Nathanael Michaelis. Itu adalah nama baru yang dia miliki setelah lahir kembali. Sistem juga sudah mengirim seluruh memori yang tersisa. Memberikan seluruh informasi yang Nathan butuhkan untuk hidup di dunia barunya.
Seorang pemuda yang hidup sendirian di dalam apartemen. Walau terbilang muda di usia 21 tahun, tetapi Nathan sanggup membiayai hidupnya sendiri.
Selain itu, dia mengetahui bahwa perbedaan mendasar dari dunia ini adalah bumi jauh berbeda dengan miliknya. Kalau dulu, manusia hidup berdampingan dengan mana. Tetapi, bumi berbanding terbalik dengannya. Fenomena mana seperti itu hanya ada dalam buku fiksi yang di tulis sebagai hiburan untuk kalangan anak-anak hingga dewasa.
Nathan menghela nafas sembari duduk di atas kasur.
“Baiklah, aku sudah mati. Dan sekarang aku hidup lagi di sebuah dunia tanpa mana.”
Tidak ada yang bisa Nathan lakukan untuk sementara. Dia masih berusaha untuk menenangkan diri sembari menyerap seluruh informasi yang sistem itu berikan padanya.
Tak lama kemudian, Nathan menoleh ke samping. Meja yang ada di sisi kasurnya itu memperlihatkan sebuah handphone, laptop dan juga sebuah dompet. Tangannya meraih dompet dan membuka seluruh isi data diri yang tersimpan di dalamnya.
“Indo … nesia.”
Kewarganegaraan dari kartu tanda penduduk yang Nathan miliki membuatnya mengenali negara yang saat ini dia tinggali. Sebuah negara yang terletak di Asia Tenggara, negara dengan kepulauan terbanyak di bumi.
Ting!
[ Nama : Nathanael Michaelis ]
[ Level : 1 ]
[ HP : 1000/1000 ]
[ MP : 100/100 ]
[ Class : - ]
[ Kekuatan : 10 ]
[ Kecerdasan : 10 ]
[ Kelincahan : 10 ]
[ Indera : 10 ]
[ Skill : - ]
Terlepas dari panel sistem yang menunjukan status tersebut, Nathan masih berusaha untuk menghiraukannya sesaat.
Tubuh yang diangkat berdiri sontak menuntunnya untuk mencuci wajah dan mengganti pakaian. Nathan tidak menghabiskan sedetikpun sia-sia, dia langsung berjalan keluar dari apartemen yang dia tinggali saat ini.
Menuruni lift dan keluar dari pintu lobby utama. Tanpa tujuan, dia berjalan di tengah kota Jakarta sendirian. Ramainya orang berlalu-lalang, sibuk dengan handphone, anak, maupun pekerjaan dan lalu lintas yang ramai.
“(Benar-benar beda. Semua ini terlihat sangat maju dan canggih, tetapi di satu sisi cukup mengherankan. Seharusnya mereka menjadi lebih mudah dengan berbagai macam teknologi yang membantu kehidupan mereka, tetapi entah kenapa hal tersebut jadi merepotkan mereka sendiri)”
Entah ke mana langkah kakinya itu menuntun. Di kala Nathan sedang melihat seisi kota, tiba-tiba saja ada getaran di tubuhnya.
Drrt drrt!
“Apa ini?”
Dia meraih ke dalam jaket dan melihat handphonenya bergetar. Di dalamnya tertulis tampilan ‘Pak Andre’.
Tut!
“Halo?”
“Nathan, kau ada di mana? Ini sudah lewat dari jam masuk, mau masuk jam berapa kau?”
“Eh, ini siapa?”
“Hah? Kau jangan macam-macam dengan trend prank yang sedang ramai di sosial media. Cepat kemari atau akan kupotong gajimu!”
Tut!
Teriakan keras yang datang dari telepon itu bahkan membuat telinga Nathan terasa sakit. Namun, selintas memori yang muncul di kepalanya membuat dia memahami situasi tersebut.
Orang yang menelponnya barusan adalah Andre. Seorang atasan dari pekerjaan Nathan di salah satu perusahaan di kota Jakarta.
“Sebuah pekerjaan. Bukan menjaga, melainkan bekerja di belakang sebuah teknologi. Dunia ini benar-benar unik.”
Handphonenya langsung dimasukkan ke dalam saku. Nathan tidak memiliki pilihan selain mengikuti alur kehidupannya saat ini. Perlahan-lahan, dia harus beradaptasi dengan dunia baru.
Nathan yang sedang berjalan menuju kantornya pun melihat sekitarnya yang dipenuhi oleh gedung-gedung tinggi. Namun, di tengah situasi pun terdapat sebuah notifikasi muncul di hadapannya.
Ting!
“Uwa!”
Teriakannya mengejutkan orang-orang di sekitar. Hampir semua mata tertuju kepadanya dengan sorot kebingungan.
“Ma … maaf.”
Gumam Nathan sembari kembali berjalan dengan kepalanya yang menunduk.
“Apa sih. Sistem ini masih ada?”
[ Sistem telah mengoptimalisasikan pertumbuhan anda ]
[ Memulai program misi! ]
Langkah kaki Nathan langsung terhenti sejenak. Kata ‘misi’ yang di tulis sistem membuatnya kebingungan. Terlebih lagi, sebuah panel baru muncul tepat setelahnya.
Ting!
[ Misi harian :
- Push up 100x (belum selesai)
- Sit up 100x (belum selesai)
- Pull up 50x (Belum selesai)
- Lari 10km (belum selesai)
[ Batas waktu ; 14 : 24 : 36 ]
Catatan : Misi harian adalah sebuah misi yang akan diberikan secara rutin kepada anda, dengan batas waktu 1 hari penuh untuk menyelesaikannya. Jika misi harian tidak di selesaikan dalam batas waktu yang telah di tentukan, maka ‘anda’ akan menghadapi ‘hukuman’ ]
“HAH?!”
Teriakannya kembali bocor di tengah-tengah keramaian. Semua sorot mata kembali menatap tajam ke arahnya dengan raut wajah alis mengerut kebingungan.
“Ma … maaf.”
Betapa memalukannya bagi Nathan mempermalukan dirinya sendiri dengan hal yang sama. Dia segera berjalan menepi ke salah satu gang kecil yang ada di tepi jalan.
“Apa-apaan ini. Aku di lempar ke dunia lain yang bahkan sangat asing dari bayanganku. Dan sekarang, aku di hadapi sebuah sistem gila yang menyuruhku untuk melakukan misi harian semacam ini?!”
Kalau saja dia masih memiliki kondisi tubuhnya yang lama, maka Nathan tidak akan merasa kesulitan dengan latihan fisik tadi. Namun, tubuhnya yang sekarang adalah seseorang dari dunia yang tidak mengenali apa itu mana.
Nathan menghela nafas. Tubuhnya dibiarkan bersantai dengan punggung yang bersandar di tembok.
DUAR!
Suara ledakan dahsyat menggetarkan tanah dan tembok di sana. Nathan sendiri yang baru saja menempelkan punggungnya dibuat lompat kebingungan.
“Apa itu?!”
“Lari!”
“Aahh!”
Teriakan, tangisan dan suara langkah kaki terburu-buru datang dari arah jalan besar. Nathan bergerak keluar dari gang kecil itu.
“Hei, apa yang terjadi?! Nona!”
Orang-orang berlari ketakutan tak karuan. Tak terlepas dari bagaimana mereka tersandung berulang kali sembari menoleh ke belakang berulang kali.
Dum dum!
Graa!
Raungan keras layaknya hewan buas datang dari belakang. Nathan sontak menoleh ke belakang dan membuka kedua mata dengan lebar.
“Mustahil!”
Langkah kaki terdengar begitu banyak, sama seperti dengan jumlahnya. Makhluk-makhluk yang berdiri jauh di depannya adalah monster yang membuat kekacauan bagi orang-orang di sana.
Tubuh besar, kecil dengan struktur yang aneh. Bisa di katakan sebagai iblis monster yang muncul dari dalam novel fantasi. Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah Nathan mengenali makhluk-makhluk tersebut.
“(Mereka … iblis dari duniaku. Gimana caranya mereka bisa ada di sini?!)”
Memori lama yang kembali melintas di dalam kepalanya. Seakan mimpi buruk yang datang secara langsung menghantuinya hingga membuat seluruh tubuh hingga tulangnya bergetar.Tepat dari kejauhan, monster-monster itu terlihat masih sama mengerikannya dari dunianya. Dan di tengah kekacauan, mereka bergerak menghabisi siapapun yang ada tepat di depan matanya.Zrat zrat!“Aaghhh!”“Uacckh!”Graaa!Pemandangan yang Nathan lihat saat ini tidak berbeda dari bagaimana monster-monster itu datang ke dunianya. Gertakan gigi dengan amarah yang memenuhi seluruh tubuhnya itu membuatnya tidak bisa tinggal diam.“Sialan, lagi dan lagi kalian menghancurkan kehidupan orang-orang!”Kedua tangannya di angkat ke belakang punggung seolah ingin mengambil sesuatu. Namun, kedua tangannya tidak merasakan apapun selain hampanya udara.Nathan baru saja menyadari bahwa dia tidak memiliki kedua pedang di sisinya lagi. Di tengah-tengah kebingungannya, tiba-tiba saja salah satu monster datang ayunan pedang raksasanya.G
Terungkapnya makna keberadaan sistem di tengah situasi sengit. Namun, hal ini berujung kepada Nathan yang akhirnya membalikkan keadaan.Graaa!Raungan keras dari para monster-monster itu diikuti dengan pergerakan ganas mengejarnya. Nathan langsung memegang anak kecil yang dia gendong erat-erat.“Tutup matamu dan pegang yang erat ya?” ujar Nathan.“Eh?!”Tentu saja anak kecil itu kebingungan. Raut wajah yang berubah pucat tidak bisa melakukan apapun selain menuruti ucapannya. Sedangkan Nathan memperkuat lengannya dengan menyalurkan sejumlah mana ke dalam belati.Wusshh!Graa!Ayunan kuat datang tepat dari depannya. Tebasan pedang raksasa, pukulan, maupun serangan beragam lainnya dari tubuh abstrak para monster-monster datang dari segala arah. Namun, suara nyaring dari bilah belati yang bernyanyi ria di kala Nathan menahan setiap serangan yang datang. Tak terlepas dari itu, dia juga menyerang balik dan menumbangkan sejumlah monster.Trang trang![ Anda telah mengalahkan monster ][ And
Mentari pagi datang menembus tirai jendela. Sinar yang menyilaukan mata itu datang di kedua mata seorang lelaki yang sedang tertidur pulas di atas kasur.“Uuhh ...”Erangan yang keluar dari mulutnya diikuti dengan tubuh yang merenggang. Kedua tangan serta kaki di rentangkan seolah melemaskan otot yang ada. Mulut terbuka sembari menguap kantuk yang belum pudar. Kedua mata lelaki itu perlahan terbuka. Dia melihat bagaimana ada langit-langit kamar berbentuk plafon itu.“Huh?”Relaksasi yang dia lakukan setelah kedua mata terbuka pun menghilang. Kedua matanya terbuka kuat sembari menoleh ke kiri dan kanan. Meja yang rapih dengan berbagai macam benda tak dikenal. Serta, tubuhnya yang tertidur di atas kasur nyaman terbuat dari busa paling empuk.Dia yang melihat hal tersebut seolah panik dengan sekitarnya.“Apa ini?”Dia memegang tubuhnya berulang kali. Otot-otot perkasa terasa begitu keras di seluruh sisi tubuh. Lelaki tersebut memegang wajah dan rambutnya kebingungan.“Berbeda. Apa yang
“Serang!”Bruak bruak!Teriakan penuh semangat dengan darah yang bercucuran di mana-mana. Sebuah medan perang terlihat mengerikan bagaimana manusia sedang melawan sekumpulan monster yang datang dari dimensi lain.Senjata dan energi magis bernama mana adalah serangan utama dari para manusia. Mereka menggunakan manipulasi mana sesuai dengan kemampuan untuk melawan para monster-monster tersebut.Graa!!Zuoorr!Di antara semua orang, terlihat salah satu orang yang lebih menonjol dari yang lain. Lelaki yang mengangkat kedua pedang dan menebas habis para monster dua kali lebih cepat dan kuat dari orang-orang lainnya.Zrat zrat zrat!“Huoo!!”“Jendral Igris!”Teriak salah satu prajurit terhadap lelaki tersebut. Dia bernama Igris, salah satu dari Jendral kerajaan yang memimpin pasukan tersebut.“Angkat pedang kalian dan ikuti aku. Pertarungan belum selesai!” teriak Igris.“Ikuti Jendral!”“Waaaa!!”Teriakan semangat diikuti oleh semua orang. Bersama-sama mereka menerobos barisan monster-monst
Masa depan?Bukan.Masa lalu?Bukan juga.Lantas apa?Igris bertanya kepada dirinya sendiri. Dia terjebak dalam kehampaan yang membuatnya terjatuh tiada henti. Menghadap ke kiri atau kanan, kedua mata hanya dapat memandang sebuah kilasan cermin yang memperlihatkan sebuah perjalan hidup.Ini … ingatanku?Tidak, bukan.Aku tidak pernah melihat sesuatu yang seperti ini.Dia bahkan tidak mengenali satupun hal di sana. Apa yang sedang terjadi di depan matanya seperti sebuah film dokumentasi dengan sudut pandang orang pertama. Semakin lama Igris di dalam kehampaan tersebut, perlahan-lahan lintasan cermin yang menunjukan ingatan tersebut menjadi semakin cepat. Dari segala arah, lintasan cermin itu menjadi semakin sempit seolah mendekati Igris sebagai pusatnya.Trang! [ Transfer memori telah selesai ]Lagi-lagi suara ini. Apa sebenarnya ini? Tulisan melayang dengan suara aneh.[ Sistem mendeteksi sebuah gangguan ]Gangguan?[ Efek ‘shock’ dari kematian membuat pemain dalam fase ‘pemulihan’
Terungkapnya makna keberadaan sistem di tengah situasi sengit. Namun, hal ini berujung kepada Nathan yang akhirnya membalikkan keadaan.Graaa!Raungan keras dari para monster-monster itu diikuti dengan pergerakan ganas mengejarnya. Nathan langsung memegang anak kecil yang dia gendong erat-erat.“Tutup matamu dan pegang yang erat ya?” ujar Nathan.“Eh?!”Tentu saja anak kecil itu kebingungan. Raut wajah yang berubah pucat tidak bisa melakukan apapun selain menuruti ucapannya. Sedangkan Nathan memperkuat lengannya dengan menyalurkan sejumlah mana ke dalam belati.Wusshh!Graa!Ayunan kuat datang tepat dari depannya. Tebasan pedang raksasa, pukulan, maupun serangan beragam lainnya dari tubuh abstrak para monster-monster datang dari segala arah. Namun, suara nyaring dari bilah belati yang bernyanyi ria di kala Nathan menahan setiap serangan yang datang. Tak terlepas dari itu, dia juga menyerang balik dan menumbangkan sejumlah monster.Trang trang![ Anda telah mengalahkan monster ][ And
Memori lama yang kembali melintas di dalam kepalanya. Seakan mimpi buruk yang datang secara langsung menghantuinya hingga membuat seluruh tubuh hingga tulangnya bergetar.Tepat dari kejauhan, monster-monster itu terlihat masih sama mengerikannya dari dunianya. Dan di tengah kekacauan, mereka bergerak menghabisi siapapun yang ada tepat di depan matanya.Zrat zrat!“Aaghhh!”“Uacckh!”Graaa!Pemandangan yang Nathan lihat saat ini tidak berbeda dari bagaimana monster-monster itu datang ke dunianya. Gertakan gigi dengan amarah yang memenuhi seluruh tubuhnya itu membuatnya tidak bisa tinggal diam.“Sialan, lagi dan lagi kalian menghancurkan kehidupan orang-orang!”Kedua tangannya di angkat ke belakang punggung seolah ingin mengambil sesuatu. Namun, kedua tangannya tidak merasakan apapun selain hampanya udara.Nathan baru saja menyadari bahwa dia tidak memiliki kedua pedang di sisinya lagi. Di tengah-tengah kebingungannya, tiba-tiba saja salah satu monster datang ayunan pedang raksasanya.G
Nathanael Michaelis. Itu adalah nama baru yang dia miliki setelah lahir kembali. Sistem juga sudah mengirim seluruh memori yang tersisa. Memberikan seluruh informasi yang Nathan butuhkan untuk hidup di dunia barunya.Seorang pemuda yang hidup sendirian di dalam apartemen. Walau terbilang muda di usia 21 tahun, tetapi Nathan sanggup membiayai hidupnya sendiri.Selain itu, dia mengetahui bahwa perbedaan mendasar dari dunia ini adalah bumi jauh berbeda dengan miliknya. Kalau dulu, manusia hidup berdampingan dengan mana. Tetapi, bumi berbanding terbalik dengannya. Fenomena mana seperti itu hanya ada dalam buku fiksi yang di tulis sebagai hiburan untuk kalangan anak-anak hingga dewasa.Nathan menghela nafas sembari duduk di atas kasur.“Baiklah, aku sudah mati. Dan sekarang aku hidup lagi di sebuah dunia tanpa mana.”Tidak ada yang bisa Nathan lakukan untuk sementara. Dia masih berusaha untuk menenangkan diri sembari menyerap seluruh informasi yang sistem itu berikan padanya.Tak lama kemu
Masa depan?Bukan.Masa lalu?Bukan juga.Lantas apa?Igris bertanya kepada dirinya sendiri. Dia terjebak dalam kehampaan yang membuatnya terjatuh tiada henti. Menghadap ke kiri atau kanan, kedua mata hanya dapat memandang sebuah kilasan cermin yang memperlihatkan sebuah perjalan hidup.Ini … ingatanku?Tidak, bukan.Aku tidak pernah melihat sesuatu yang seperti ini.Dia bahkan tidak mengenali satupun hal di sana. Apa yang sedang terjadi di depan matanya seperti sebuah film dokumentasi dengan sudut pandang orang pertama. Semakin lama Igris di dalam kehampaan tersebut, perlahan-lahan lintasan cermin yang menunjukan ingatan tersebut menjadi semakin cepat. Dari segala arah, lintasan cermin itu menjadi semakin sempit seolah mendekati Igris sebagai pusatnya.Trang! [ Transfer memori telah selesai ]Lagi-lagi suara ini. Apa sebenarnya ini? Tulisan melayang dengan suara aneh.[ Sistem mendeteksi sebuah gangguan ]Gangguan?[ Efek ‘shock’ dari kematian membuat pemain dalam fase ‘pemulihan’
“Serang!”Bruak bruak!Teriakan penuh semangat dengan darah yang bercucuran di mana-mana. Sebuah medan perang terlihat mengerikan bagaimana manusia sedang melawan sekumpulan monster yang datang dari dimensi lain.Senjata dan energi magis bernama mana adalah serangan utama dari para manusia. Mereka menggunakan manipulasi mana sesuai dengan kemampuan untuk melawan para monster-monster tersebut.Graa!!Zuoorr!Di antara semua orang, terlihat salah satu orang yang lebih menonjol dari yang lain. Lelaki yang mengangkat kedua pedang dan menebas habis para monster dua kali lebih cepat dan kuat dari orang-orang lainnya.Zrat zrat zrat!“Huoo!!”“Jendral Igris!”Teriak salah satu prajurit terhadap lelaki tersebut. Dia bernama Igris, salah satu dari Jendral kerajaan yang memimpin pasukan tersebut.“Angkat pedang kalian dan ikuti aku. Pertarungan belum selesai!” teriak Igris.“Ikuti Jendral!”“Waaaa!!”Teriakan semangat diikuti oleh semua orang. Bersama-sama mereka menerobos barisan monster-monst
Mentari pagi datang menembus tirai jendela. Sinar yang menyilaukan mata itu datang di kedua mata seorang lelaki yang sedang tertidur pulas di atas kasur.“Uuhh ...”Erangan yang keluar dari mulutnya diikuti dengan tubuh yang merenggang. Kedua tangan serta kaki di rentangkan seolah melemaskan otot yang ada. Mulut terbuka sembari menguap kantuk yang belum pudar. Kedua mata lelaki itu perlahan terbuka. Dia melihat bagaimana ada langit-langit kamar berbentuk plafon itu.“Huh?”Relaksasi yang dia lakukan setelah kedua mata terbuka pun menghilang. Kedua matanya terbuka kuat sembari menoleh ke kiri dan kanan. Meja yang rapih dengan berbagai macam benda tak dikenal. Serta, tubuhnya yang tertidur di atas kasur nyaman terbuat dari busa paling empuk.Dia yang melihat hal tersebut seolah panik dengan sekitarnya.“Apa ini?”Dia memegang tubuhnya berulang kali. Otot-otot perkasa terasa begitu keras di seluruh sisi tubuh. Lelaki tersebut memegang wajah dan rambutnya kebingungan.“Berbeda. Apa yang