Share

Berita Buruk

Author: Aphrodite
last update Last Updated: 2023-06-13 20:13:06

Hannah keluar dari mobil dan langsung terkesiap saat melihat keindahan yang menyambutnya. Mulutnya menganga lebar hingga ia takut akan robek. Bagaimana mungkin ada tempat seindah ini?

Hannah dengan takjub menatap villa mewah Sebastian. Undakan kerikil kecil menjadi jalan yang harus mereka lewati agar bisa memasuki villa itu. Pohon-pohon rindang, bunga daffodil bahkan pansy terlihat mekar dan menghiasi bagian depan villa.

Indah.

Kata itu bahkan terlalu remeh untuk mendefinisikan tempat ini.

“Ayo.”

Hannah mengangguk, tidak sanggup berkata-kata. Ia melepas kaca mata anti suryanya. Sisilia selalu menjadi tempat yang indah tapi inilah pertama kalinya ia menginjakkan kaki di sini. Di sebuah villa mewah dengan kolam renang dan juga pantai pribadi.

Sapuan angin lembut menyapu kulitnya yang terbuka. Hannah tersenyum lebar. Terlepas dari keengganannya untuk berbulan madu tempat ini terlalu indah untuk diabaikan.

Sebastian menggeser pintu kaca yang membawa mereka memasuki villa. Tempat ini terawat dan juga tua, batin Hannah. Ada perapian tradisional dan kursi kayu di ruang tamu.

“Villa ini memiliki beberapa kamar. Pilih yang membuatmu merasa nyaman.”

Hannah mengangguk.

“Apa tidak ada orang di tempat ini?” tanyanya penasaran.

Sebastian melepas kaca matanya. Pria itu tampil lebih santai dengan jeans dan kemeja yang dibalut sweater rajut. Jelas Sebastian tahu bagaimana caranya berpakaian dengan gaya.

“Tidak.”

“Kenapa?”

“Aku membutuhkan privasi.”

Mulut Hannah membentuk huruf O besar.

“Kau tahu memasak?”

Pertanyaan remeh dan terkesan merendahkan. Hannah mengangkat dagunya tinggi-tinggi. “Tentu saja aku bisa,” balasnya angkuh.

“Bagus, karena tidak ada tukang masak selama seminggu di sini.”

“Tidak masalah selama kau mau mencuci piring.”

Ucapannya membuat Sebastian berhenti. Pria itu menatapnya seakan ia berbicara dalam bahasa yang sulit dipahami.

“Ouh baiklah, aku akan memasak dan mencuci piring,” tukas Hannah jengkel, sadar kalau Sebastian pasti tidak pernah menyentuh peralatan dapur.

“Bagus.”

Hannah menatap punggung Sebastian yang mengecil saat pria itu berjalan menaiki tangga kayu menuju lantai dua. Hannah mengedarkan pandangan. Senyumnya merekah. Ia bergegas menyusuri lorong dan menjelajah lantai satu. Begitu melihat kolam renang keperakan dan berkilauan Hannah sudah tidak bisa menghentikan pekikannya. Ia tertawa cekikikan seperti gadis remaja.

Hannah menggeser pintu kaca dan bergegas meletakkan tas selempangnya di atas gazebo. Ia sudah tidak sabar menikmati air kolam yang rasanya begitu mengundang.

Hannah melipat lututnya dan mengulurkan tangan untuk menyentuh air yang sekarang benar-benar terlihat menakjubkan dengan warna biru keperakannya.

“Apa yang kau lakukan?”

Hannah berjengit, menatap Sebastian yang berdiri di ujung pintu menatapnya penasaran.

“Airnya cantik.”

“Lalu?”

“Aku ingin menikmatinya,” balasnya gugup.

Sebastian sudah melepas sweaternya, menunjukkan kemeja ketat yang membungkus ototnya yang sempurna. Pemandangan yang berhasil membuat wajahnya memanas. Kenapa oh kenapa Sebastian bisa setenang dan sesantai itu sementara ia sendiri di sini kepanasan dan gugup? Efek seorang Sebastian ternyata sebesar itu, pikir Hannah muram.

“Kita baru saja sampai. Tubuhmu butuh istirahat dan aku lapar.”

Hannah mencibir. Ia kembali menatap kolam renang dengan tatapan mendamba. Baiklah sepertinya acara berenang hari ini terpaksa ditunda.

Hannah berjalan dan memasuki villa. Sebastian duduk di pantry yang ada di dapur dan sedang menikmati minumannya.

Hannah berusaha mengabaikannya. Ia memeriksa kulkas dan membeku. Isinya penuh. Waw.

“Apa seseorang selalu datang ke villa ini secara berkala?”

Sebastian sedang menyesap minumannya. “Ya.”

“Itu menjelaskan kenapa tempat ini terlihat terawat dan lemari es penuh.”

Sebastian menatap Hannah saat wanita itu tidak menyadarinya. Rambut panjang cokelat gelap itu digerai sehingga memberi kesan berantakan pada Hannah dengan cara yang baik. Mata cokelat madu itulah yang paling menarik dari Hannah, batin Sebastian. Mata cokelat dengan iris biru yang gelap membuatnya terlihat memukau. Seperti permata yang memancarkan daya pikatnya.

“Kau mau memasak apa?” tanyanya saat melihat Hannah mengeluarkan isi kulkas.

“Risotto,” ujar Hannah saat tangannya cekatan mengeluarkan keju dan daging segar.

“Butuh bantuan?”

“Kau pernah memasak?”

“Rrrr … tidak.”

Hannah menahan senyumnya. “Biar aku yang mengurusnya.”

Sebastian mengedikkan bahu. Ia kembali sibuk dengan minumannya. Keheningan diantara mereka terpecah saat ponsel Sebastian berdering. Lengkungan alisnya meninggi saat melihat nama yang tertera di layar. Tanpa kata ia berjalan dan menjauhi Hannah.

“Ada apa Kit?” tanyanya langsung begitu berada dalam jarak jauh dari Hannah.

“Dia menjualnya, Sir.”

Butuh beberapa detik untuk mencernanya. “Maksudmu, Tara?”

“Ya, Sir. Miss Tara menjual semua perhiasan yang Anda berikan berikut perhiasan yang ada di apartemennya.”

Brengsek! Jadi wanita itu hanya mengincar hartanya?

“Kalian berhasil menemukannya?” tanyanya tajam.

“Tidak, Sir. Dia menggunakan pihak ketiga untuk menjualnya. Dan …”

Apalagi yang lebih buruk sekarang?

“Ada apa Kit?” tanyanya tidak sabar.

“Cincin yang Anda berikan sudah dijual dan—“

Sial!

Sebastian memejamkan matanya. Wanita itu menipunya habis-habisan. Satu tangannya yang bebas terkepal erat sampai menyakiti buku-buku tangannya. Kemarahannya sendiri sepertinya siap membakar habis dirinya.

“Aku tidak mau tahu! Cari cincin itu, Kit. Itu prioritas utama. Tawar berapapun harganya. Biarkan saja wanita itu membusuk aku membutuhkan cincin itu. Cari sampai ketemu dan aku menunggu kabar baik secepatnya!” bentaknya kasar dan segera memutuskan sambungan.

Ini buruk. Amat sangat buruk. Setelah semua pengalaman yang ia alami bagaimana bisa ia ditipu seperti orang bodoh? Sebastian memijit pelipisnya. Cincin itu …

“Sebastian kau mau—“

Sebastian menoleh sengit sampai membuat Hannah terlonjak. Kemarahannya pasti menguar dan terlihat jelas. Hannah menatapnya dengan ekspresi ketakutan.

“Ma-maaf, aku ti-tidak bermaksud. Mungkin …”

“Keluar!”

Hannah langsung berbalik saat itu juga, meninggalkan Sebastian dengan kemarahannya sendiri. Kesal pada dirinya dan juga marah dengan apa yang terjadi padanya membuat emosi membuncah memenuhi dadanya. Tangannya yang terkepal erat meninju jendela kaca yang ada di sampingnya sampai pecah. Bunyi kaca berserakan seketika memenuhi lantai.

“Ya, Tuhan!”

Pekikan terkejut itu sama sekali tidak mampu mengurangi kemarahan Sebastian.

“Kau baik-baik saja? Tanganmu berdarah!”

Sebastian menatap tangannya yang terluka. Luka ini sama sekali tidak mengusiknya. Rasa sakit dalam dadanyalah yang membuatnya nyaris kehilangan akal sehat. Apa memang pengaruh harta selalu seperti itu?

Wanita itu pergi setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, menipunya habis-habisan dan membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Sebastian menatap Hannah. Bukankah wanita ini juga menyetujui pernikahan mereka karena kekayaan yang ia janjikan? Pada akhirnya itulah yang terpenting bukan? Orang-orang akan melakukan apa pun demi uang. Tidak peduli akibat apa yang timbul dari kecurangan menjijikkan itu.

Dan kali ini Sebastian akan memastikan kejadian mengerikan ini tidak akan terjadi padanya lagi.

“Aku akan mengobati lukamu.”

Sebastian menepis tangan Hannah yang ingin menyentuhnya.

“Pergi.”

“Sebastian kau terluka. Aku …,”

“Brengsek!” umpatnya kasar dan segera menjauh sebelum ia melakukan sesuatu yang akan membuat mereka berdua menyesal.

“Apa ini tentang Tara?”

Related chapters

  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Adu Mulut

    Hannah pikir kalau sikap Sebastian selama beberapa hari terakhir sudah cukup menyebalkan dan membuatnya ketakutan, tapi ternyata ia salah. Sejak menerima telepon entah dari siapa sikap Sebastian seperti gunung es. Dingin dan berjarak. Pria itu bahkan menganggapnya seperti makhluk tak kasat mata. Oh, mereka makan bersama di meja yang sama tapi sama sekali tidak ada obrolan basa-basi.Pertanyaannya bahkan hanya mengambang di udara. Hannah penasaran. Siapa yang menelepon dan apa yang dikatakan orang itu sampai membuat Sebastian seperti ini? begitu dingin dan kaku.Hannah menatap siluet Sebastian yang sedang duduk sendirian dan sibuk dengan laptopnya. Pria itu bekerja seharian seolah hidupnya akan berubah kacau jika dia tidak menyentuh benda mungil persegi itu barang sekejap.Hannah melepas kain yang melekat di tubuhnya, menyisakan pakaian renang yang ia kenakan. Jika Sebastian memutuskan menjadi patung di tempat seindah ini, Hannah tidak akan mengusiknya. Ia akan menikmati keindahan Sisi

    Last Updated : 2023-06-13
  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Jatuh Bersama

    “Aku pergi dulu,” gumam Hannah, menatap Tina yang sejak kedatangan Sebastian tidak pernah melepaskan senyum dari wajahnya. Hannah sampai menahan senyum melihatnya.“Take your time,” balas Tina sumringah.Hannah berjalan, mengabaikan lengan Sebastian yang bertengger di pinggangnya. Ia tahu, pria itu melakukannya karena Tina melihat mereka.Supir membuka pintu mobil dan mereka berdua masuk ke dalam mobil yang sejuk dan menenangkan.“Ada apa?” tanyanya langsung begitu mobil mulai membelah jalan.“Maksudmu?”“Kau tidak mungkin tiba-tiba datang tanpa tujuan Sebastian. Jadi …?” lanjutnya dengan alis terangkat.“Kita akan pergi malam ini ke pesta gala.”“Kenapa mendadak?”Sebastian terlihat tidak nyaman. “Karena sejujurnya aku tidak berencana untuk datang tapi Kit berkeras kalau pesta ini akan berguna untuk pembukaan hotel baru yang akan kami buka.”Sebagai pebisnis di bidang perhotelan yang tersebar di seluruh dunia, Hannah tahu kalau Sebastian akan sangat sibuk. Bisa dikatakan mereka hanya

    Last Updated : 2023-06-14
  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Tantangan

    Tangan hangat yang membelit pinggangnya dan tubuh kekar yang membalut tubuhnyalah yang memungkinkan kenapa ia tidak merasa sakit sama sekali. Sebastian memeluknya seperti bayi yang membutuhkan perlindungan.“Auhhh.”Rintihan rasa sakit itu memaksa Hannah membuka mata. Ia melihat Sebastian meringis. Mengingat panjang tangga dan kerasnya tangga yang mereka lewati tidak mengherankan Sebastian merintih.“Ma-maaf. Ini semua salahku,” bisiknya terbata-bata.Sebastian melepaskan belitan tangannya.“Kau baik-baik saja?” tanya Hannah dan langsung menyesali kebodohannya. Tentu saja tidak! Siapa yang masih baik-baik saja setelah jatuh berguling dari tangga?Hannah berdiri diikuti Sebastian. Ekspresi pria itu tidak memberikan petunjuk apa pun padanya. Hannah mengigit bibirnya saat melihat Sebastian memejamkan mata karena kesakitan. Tangannya terulur hendak menyentuh Sebastian namun urung dilakukan saat ingat kalau pria itu kemungkinan tidak akan menyukai sentuhannya.“Maaf,” ujarnya kembali.Seba

    Last Updated : 2023-06-14
  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Tara Ditemukan

    “Ini yang kau andalkan untuk membujukku makan?”Hannah mengangguk. “Ini makanan andalanku. Rasanya enak. Cobalah.”Sebastian ragu. Apa yang spesial dari sepiring macaroni selain menambah asupan lemak dalam tubuh? Sebastian menatap Hannah dan makaroninya bergantian. Ekspresinya terlihat tidak meyakinkan.“Sepiring macaroni tidak akan membuat lemak ditubuhmu bertambah Sebastian. Cobalah, kau akan menyukainya.”Godaan itu berhasil membuat lengkungan alis Sebastian meninggi. Ia meraih sendok dan meniru gerakan Hannah yang sudah lebih dahulu menyuap makanannya. Sebastian menyendoknya dengan ragu dan saat makanan berbahan tepung itu menyentuh indra pengecapnya Sebastian menemukan dirinya terkejut.“Bagaimana?” tanya Hannah penasaran. Wanita itu terlihat takut mendengar jawabannya.Sebastian menarik napas. “Enak,” jawabnya.Senyum lebar Hannah adalah hadiahnya. “Kau menyukainya? Sudah kubilang ini masakan andalanku. Aku selalu menyukai makanan ini.”Sebastian tidak membantah. Makanan ini kha

    Last Updated : 2023-06-14
  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Permintaan Tara

    Hannah mengernyit mendapati teleponnya tidak tersambung. Apa Sebastian sedang sibuk?“Anda baik-baik saja, Mam?”Pertanyaan itu membuat Hannah menyeret kepalanya ke belakang. Bibirnya melengkung, berharap senyumnya terlihat tulus. “Aku baik,” ucapnya pelan, menggenggam ponselnya erat sebelum kembali duduk di sofa di mana tamu tak diundangnya datang.“Jadi Anda setuju dengan wawancara ini?” Wanita berpotongan rambut sebahu dengan tatapan tajam itu menatapnya penuh harap.Sayangnya, Hannah tidak akan membuatnya semudah itu, tidak saat Sebastian tidak ada di sampingnya. “Aku senang sekali kalian datang ke tempat ini. Saat ini Sebastian sedang sibuk dengan proyek barunya. Jadi …”Wanita berambut sebahu itu tersenyum, jelas bisa membaca penolakan yang akan ia lakukan. “Tidak masalah. Andalah yang ingin kami temui. Tentunya seluruh masyarakat Glosari penasaran dengan sosok istri Sebastian Carter."Sial! Wanita ini mencoba memanfaatkan celah karena ketidakhadiran Sebastian.“Sayangnya saya t

    Last Updated : 2023-06-15
  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Keputusan Sebastian

    Lagi? Sebastian lagi-lagi menolak teleponnya. Apa laki-laki itu memang sesibuk itu sampai tidak punya waktu untuk mengangkat teleponnya? Hannah mengigit kuku tangannya—kebiasaan yang selalu ia lakukan saat panik. Ia tidak suka kerumunan wartawan dan wawancara apa pun. Kenapa mereka harus mengusiknya? Seharusnya Sebastianlah yang mereka ganggu.“Hannah …”Hannah menarik kepalanya, menatap Tina yang berdiri di ujung pintu dengan sebuah ipad tergenggam di tangan.“Ada apa?” tanyanya.Saat melihat keraguan di wajah sahabatnya rasa penasaran Hannah terusik.“Ada apa Tina? Kau membuatku takut. Apa pelanggan tidak menyukai designnya? Atau ada yang membatalkan pesanannya atau—““Kurasa kau harus melihat ini.”Hannah mengernyit melihat wajah kaku Tina. Ekspresinya seolah wanita itu dipaksa memasuki ruangan ini.“Bacalah.”Meski heran Hannah menurut. Ia meraih ipad yang diangsurkan untuk melihat apa pun yang ingin ditunjukkan Tina.Satu detik mata cokelatnya membaca headline news yang ada di po

    Last Updated : 2023-06-15
  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Pembalasan Hannah

    “Jadi itu hanya rumor tak berdasar?”“Ya. Aku membantunya semata karena kami pernah memiliki ikatan, tidak lebih.”“Bagaimana dengan Anda, Hannah. Suami Anda membantu mantan tunangannya, tentunya hal ini berdampak pada hubungan kalian?”Hannah tersenyum lembut. “Tidak. Sebastian sudah mengatakannya lebih dahulu sebelum memutuskan membantu Tara dan aku tidak keberatan.”“Sama sekali?”Hannah kembali menggeleng. “Sebastian tidak pernah melarangku untuk membantu siapapun dan aku melakukan hal yang sama padanya. Kupikir kepercayaan adalah yang paling penting untuk menjaga hubungan dan aku memercayainya."Sebastian mengangkat tangan Hannah dan menciumnya. “Sebastian suami yang baik dan akan selalu begitu," lanjut Hannah.“Benarkah? Suami Anda baru saja menggendong mantan tunangannya di depan umun tanpa memikirkan konsekuensiya …”Hannah berusaha keras mempertahankan ketenangan wajahnya. Satu tangannya yang bebas mencengkeram tepi gaunnya dengan kuat. Ia menarik sudut mulutnya, menunggu ju

    Last Updated : 2023-06-16
  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Kejutan untuk Hannah

    Saat ini musim panas. Hannah memandang langit biru dari balkon tempatnya menginap. Glosari merupakan negara yang diimpit oleh Italia dan juga San Marino. Meski termasuk negara kecil, Glosaria memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah. Senyumnya mengembang saat menatap perkebunan anggur yang membentang luas di depan villa.“Bisa kukatakan kalau kau menyukai tempat ini.”Hannah menoleh, tersenyum menatap Tina. “Di sini tenang dan jauh dari sorot media.”“Tentu saja. Kau lupa siapa yang akan menikah?”Tentu saja ia ingat. Salah satu miliuner lainnya. Sampai saat ini ia sendiri masih tidak percaya kalau pengantin wanita itu mempercayakan gaun pernikahan di tangannya.“Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Nanti malam masih ada acara yang harus kita hadiri.”Hannah menggeleng lemah. “Kau pergi saja. Aku ingin istirahat.”“Kau yakin?”Hannah mengangguk. “Aku ingin istirahat. Dan terima kasih untuk gaunnya.”Hannah tidak tahu kalau akan ada pesta. Ia tidak mempersiapkan diri untuk situasi itu.

    Last Updated : 2023-06-17

Latest chapter

  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Sampai Menutup Mata

    Hannah menatap kupu-kupu yang beterbangan dari satu bunga ke bunga yang lainnya yang ada di taman. Beberapa kumbang tertarik mengikuti jejak si kupu-kupu. Seulas senyum membayang di wajahnya, senang menikmati pemandangan dari tempatnya berbaring.Angin berembus, menerbangkan rambutnya ke segala arah, tapi Hannah sama sekali tidak keberatan dengannya. Ia sedang diliputi kebahagiaan. Siapa menyangka, impian yang dulu hanya bisa ia tanam dalam benaknya tanpa berani ia ucapkan kini terwujud nyata dalam hidupnya.Mereka tinggal di sebuah rumah yang dikelilingi pepohonan, memisahkan mereka dari dunia luar, tapi Hannah menyukainya. Tempat ini, rumah ini, padang rumput dan juga pepohonan yang mengelilingi rumah besar mereka cukup menjadi gelembung kebahagiaan yang membuatnya merasa menjadi orang paling beruntung di dunia.“Mammah! Phoebe baru saja mendorongku dan membuatku terjatuh.”Hannah berbalik, tersenyum melihat anak kecil berusia 4 tahun berlari menghampirinya. Wajahnya cemberut dan pa

  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Sampai Akhir

    Dia menunggu momen seperti ini seumur hidup atau seperti itulah yang ia rasa. Hari-hari yang ia lewati hanya memupuk kerinduannya terhadap wanita ini. Wanita yang kehadirannya membuatnya merasa utuh.“Kau cantik.”Cantik terlalu sederhana tapi ia terlalu gugup dan bersemangat hingga tidak menemukan kata yang tepat untuk menunjukkan kekagumannya. Sesaat ia pikir ini pasti mimpi. Bagaimana mungkin wanita cantik dan mengagumkan ini datang padanya?Hannah terlihat memukau dan meluluhkan. Dan ia merasa lututnya lemas.Kekagumannya pada wanita ini hanya semakin meningkat setiap harinya. Dan sekarang ia sungguh berharap bisa menghentikan waktu hanya agar bisa menikmati momen berharga ini seumur hidupnya.Matanya berkaca-kaca dan ia bisa melihat hal yang sama di mata Hannah.“Sebastian.”Detik namanya disebut perasaan hangat membanjiri tubuhnya. Rasanya seolah kembang api meledak dalam dadanya. Tidak ada yang membuka suara. Anehnya momen hening ini terasa begitu mendamaikan hingga segala sesu

  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Janji di Festival Bunga

    Hannah memandang langit biru dari balkon apartemennya. Seulas senyum membayang diwajah berbentuk hatinya saat sinar matahari menerpa wajahnya. Ia memejamkan mata, menikmati suasana hangat yang membalut kulitnya, merasa damai. Syal yang membalut lehernya membantu mengurangi rasa dingin yang menusuk-nusuk kulitnya. Meski matahari menunjukkan digdayanya, cuaca musim dingin nyatanya membuat udara terasa sejuk. Hannah sedang menyeruput tehnya saat mendengar ponselnya berbunyi.“Ada apa, Tina?” tanyanya langsung. Ia berdiri, meraih tasnya dengan telepon menempel diantara telinga dan bahunya.“Ya, aku akan ke sana sekitar …” Hannah menatap rolex yang melekat indah dipergelangan tangannya. “Tiga puluh menit. Beri aku waktu tiga puluh menit. Baik, siapkan saja semuanya, aku akan melakukannya. Sampai jumpa Tina.”Angin kencang menyambutnya begitu ia menapakkan kaki di luar apartemen dengan tumitnya yang tinggi. Hannah berjalan kaki menuju stasiun bawah tanah seperti yang selama ini ia lakukan s

  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Biarkan Aku Pergi

    Persetan!Sebastian melempar ponselnya dan setengah berlari menuruni tangga. Tanpa repot mengetuk ia membuka pintu dan membantingnya. Sebastian mengedarkan pandangan. Hannah tidak ada di kamar mereka. Kecemasan menyusup membuat jantungnya berhenti berdetak.Ia melangkah menuju kamar mandi dan mendapati Hannah tengah berendam di dalam jacuzzi tanpa melepaskan pakaiannya. Pandangan wanita itu kosong.“Hannah!” teriaknya ketakutan.Hannah tidak meresponnya.Kalut membuat Sebastian ingin segera menelepon dokter tapi ketika melihat air mata Hannah semua ide untuk membawa Hannah seketika menguap.“Ayo, kita keluar dari sini,” ujarnya serak, membawa Hannah dengan kedua lengannya.Sebastian mendudukkan Hannah di sofa, bergegas membuka wardrobe dan memilih pakaian ganti untuk Hannah.“Ayo, Sayang, kita harus melepaskan pakaian ini. Kau kedinginan.”Hannah sama sekali tidak bereaksi.Sebastian membuka satu persatu kancing kemeja Hannah, melepas semua pakaian yang melekat di tubuh wanita itu yan

  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Gejala Depresi?

    “Kau menjadi sangat pendiam sekarang.”Hannah menyeret kepalanya yang sedang memandang jalanan dari mobil yang membawa mereka pulang sehingga bisa melihat Sebastian.“Tidak banyak yang bisa dikatakan,” sahutnya pelan, kembali memalingkan pandangan.“Kau baik-baik saja?”Sebastian menarik tangan Hannah, mencium satu persatu jari-jari tangannya.“Aku baik,” balasnya singkat.Baik? Setidaknya ia masih bisa bernapas itu artinya baik bukan? Meski sekarang ada lubang dalam dadanya. Hannah menggeleng samar, tidak ingin pikirannya menyeretnya pada kenangan yang hanya akan membuatnya merasa kesulitan bernapas.“Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Hanya kita berdua. Ada tempat tertentu yang ingin kau kunjungi, Sayang?”Hannah menggeleng. “Aku ingin istirahat.”Sebastian menatap Hannah lamat, tapi akhirnya menyerah. Tidak mengatakan apa pun setelahnya. Keheningan menenangkan di dalam mobil kembali menyeret Hannah ke dalam kenangan pahit yang baru saja ia alami.“Kumohon, jangan menangis, Sayang. K

  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Yang Tersisa

    Sebastian sudah berdiri beberapa lamanya di depan ruangan Hannah. Namun, ia ragu untuk membukanya. Sebastian mendaratkan keningnya di daun pintu dengan mata setengah terpejam. Mereka berdua terluka tapi seperti yang dikatakan Grace, ia harus kuat. Demi Hannah.Sebastian membuka pintu dan mendapati Hannah memandang langit-langit ruangan nyaris tanpa berkedip. Pemandangan yang ia lihat begitu menyesakkan sampai setengah dari keberaniannya menghilang tanpa jejak.Hannah tidak menyadari kedatangannya bahkan jika iya, ia ragu Hannah mau memandangnya.“Hannah …” ujarnya lembut, setengah berbisik.Tidak ada sahutan.“Hei,” gumamnya kembali saat berdiri di sisi Hannah. Pandangan wanita itu sama sekali tidak berpindah ke arahnya.Sebastian menarik kursi dan mendaratkan tubuhnya di sana. Tidak mengatakan apa pun. Hanya terus memandang wajah pucat Hannah. Keheningan menjadi nyanyian pilu yang menemani diam mereka. Sebastian masih terus menatap Hannah meski wanita itu tidak membalas tatapannya.“

  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Kehilangan Menyakitkan

    Sebastian bertolak ke rumah sakit begitu urusannya dengan Carla selesai.“Apa kita akan membiarkannya seperti itu, Sir?”Sebastian merenungkan pertanyaan itu beberapa saat. Kemudian kepalanya bergerak sedikit. “Biarkan tetap seperti itu. Ketakutan akan membuatnya menderita.”Sebastian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi staf keuangan perusahaannya.“Bill, berikan dana pinjaman pada Benedict Corporation. Berapapun yang mereka inginkan aku tidak peduli bahkan semakin besar jumlahnya semakin bagus. Sebagai gantinya aku menginginkan seluruh asset Charles benedict sebagai jaminan. Ya, lakukan bersama Bean, pengacara kita.”Sebastian tersenyum sinis begitu menutup panggilan.Kit melirik Sebastian. “Apa Anda ingin membuat perusahaan tersebut hancur, Sir?”“Semakin banyak utang perusahaan kinerja perusahaan tersebut akan dipertanyakan dan harga saham mereka akan turun. Jika mereka tidak sanggup membayar utang…”Maka asset mereka akan disita sebagai gantinya.“Mereka main-main dengan nyawa

  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Pisau Berdarah

    Ia mulai membenci rumah sakit.Rasanya ingin memaki semua orang yang ada di sini.Menyalahkan mereka atas apa yang terjadi pada dirinya. Pada Hannah. Pada kehidupan mereka.Sudah berapa kali mereka terjebak di tempat sialan ini?Rasanya seolah seluruh tulangnya dilolosi satu persatu saat mengingat kengerian yang menyambutnya begitu melihat tubuh Hannah tergeletak di tanah bersimbah darah. Keinginan membunuh nyaris mengambil seluruh akal sehatnya. Jika saja Kit tidak menghentikannya …“Sir.”Sebastian mengangkat kepalanya dengan enggan. Kemarahan yang terpancar dari tubuhnya pastilah sangat jelas karena Kit yang biasanya tenang kini terlihat gelisah.“Kami sudah mengamankan Carla, Sir.”Kalimat itu berhasil mengirimkan denyut menyakitkan pada tubuhnya. Ketegangan mengancam menghancurkan pengendalian dirinya, tapi Sebastian berusaha dengan susah payah agar tidak kehilangan kendali. Sudut mulutnya terangkat menunjukkan seringai keji yang menghiasi wajahnya. Sesaat pandangannya terpaku pa

  • Skandal Cinta Pengantin Pesanan   Tragedi Berdarah

    Aku mencintaimu.Apa permintaannya terlalu mustahil?Ia hanya ingin mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Sebastian tapi sampai sekarang ia tidak pernah mendengarnya. Ia sudah melakukan segalanya, menunjukkan perasaannya, menelanjangi harga dirinya tapi tetap tidak ada apa pun.Meski Sebastian bersikap lembut dan penuh perhatian, ia tidak merasa itu cukup. Ia membutuhkan kepastian bukannya benak yang dipenuhi dengan tanda tanya.“Apa yang kau pikirkan?”Hannah menoleh, menatap Sebastian yang sedang sibuk dengan komputer tabletnya.“Tidak ada, hanya menikmati pemandangan.”Udara musim gugur kini mulai terasa dingin menusuk kulit. Meski mereka berada di ruangan yang memiliki perapian modern tetap saja saat memandang keluar melalui jendela besar setinggi atap rumah ini ia bisa melihat kalau cuaca diluar cukup dingin.“Kau kedinginan?”Hannah menatap kain panjang yang membalut tubuhnya. “Tidak. Apa akan badai?” tanyanya saat melihat awan gelap yang menyelimuti langit Glosaria.Sebasti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status