"Om mengemudikan pesawat air bus yang besar sekali, Om juga jalan-jalan keliling dunia saat Om bekerja. Kadang hari ini Om di Indonesia dan esoknya Om sudah ada di Hongkong." Fajar menggerakkan tangan kanannya membentuk pesawat terbang, terdengar Fajar menirukan suara pesawat terbang yang membuat lima belas murid K-B salah satu sekolah Internasional di Bali itu terpukau.
Manik mata Senja sama sekali tidak beralih dari Fajar, dirinya sangat menikmati semua cerita yang Fajar ucapkan. Bahkan, matanya terlihat berbinar saat mendengar cerita Fajar tentang pekerjaannya dulu yang menjadi seorang pilot.
Senja senang bukan main saat melihat Fajar datang di depan rumahnya pagi ini dengan membawa strawberry dan sebuket bunga berwarna kuning. Senyuman Senja tidak juga pudar hingga detik ini, ternyata semenyenangkan ini memiliki seorang ayah. Senja bahagia.
Joya hanya bisa terpaku melihat betapa bahagianya Senja saat berinterak
Jilat sendok ini, jilat sendok hahahahaaa... sape yang ketipu woi hahahhaa
“Kamu kenapa kasih alamat aku, sih?” tanya Joya pada Szasza yang sedang memilih-milih kue pernikahan.“Ke siapa?”“Astaga, belaga pilon pula, ya, ke Fajar lah,” ucap Joya sembari memotong kue isi coklat dengan garpunya.Szasza tersenyum kecil saat melihat betapa kesalnya sahabatnya itu, “Ingin aja, kenapa? Aku yakin kamu senang, kan,” tebak Szasza sambil mengacungkan garpunya dan memutar-mutar di wajah Joya.“Ih ... nggak, aku nggak senang, aku kesal,” sahut Joya sembari melap ujung mulutnya dengan serbet.Semenjak hari Ayah itu, Senja menolak untuk berangkat sekolah bila bukan Fajar yang antar. Walhasil, Fajar selalu ke rumah Joya setiap pagi sambil membawa strawberry untuk Senja dan sebuket bunga atau benda apa pun untuk Joya.“Kok kesal? Senja kelihatan bahagia, loh.” Szasza menunjuk Senja dan Fajar yang saat ini sedang duduk di luar ruangan dan bermain bola bersama B
"Enak?" tanya Fajar pada Senja yang asik menyuapkan es krim rasa strawberry ke mulutnya."Enak Om," jawab Senja sembari menunjukkan deretan giginya yang bagian depannya seperti kelinci."Senja, Senja tau siapa, Om?" tanya Fajar berusaha mencoba mencari tahu apakah Senja tau siapa dirinya."Tau," jawab Senja sambil terus menyendokkan es krim yang ada di mangkuk ke mulutnya yang mungil."Siapa?" tanya Fajar penasaran, dia ingin tahu apakah Joya menceritakan tentang dirinya pada Senja atau Senja hanya sebatas tahu kalau dirinya adalah Om yang ada di ponsel Joya.Fajar mengambil air minum dan meminumnya saat menunggu jawaban Senja."Papa Senja.""Uhuk ... uhuk ...." Fajar tersedak air minumnya saat mendengar perkataan Senja yang polos dan santai."Kenapa Om? Om sakit?" tanya Senja dengan tatapan yang membuat Fajar ingin m
Fajar memaksa kakinya bergerak lebih cepat lagi, dia berlari seperti orang gila. Fajar bahkan tidak memedulikan teriakkan orang-orang yang kesal karena dirinya berlari dengan cepat bahkan sesekali dia memotong jalan orang lain."Woi ... hati-hati," ucap seseorang yang mengenakan pakaian endek yang kaget saat akan berjalan di potong langkahnya oleh Fajar.Fajar sama sekali tidak peduli, dia terus berlari. Saat ini yang menjadi fokus utamanya adalah sebuah papan yang bertuliskan rumah sakit. Kaki dan tangannya sudah kebas dan napasnya sudah sesak bukan main.Umur Fajar sudah empat puluh dua tahun dan ia sudah jarang berolah raga, namun, dia memaksa seluruh sendi tubuhnya untuk terus bergerak demi keselamatan Senja. Senja anaknya, Senja buah hatinya dengan Joya. Fajar yakin, bila terjadi sesuatu pada Senja tidak akan ada lagi pintu maaf dari Joya. Joya akan membencinya.Matanya menangkap tulisan UGD, de
“Joya, maaf aku nggak tahu,” ungkap Byan sambil mundur beberapa langkah menjauh dari Joya yang tubuhnya di tangkap Fajar karena siap menerkam Byan.“Byan?! Kamu tuh, kebiasaan suka seenaknya?! Bagaimana kalau Senja ada apa-apa,” hardik Szasza yang kaget dengan pengakuan Byan, saking kesalnya Szasza yang tidak pernah memukul Byan tanpa sadar melayangkan pukulan ke bahu tunangannya itu dengan sangat keras hingga Byan mengaduh.“Sakit, Yang,” bisik Byan yang kaget saat Szasza memukulnya. “Aku benaran nggak tahu.”“Kamu nggak paham apa?! kalau kasih sesuatu ke anak kecil itu tanya dulu ke ibu dan bapaknya, boleh atau nggak! Jangan main kasih aja,” maki Szasza yang geram dengan sifat cuek kekasihnya itu.“Sza, aku beneran nggak tahu,” ucap Byan sembari menatap Szasza dengan tatapan bersalah.“Sza, bawa tunangan kamu! Aku nggak mau liat dia dulu, aku takut kelepasan. Bisa-bisa
“Ma, Senja mau sekolah sama Papa,” rengek Senja sambil menyuapkan sebuah strawberry ke dalam mulutnya.Joya hanya bisa menggeleng dan menyimpan sebuah susu di samping piring Senja, “Makan jangan belepotan.”“Ma, Senja mau sama Papa,” paksa Senja sambil mengerucutkan bibirnya. “Aku mau sekolah sama Papa.”“Papa sibuk, Sayang, jangan paksa-paksa. Kasihan Papa kamu kalau setiap hari harus bulak-balik ke sini,” ungkap Joya yang kesal mendengar rengekkan Senja yang entah sejak kapan sangat lengket dengan Fajar.Tak terasa sudah tiga hari semenjak Senja keluar dari rumah sakit dan semenjak itu pula Senja selalu berangkat juga pulang sekolah dengan Fajar. Fajar benar-benar selalu bersama Senja, mengajaknya bermain, belajar bahkan beberapa kali Fajar membelikan barang-barang untuk Senja yang membuat Joya pusing saat melihat harganya.“Papa bilang hari antar Senja lagi dan Papa mau nginap,&rd
“Mama,” teriak Senja seraya berlari ke pelukan Joya.Tangan Joya langsung membalas pelukan Senja, namun, manik mata Joya melirik ke arah Fajar yang sedang berjalan ke arah mereka berdua sambil merapikan rambutnya dengan tangan kanannya. Joya menahan napasnya saat melihat pesona Fajar, sial, padahal umur Fajar sudah kepala empat tapi, pesonanya benar-benar membuat Joya kelimpungan.Joya melirik beberapa ibu-ibu lainnya yang terdiam menatap Fajar, sepertinya pesona Fajar tidak hanya berpengaruh pada dirinya saja. Namun, ibu-ibu yang lain pun sama-sama terpengaruh dengan pesona Fajar.“Mama, Senja tadi gambar ini.” Senja menyerahkan sebuah kertas ke tangan Joya.“Apa ini?” Joya melihat gambaran Senja, berusaha mengabaikan kalau detik ini Fajar sudah berdiri di hadapannya dan salah satu tangan Fajar sudah menyelip di pinggangnya, menarik tubuhnya agar lebih mendekat.“Dia gambar kita,” ucap Fajar sambil m
Joya menutup kelopak matanya dan menikmati setiap liukkan lidah yang iya sapukan di bagian belakang lidah Fajar, lidah Joya seolah menari dan menggoda lidah Fajar untuk bergerak lebih liar lagi. Erangan maskulin dan desahan terdengar bersahut-sahutan di penjuru dapur, Joya mengeratkan pelukannya di leher Fajar sedangkan Fajar menarik paksa kemeja yang menutupi Joya. “Joy, I miss you,” bisik Fajar seraya melepaskan ciumannya dan membuat Fajar mendengar protes dari Joya yang masih ingin menikmati ciuman dari dirinya. “Jar, ah ...,” desah Joya saat merasakan telapak tangan Fajar yang menggosok bagian putingnya yang sudah mengeras dan mendamba. Fajar berjuang menahan hasratnya sendiri yang sudah meledak dan reaksi tubuhnya yang sudah tidak sabar untuk mengecupi sekujur tubuh Joya, wanita yang selama lima tahun ini selalu datang di dalam mimpi-mimpi tersensual dan tererotis miliknya. Fajar menjauhkan wajahnya dan menatap manik mata Joya, “Joy, liat
Joya menggerakkan tubuhnya yang terasa sangat dingin di bagian samping tubuhnya karena tertidur di lantai dapur, namun, di bagian dadanya dia merasakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Dadanya menggesek dada Fajar yang keras dan hangat sedangkan tubuhnya didekap seerat mungkin oleh Fajar.Tubuh Joya diselimuti selimut tipis yang Fajar tarik dari ruang tamu untuk menutupi tubuh mereka berdua, Joya berusaha membuka kedua kelopak matanya. Sejujurnya dia sangat kelelahan setelah bercinta secara panas dan intens dengan Fajar.“Jar ....” Joya kaget saat membuka matanya dan mendapati Fajar yang sedang melihat wajahnya dalam diam, tanpa Joya sadari dirinya mengelus pipi dan garis rahang Fajar yang ditumbuhi jenggot yang tampak kelabu namun, membuat wajah Fajar makin tegas dan sensual.“Udah bangun, Joy?” tanya Fajar sembari menepuk pelan bokong Joya dari balik selimutnya.“Kalau mata aku terbuka artinya aku udah bangun,
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F