Begitu Zhu Lian berkata lantang pada Tiger, suasana di Gang Biru III menjadi hening. Suasana tegang tercipta. Lu Dai, anak perempuan Nyonya Ta menggendong putrinya yang sesenggukkan karena kebisingan yang dibuat Tiger.“Ah, si tukang bakmi sahabatku. Mengapa kau memanggilku kencang-kencang seperti itu. Sudah tidak sabar ingin menyetorkan iuran kebersihanmu?” Tiger menyambut sapaan Zhu Lian sembari melangkah mendekat pada sang pedagang.“Hahaha …!” rekan-rekan Tiger yang berjumlah 4 orang tertawa-tawa.Bergeming, Zhu Lian terus menatap sengit ke arah Tiger dan kelompoknya. Ia berkata lagi. “Aku rasa, cukup sampai di sini tingkahmu bersama teman-temanmu itu. Aku sudah muak melihatnya!”Hingga hari itu, tidak ada pedagang di Gang Biru III yang berani menantang Tiger. Karena, dia memang bekerjasama dengan seorang dari dinas tata kota. Untuk, melakukan pungutan liar di kawasan niaga tersebut.Tetapi sekarang, ada seseorang yang dengan berani bersuara. Bahwa, dirinya menentang apa yang dila
Tantangan dari Zhu Lian membuat Tiger yang telah melihat keempat pengikutnya terkapar terpaku sejenak di tempat ia berdiri.“Kenapa diam saja, Tiger? Ayo, maju sini!” ulang Zhu Lian seraya mengulurkan tangan. Jari-jemarinya bergerak tanda meminta Tiger untuk mendatanginya.Ditantang sedemikian rupa, Tiger diam saja. Melihat nasib teman-temannya, sudah barang tentu dia jadi berpikir berulang kali untuk memenuhi tantangan Zhu Lian tersebut.“Kalau kau diam saja, biar aku yang …”Melihat Tiger tak kunjung melakukan tindakan, Zhu Lian kembali berbicara. Baru saja si preman membuka mulut, terjadi hal yang tidak disangka-sangka oleh Tiger.Set!Mengerahkan ilmu Langkah Bayangan Anginnya yang diakui Luo Yan melebihi pendekar tingkat Elevate pada umumnya, sosok Zhu Lian mengelebat dengan cepat. Tahu-tahu saja, dia sudah tiba di depan Tiger yang terperangah.“… maju!” lanjut Zhu Lian bersuara.Bets!Tangan Zhu Lian menghentak ke depan, melepas sebuah pukulan ke arah wajah musuh. Tiger tidak se
Mendengar apa yang dikatakan oleh pedagang tetangga neneknya, Lu Ping mengangguk-angguk penuh harap.Melihat anak manis itu menangis, Zhu Lian iba pada Lu Ping. Merasa dia bisa menghibur anak semata wayang Lu Dai itu, Zhu Lian memutuskan. Mendapatkan Boneka Kelinci Salju bukanlah perkara rumit baginya.“Nak Zhu Lian, tidak usah kamu mengambil boneka itu untuk cucuku. Biarkan saja dia. Nanti juga Lu Ping akan melupakannya,” sergah Nyonya Ta.Mengerti apa yang dikatakan neneknya, Lu Ping semakin sedih. “Huuu … hu-hu-hu …! Aku ingin bonekaku kembali … hu-hu-hu-hu!”“Lu Ping, jangan begitu. Tidak boleh kamu merajuk seperti itu, apakah kau tega membuat Paman Zhu Lian pergi menantang bahaya demi sebuah boneka?” larang Lu Dai.Kocak juga. Perkataan Lu Dai kemungkinan membuat Lu Ping semakin gundah. Antara menginginkan boneka tersebut, namun perkataan ibundanya juga membuat dirinya merasa tidak tega pada Zhu Lian.“Huwaaa …! Tetapi aku ingin boneka itu, Ibu!” Lu Ping merajuk.Terang saja Zhu
Pertanyaan yang keluar dari mulut Zhu Lian tersebut terlintas dalam kepalanya. Lalu, langsung ia perkatakan begitu saja.Ada maksudnya Zhu Lian bertanya seperti itu pada Bai Lu. Apalagi kalau bukan untuk mengetahui. Mungkinkah Bai Lu telah memiliki seorang kekasih atau tidak. Zhu Lian berharap, dia akan mendapat petunjuk. Apakah dirinya memiliki kesempatan untuk bersanding dengan gurunya atau tidak.“Sejauh ini …, aku rasa … keluargaku terutama ayah dan ibuku tidak pernah mengatur dengan siapa aku harus bergaul. Sedangkan masalah berpasangan … jujur saja. Kedua orang tuaku belum pernah membicarakan tentang dengan pria seperti apa aku mesti bersanding.”Jawaban Bai Lu tersebut bagai memberikan kelegaan pada Zhu Lian. Sebab menurut dia, bisa saja dirinya memiliki kesempatan untuk mendekati sang guru.Akan tetapi Zhu Lian tidak berani untuk bertanya lebih lanjut. Apakah Bai Lu telah memiliki kekasih atau belum.“Mengapa kau bertanya seperti barusan?” tanya Bai Lu dengan raut manis penuh
“Ak-aku … mesti bekerjasama dengan Bai Lu sama seperti yang aku lakukan dengan Luo Yan?”Begitu batin Zhu Lian bertanya-tanya. Baginya sekarang, segala hal yang melibatkan Bai Lu terkait dirinya menjadi sangat istimewa.Apalagi, sistemnya memberitahu. Sinergi antara Zhu Lian dengan sang guru akan menghasilkan poin yang lebih tinggi dibanding saat Luo Yan membantu dia tempo hari.“Tapi, bagaimana cara aku mengajak Bai Lu berduet? Posisiku dengan Luo Yan waktu itu berbeda. Aku dan Bai Lu adalah guru dan murid. Diriku dalam proses belajar. Maukah dia melakukan serangan bersama-sama diriku?” Zhu Lian kembali bertanya-tanya dalam hatinya.Selesai menaklukkan para Buaya Batu, Zhu Lian dan Bai Lu meneruskan perjalanan. Karena mereka berada di lantai 4 terutama mulai memasuki lapisan terdalamnya, makhluk-makhluk di sana mulai menunjukkan betapa agresifnya mereka.Beberapa kali, keduanya harus berhadapan dengan monster-monster yang menghadang. Atau secara tidak sengaja, Zhu Lian dan Bai Lu men
Bai Lu yang berdiri di belakang Zhu Lian mengingatkan muridnya. Sembari memegangi bagian kanan wajahnya yang terkena terjangan Kelinci Salju, Zhu Lian melirik ke arah sang guru.“Terima kasih sudah mengingatkan, Guru,” ujar Zhu Lian. “Kenapa tidak sejak tadi kau mengingatkanku,” katanya agak mengomel.“Apakah aku mendengarmu menggerutu barusan?” goda Bai Lu dengan gaya anggunnya.Apapun yang diperbuat Bai Lu bisa ditolerir oleh Zhu Lian. Lagi pula, status dia adalah murid dari perempuan jelita itu. Sehingga saat itu, Zhu Lian menurunkan telapak tangan dari mukanya.“Tidak, Guru. Aku hanya … merasa sebal pada kelinci yang melakukan serangan mendadak itu,” ujar Zhu Lian. Ia melirik dongkol pada si kelinci yang bertengger di atas sebuah batu.Keberadaan Bai Lu bagai menajdi motivasi yang tinggi bagi Zhu Lian. Dalam benaknya, ia memastikan. Dirinya harus fokus untuk menghadapi makhluk yang ia buru tersebut.Apa yang dikatakan Bai Lu benar. Pada saat Kelinci Salju menyerangnya barusan, Zhu
Untuk sejenak, Zhu Lian menyimak suara itu baik-baik. Kemudian, perasaan geli menyambanginya. Itu adalah suara Tiger. Dia ingin tertawa jadinya.Bukannya Zhu Lian meremehkan Tiger. Bahkan sebelum dia membuat si preman terkencing-kencing di celana, bagi Zhu Lian hubungan mereka sebetulnya ia anggap bagai kucing dan anjing. Yang satu menakut-nakuti, yang satu menurut saja. Karena, ada kepentingan.Melempar lap yang biasa ia gunakan untuk bersih-bersih, Zhu Lian keluar dari warung bakminya. Saat itulah ia agak terkejut. Tiger tidak datang sendirian. Ada 5 orang bersama dengan dia. Kesemuanya mengenakan busana pendekar dan baju lapangan.“Tiger datang bersama para pendekar?” dalam hatinya Zhu Lian bertanya-tanya.Saat mantan preman Gang Biru III itu melihat kemunculan Zhu Lian ia menyeringai, lalu berucap, “Zhu Lian, aku datang kemari untuk mengklaim kembali Gang Biru III ini darimu …!”Perkataan Tiger tersebut membuat Zhu Lian semakin ingin tertawa. Jelas-jelas Tiger menganggap dirinya b
Tanpa ragu dan lantang, Zhu Lian menantang para pendekar teman-teman dari Tiger tersebut. Terang saja kelima orang itu panas hati jadinya. Sebagaimana pun Zhu Lian menunjukkan tingkatan kekuatan spiritualnya, mereka tidak mengenal sang pedagang bakmi. Sehingga, bangkit keberanian mereka untuk menyerang dia. Mereka semua membangkitkan ilmu spiritualnya dan berkata-kata. “Bocah kemarin sore saja sudah berani menantang kami!” “Jangan salahkan kami apabila kamu tumbang dan tidak dapat bangkit kembali, bocah tengil!” “Hyaaa ….!” Sempat berkata-kata terlebih dahulu, lima orang pendekar itu maju menerjang ke arah Zhu Lian. Orang yang akan mereka hadapi tetap tenang. Satu orang tiba lebih dahulu di hadapan Zhu Lian. Ia segera melayangkan bogem ke arah kepala lawan. Namun, Zhu Lian berhasil berkelit. Set! Orang kedua memutar tubuh dan melepaskan tendangan. Tetapi Zhu Lian mampu menghindarinya. Tiga pendekar lain menyusul mereka semua mengerahkan pukulan maupun sepakan ke arah Zhu Lian.