berbinar saat mendengar cerita Fajar tentang pekerjaannya dulu yang menjadi seorang pilot. Senja senang bukan main saat melihat Fajar datang di depan rumahnya pagi ini dengan membawa strawberry dan sebuket bunga berwarna kuning. Senyuman Senja tidak juga pudar hingga detik ini, ternyata semenyenangkan ini memiliki seorang ayah. Senja bahagia. Joya hanya bisa terpaku melihat betapa bahagianya Senja saat berinterak
“Kamu kenapa kasih alamat aku, sih?” tanya Joya pada Szasza yang sedang memilih-milih kue pernikahan.“Ke siapa?”“Astaga, belaga pilon pula, ya, ke Fajar lah,” ucap Joya sembari memotong kue isi coklat dengan garpunya.Szasza tersenyum kecil saat melihat betapa kesalnya sahabatnya itu, “Ingin aja, kenapa? Aku yakin kamu senang, kan,” tebak Szasza sambil mengacungkan garpunya dan memutar-mutar di wajah Joya.“Ih ... nggak, aku nggak senang, aku kesal,” sahut Joya sembari melap ujung mulutnya dengan serbet.Semenjak hari Ayah itu, Senja menolak untuk berangkat sekolah bila bukan Fajar yang antar. Walhasil, Fajar selalu ke rumah Joya setiap pagi sambil membawa strawberry untuk Senja dan sebuket bunga atau benda apa pun untuk Joya.“Kok kesal? Senja kelihatan bahagia, loh.” Szasza menunjuk Senja dan Fajar yang saat ini sedang duduk di luar ruangan dan bermain bola bersama B
"Enak?" tanya Fajar pada Senja yang asik menyuapkan es krim rasa strawberry ke mulutnya."Enak Om," jawab Senja sembari menunjukkan deretan giginya yang bagian depannya seperti kelinci."Senja, Senja tau siapa, Om?" tanya Fajar berusaha mencoba mencari tahu apakah Senja tau siapa dirinya."Tau," jawab Senja sambil terus menyendokkan es krim yang ada di mangkuk ke mulutnya yang mungil."Siapa?" tanya Fajar penasaran, dia ingin tahu apakah Joya menceritakan tentang dirinya pada Senja atau Senja hanya sebatas tahu kalau dirinya adalah Om yang ada di ponsel Joya.Fajar mengambil air minum dan meminumnya saat menunggu jawaban Senja."Papa Senja.""Uhuk ... uhuk ...." Fajar tersedak air minumnya saat mendengar perkataan Senja yang polos dan santai."Kenapa Om? Om sakit?" tanya Senja dengan tatapan yang membuat Fajar ingin m
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F