Setelah debu itu menghilang, sosok Tomi pun muncul dengan raut wajah ceria merasa bangga dengan kemampuannya karena berhasil menemukan Elios. Ia kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling area gua dan menemukan Elios yang tengah terikat oleh rantai. Seketika kedua sudut bibirnya terangkat ke atas lalu melambaikan tangannya dengan wajah tersenyum bahagia seakan-akan dirinya tengah menjemput teman lama dari perantauan jauh. " Kamu baik-baik saja? " Tanyanya tanpa beban." Apa di matamu aku terlihat baik-baik saja? Kenapa lama sekali? Apa kamu berniat membiarkan ku terbunuh di tempat ini. " Jawab Elios dengan susan payah. Tomi berdecak kesal sambil berkacak pinggang, tak bisakah Elios menghargai usahanya sedikit saja? Tak mudah baginya untuk menemukan tempat ini, bahkan dirinya sangat kelelahan untuk bisa membuka penghalang yang menyelimuti tempat ini seorang diri. Seharusnya, Elios senang karena dirinya datang tepat waktu dan bukan malah mengomelinya.Lagi pula ini bukan salahnya
Tomi kembali mengeluarkan kipas dari telapak tangannya lalu menyatukannya dengan kipas satunya menjadi sebuah kipas berukuran raksasa, kemudian ia menggigit ibu jarinya dengan cukup kuat hingga mengeluarkan darah, kemudian darah itu dia oleskan di atas kipas itu dan tak lama kemudian kipas itu menjadi menyala seperti warna merah darah. Kini kipas itu seperti menyatu dengan jiwa Tomi dan sekarang kekuatannya menjadi bertambah dua kali lipat dari sebelumnya.Bukannya merasa takut, Clea malah terlihat semakin bersemangat dengan menjulurkan lidahnya. Karena Tomi sudah menunjukan keseriusannya, wanita goblin itu tentunya tak ingin mengecewakan lawannya, ia pun memutuskan menggunakan seluruh kekuatannya untuk melawan musuhnya. Dengan seringai di wajahnya, Clea mengendalikan Rantainya untuk terus mengejar, memukul bahkan mencoba menangkapnya dengan rantainya.Tak hanya menyadari perubahan Tomi saja, Elios tentunya juga menyadari perubahan drastis dari serangan wanita goblin itu yang terasa
" Kakak! " Pekik Timi, spontan tangannya melepaskan pas bunga di tangannya lalu berlari kecil menghampiri Elios yang tengah menggendong kakaknya yang tampak begitu kacau balau, seluruh tubuhnya di penuhi oleh luka. Bulu matanya bergetar melihat kondisi kakaknya, meski sebelumnya dia sangat menyebalkan, tapi begitu melihat kondisinya seperti itu membuat hatinya sakit, " Ada apa dengan Kakak? Kenapa kondisinya tiba-tiba menjadi seperti ini? " Tanya Timi dengan ekspresi panik.Elios tak langsung menjawabnya, ia memilih untuk segera membawa dan membaringkan Tomi di atas ranjang kamar miliknya lalu meminta Timi untuk segera mengobati Tomi. untuk alasan kenapa kondisinya tiba-tiba menjadi seperti itu, Elios akan menjelaskannya nanti sebab sekarang tubuhnya juga lelah dan memerlukan istirahat.Mendengar hal tersebut, raut wajah Timi terlihat sedikit kecewa karena rasa penasarannya belum terobati, tetapi dia tak boleh egois karena bagaimana pun keselamatan dan kesehatan mereka adala
" Paman, apa yang sedang kalian lakukan di sini? Bukankah kalian harus menjaga desa timur? " Tanya Elios Dokter Alvin tak langsung menjawab, ia malah meminta Elios menemaninya berjalan-jalan keliling desa, untuk melihat situasi Desa sekaligus berkenalan dengan para warga yang ternyata mereka sangat ramah.Elios mengernyitkan dahinya, tapi dia tak menolaknya dan dengan patuh mengikuti permintaan paman yang sudah ia anggap sebagai ayah angkatnya, setelah kepergian kedua orang tuanya, pria ini selalu menemani dan berusaha keras menyembuhkan luka di hatinya.Selama perjalanan, Dokter Alvin hanya membahas kehidupannya selama di istana dan keluh kesahnya yang harus mendengarkan Lipe yang terus mengeluh karena harus berpisah dengan orang yang sudah ia anggap sebagai anak kandung karena kemiripan Elios dengan tuannya terdahulu membuatnya merasa tak bisa hidup jauh darinya.Begitulah Lipe, meski dari luar karakternya begitu dingin dan terlihat acuh tak acuh namun sebenarnya dia adalah pria
Karena perkataan Dokter Alvin, Elios jadi tidak bisa tidur sama sekali, bahkan malam sebentar lagi akan segera berakhir dan dirinya masih tidak bisa tidur dan masih bergelung memikirkan cara untuk menolak perjodohan itu tanpa menimbulkan masalah apapun yang bisa membahayakan orang-orang terdekat di sekitarnya terutama kakeknya, Elios paham maksud dari perjodohan ini yang tak lain untuk melindunginya dari para pejabat yang tidak menyukai keberadaannya, karena sebagian dari mereka masih tidak menyukai keberadaannya bahkan sejak awal kemunculannya, mereka menganggapnya sebagai pembawa malapetaka dan mengaitkan keberadaanya dengan kematian sang Noblesse dan raja terdahulu. Jika dirinya tidak terlahir sejak awal mungkin sang Noblesse dan raja terdahulu tak akan pergi. Walau mereka tidak mengatakannya secara terang-terangan namun dari cara mereka melihat itu sudah menjelaskan semuanya.Tak peduli Raja menjelaskan bagaimana pengorbanan kedua orang tua serta derita yang dialaminya mereka sam
Salah satu Goblin itu mengangkat palu besar ditangannya tinggi-tinggi berusaha untuk menyakiti wanita vampir itu, Elios yang melihat hal tersebut langsung segera menyelamatkan wanita itu sebelum palu besar itu mengenai tubuhnya yang kecil itu, jika terlambat sedikit saja wanita itu mungkin akan bernasib sama dengan tanah yang hancur itu" Kamu baik-baik saja? " Tanya Elios cemas. Wanita itu menolehkan kepalanya menatap Elios sejenak lalu memalingkan wajahnya kembali sembari mendengus seakan tak suka atas tindakan pria di depannya yang menyelamatkannya. Elios mengernyitkan dahinya, merasa ada yang salah dengan tatapan wanita vampir di pangkuannya, rasanya tatapannya dipenuhi dengan tatapan kesal dan juga kebencian yang begitu dalam membuatnya berpikir apa yang salah dengannya. Setahunya ini adalah pertama kali mereka bertemu jadi rasanya tak mungkin dirinya melakukan kesalahan pada wanita itu atau pun memiliki dendam lama. Namun, saat ini bukanlah waktunya untuk memikirkannya, Elio
" Apa yang sedang kamu lakukan? Apa segini saja kekuatan mu? "Elios mendongakkan kepalanya, kedua matanya terbeliak menatap sosok pria dewasa yang ternyata adalah gurunya yaitu Lipe." Guru? Apa yang sedang kamu lakukan di sini? " Tanya Elios Bukannya menjawab, Lipe malah mendelikkan matanya ke arah sang murid lalu menghempaskan tubuh Goblin itu dengan kekuatan penuh, hingga tubuh Goblin itu terbang menembus beberapa pohon dan tubuhnya mendarat di sebuah batang kayu runcing yang kemudian menusuk dadanya hingga tewas." Guru, A. . ku. . ." Elios! " Seru Timi dari kejauhan sambil menarik tangan gadis vampir itu dan menghampiri mereka berdua.Spontan Elios tersenyum lega, melihat mereka berdua baik-baik saja. Namun, di detik berikutnya Elios pun tersadar akan kesalahan yang dilakukannya, lalu meminta maaf atas ketidak mampuannya pada sang Guru. Akan tetapi Lipe tidak menggubris permintaan maaf itu dan malah menyuruh Elios untuk meminta pada kedua wanita yang seharusnya dia lind
Elios perlahan membuka kedua matanya dan langsung di suguhkan pemandangan padang rumput yang begitu luas, sejauh mata memandang, Elios tidak melihat siapa pun kecuali bayangan dirinya sendiri. Tempat itu begitu luas hingga tak terlihat ujungnya. " Elios. " Tiba-tiba terdengar samar-samar seseorang memanggil namanya, tapi saat menoleh Elios tak menemukan siapapun di sana bahkan untuk sekedar bayangannya saja." Elios! " Suara itu kembali terdengar, kali ini suaranya terdengar lebih jelas dari sebelumnya membuat tubuh Elios tersentak, menyadari siapa pemilik suara itu. Degup jantungnya berdetak dengan sangat kencang, ada perasaan senang, gugup bercampur menjadi satu.Spontan, Elios pun mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat itu untuk menemukan pemilik suara itu. Tapi lagi-lagi ia tak bisa menemukannya. " Elios! Mama di sini! " Tubuh Elios tertegun ketika sosok yang di carinya muncul secara tiba- tiba di depan matanya, wanita itu melambaikan tangannya dengan senyum cerah di waj
flashback" Mama, menurut mu aku bisa sekuat ayah? " Tutur Elios.Alona menolehkan kepalanya sedikit, menatap putranya yang terduduk di sampingnya di tepi danau, hembusan angin menerpa wajah mereka yang damai. Entah apa yang terjadi pada putranya hingga membuatnya tiba-tiba bertanya seperti ini, tapi Alona tidak terkejut sedikit pun karena ia sudah menduga bahwa akan ada pertanyaan seperti ini dari putranya. Sejujurnya Alona tidak begitu yakin dan juga tidak peduli putranya bisa sekuat ayahnya atau tidak, selama mereka bahagia, itu sudah lebih cukup, " entahlah, mungkin kamu bisa melampauinya. " Jawab Alona sambil tersenyum penuh arti.Elios menoleh menatap wajah ibunya, merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh sang ibu, padahal dirinya sudah serius bertanya tapi wanita di sampingnya malah menganggap pertanyaannya adalah lelucon." Mama aku serius! " Ujar Elios dengan wajah serius.Alona tiba-tiba tergelak lalu mencubit kedua pipi putranya yang menurutnya ekspresin
" Maaf mengganggu reuni kalian, tapi kita harus segera membunuh monster itu sebelum dia membunuh kita semua, " ujar Enes Tikta.Mendengar hal tersebut, ketiga pria itu pun langsung tersadar lalu menghentikan reuni antara guru dan kedua murid itu. Enes Tikta benar, sekarang bukanlah saatnya untuk reuni, bertukar rasa rindu apalagi membuat perhitungan pada salah satu muridnya yang sudah minta di hukum, karena itulah alasannya menyelamatkannya, tapi ia harus menyampingkan keinginannya itu karena di depan mereka ada musuh nyata yang harus mereka bereskan terlebih dahulu sebelum monster itu membunuh mereka semua. Akan tetapi membereskannya akan sangat sulit dan membutuhkan banyak waktu, mengingat rencana Enes Tikta yang merupakan mantan jendral nomor satu di bangsa vampir, hancur dalam hitungan menit saja.Jika rencana sang jendral no satu saja tidak bisa membunuh monster itu, lalu apa yang harus mereka lalukan sekarang?Apakah sungguh tak ada cara lain untuk mengalihkan perhatiannya
Elios termenung melihat bagaimana monster itu merusak formasi yang sudah mereka rencanakan matang-matang hanya dalam hitungan detik saja hingga sebuah tangan besar menarik tangannya hingga tubuhnya membentur tanah cukup keras dan membuatnya langsung tersentak tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati Tomi di sampingnya dan juga Lipe, keadaan keduanya tidak bisa di bilang baik tapi juga tidak terlalu buruk, kedua pakaian mereka compang camping dengan darah yang sudah kering. Melihat bahwa keduanya baik-baik saja, Elios sangat senang sekali dan tanpa sadar memeluk kedua pria itu dengan erat sambil menangis bahagia.Tomi dan Lipe saling terdiam lalu membuang muka satu sama lain." Belum satu tahun aku pergi dan kamu sudah cengeng seperti ini. Memalukan. " Ujarnya dengan dingin, tapi dari sorot matanya tak bisa di bohongi, dia, terlihat bahagia.Sebelumnya. . . . Saat Tomie menusuknya dari belakang, Lipe begitu marah da
Sementara itu, Elios dan lainnya bersiap untuk menyerang monster itu dan setelah mengalahkannya mereka akan mencari keberadaan Tomi kembali.Menurut sang tetua, monster itu bukan berasal dari alam melainkan hasil penelitian dan eksperimen yang gagal ratusan tahun yang lalu. Seperti yang diketahui, dulu semua ras berlomba-lomba membangun pasukan yang kuat.Karena para Goblin tidak memiliki leluhur yang kuat seperti Noblesse, mereka memutuskan untuk membuat leluhur mereka sendiri dan menciptakan Era Goblin di mana merekalah yang akan berkuasa menguasai alam semesta ini.Tak peduli berapa ratus hewan yang menjadi bahan percobaan, semuanya gagak total, ada yang hanya bertahan tiga detik ada pula yang tidak bertahan sama sekali karena tak kuat menahan efek dari penggabungan tubuh dan darah dari jenis hewan yang berbeda.Kendati begitu, mereka tak menyerah begitu saja, hingga mereka akhirnya berhasil menciptakan monster yang kuat dan mengerikan, tubuh kulitnya sekeras baja beton yang berasa
" Carles! Dimana kamu?! " Terdengar suara teriakan seroang pria dari kejauhan. Sontak membuat Zaiden dan yang lainnya spontan menoleh ke arah suara itu berasal. Sedangkan anak laki-laki itu terlihat senang mendengar suara itu dan langsung berlari begitu saja.Tak lama kemudian, sesosok pria tinggi muncul dari balik semak-semak dengan seorang wanita di sampingnya, raut kedua orang itu terlihat sangat khawatir, tapi kekhawatiran itu berubah menjadi kelegaan ketika mereka menemukan apa yang mereka cari.Akan tetapi, di detik berikutnya tubuh mereka tertegun menatap sosok pria yang tak asing di mata mereka. Suasana pun berubah menjadi sangat canggung, ketiganya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Hingga. . ." Teresa? Regas?! Apa ini benar kalian? " Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Zaiden yang menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya sendiri, dua orang yang paling ia benci, kini berdiri tepat di depan matanya sendiri.Tunggu? Jika mereka b
Sementara itu Zaiden dan bala tentaranya malah mendapatkan masalah ketika mereka salah memilih jalan dan malah berujung tersesat di hutan belantara padahal mereka tengah buru-buru untuk menyelamatkan tuan putri mereka.Namun, insiden ini sungguh tidak terduga sama sekali lebih parahnya lagi tak ada satupun dari mereka yang mengenali tempat ini sama sekali.Zaiden pun merasa sangat frustasi sekaligus merasa sangat bersalah karena gagal melindungi putrinya, sekarang, apa yang harus ia lakukan? Jika terus seperti ini, takutnya hal buruk sudah menimpa putrinya. " Yang mulia!!! Ada hewan buas! Lari!! " Pekik salah satu seorang prajurit, pria itu berlari berlumuran darah dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, tak berselang lama seekor beruang berukuran besar datang dan membunuh pria itu dengan cakarnya yang kuat.Sontak, hal ini pun membuat semua pasukan panik dan berlari berhamburan menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas itu, kendati begitu ada banyak korban yang berjatuhan.Karena h
Setelah memikirkan banyak pertimbangan, akhirnya Enes Tikta memutuskan untuk membunuh monster itu sekaligus mencari keberadaan Tomi, dengan persiapan yang sudah matang, mereka memutuskan berpencar untuk menemukan titik lemah dari monster itu. Saat ini, monster itu tengah tertidur karena telah memakan banyak goblin, saking terlelapnya suara dengkuran monster itu terdengar begitu halus.Pertama, Enes Tikta mencoba mendekati monster itu secara diam-diam, ia yakin bahwa setiap makhluk hidup pasti memiliki kelemahan, termasuk monster ini. Elios sendiri mencari keberadaan Tomi sedangkan yang lainnya mencoba membantu serta mencari korban yang masih selamat, sekaligus mencari tahu asal usul monster itu. Ternyata masih ada banyak korban yang selamat. Elios memutuskan membuat posko untuk menangani mereka, meski awalnya mereka terlihat ragu dan juga merasa sedikit malu tapi mereka akhirnya mau menerimanya." Terima kasih, tapi kenapa kalian membantu kami setelah apa yang akan kami lakukan pada
" Lalu bagaimana keadaan di luar sekarang? " Tanya Elios dengan perasaan harap-harap cemas, raut wajahnya terlihat begitu tidak sabaran. Tanpa menutupi apapun dari cucunya, Enes Tikta bahwa keadaan diluar sangatlah gawat dan juga berbahaya, terlebih lagi mereka hafus terjebak di tempat sempit dan gelap ini sampai bala bantuan tiba atau mereka bisa mengalahkan monster itu, tapi melihat keadaan mereka saat ini sangat tidak mungkin mengalahkannya apalagi dengan kekuatan mereka sekarang, yang ada mereka hanya mengantar nyawa dan mengisi perut monster itu.Di tambah saat ini mereka tak bisa kembali ke kerajaan vampir karena Zaiden telah memasang penghalang kuat yang tidak bisa di masuki oleh siapapun termasuk monster itu, hal ini bertujuan agar monster itu tidak masuk dan membahayakan seluruh bangsa vampir. Jika ingin masuk ke dalam pelindung itu, mereka harus membawa identitas vampir mereka karena hanya vampir saja yang bisa masuk ke dalam pelindung itu. Meski terdengar kejam dan j
Sementara itu. . .Fako tertawa terbahak-bahak karena kini tujuannya kembali terwujud, kali ini dirinya sangat yakin dan percaya diri bahwa tak ada siapapun lagi yang menghalangi atau pun menghancurkan rencananya lagi karena semua hambatannya telah ia singkirkan, kecuali. . Ia menolehkan kepalanya, menatap Elios dengan tatapan yang sulit di artikan lalu menyunggingkan bibirnya, tangannya kemudian mencengkram leher Elios yang kini dalam keadaan leman karena telah kehilangan banyak darah.Kali ini ia harus menyingkirkan kemungkinan yang bisa menggagalkan rencananya.Elios meronta sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan Fako dari lehernya, akan tetapi perbedaan kekuatan mereka saat ini begitu jauh membuatnya tak bisa berbuat banyak, perlahan tubuhnya mulai kehilangan tenaga dan juga kesadarannya.Sepintas, Elios bisa melihat wajah kedua orang tuanya yang ingin menjemputnya pergi bersama mereka membuatnya merasa senang, akhirnya mereka bertiga bisa berkumpul meski sejujurnya ia mera