Ludwig menyamar sebagai seorang dokter. Ia berjalan di lorong bersama beberapa polisi, bertindak sehati-hati mungkin.“Aku belum mendapatkan informasi mengenai pasukan Evan Mulikas hingga sekarang. Tua bangka sialan itu membuatku sangat muak,” gumamnya.Ludwig memasuki sel, mendekati Liam yang tengah berbaring di ranjang. Ia melirik para polisi di luar jeruji, mulai memeriksa dan mengobati Liam.Liam mengabaikan kehadiran dokter itu. Saat memejamkan mata, pria itu tiba-tiba teringat dengan momen saat beberapa orang menyerang mobilnya, lalu membekuknya dan Levon dengan sangat cepat. Semua kejadian malam kemarin masih memenuhi kepalanya, dan ia sangat kesal dengan penghinaan itu.“Kau membuatku muak, Liam,” bisik Ludwig.Liam sontak terkejut mendengar suara barusan, bersikap setenang mungkin. “Dasar bajingan! Kau pasti senang melihat keadaanku sekarang, Paman. Kau terlambat sehingga aliansi sialan itu menghancurkanku, ayah, Levon, dan kakek.”“Pelankan suara, bajingan tengik! Aku terlam
Davis terbangun saat mendengar suara alarm. Ia membuka mata perlahan, mengamati keadaan sekeliling. Ia bergegas duduk, mengamati keadaannya.“Aku tertidur di lantai setelah aku menyelesaikan quest harian semalam.” Davis berdiri, merenggangkan badan berkali-kali. Ketika mengecek ponsel, ia mendapatkan pesan dari Henry Tolando.“Tuan Henry meminta seluruh anggota aliansi berkumpul besok untuk membahas kemungkinan Lucas dan sekutunya melakukan penyerangan.”Davis mengecek keadaan Lucas, Liam, Levon, dan Landon. “Mereka masih berada di penjara dan rumah sakit. Aku sempat mengira jika mereka akan melarikan diri dan posisi mereka digantikan oleh tiruan mereka.”Davis mengecek informasi di forum internet. “Beberapa warga net percaya jika Lucas ditangkap di sebuah pulau, bukan di kediamannya. Aku penasaran siapa yang sudah membocorkan hal itu ke publik. Akan tetapi, itu bukan masalah besar untukku sekarang.”Davis memeriksa berita. “Pemerintah Fluxton menyita banyak aset penting milik keluarg
Bawahan si pria bertato menyimpan sekotak penuh alat-alat di atas meja. “Aku sedikit terlambat karena musuh berusaha mencuri benda-benda ini dari tanganku, Bos. Mereka mengerahkan banyak pasukan. Beberapa bawahanku bahkan mengalami kecelakaan hingga mereka harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.”Pria bertato itu memeriksa kotak, tersenyum lebar. Ia mengambil sebuah sarung tangan, mengamatinya saksama. “Sarung tangan ini sangat cocok untukku. Jelaskan kegunaan sarung tangan ini. Apakah kegunaannya masih sama seperti sarung tangan yang kau berikan padaku tempo hari?”Pria berambut panjang itu berkata, “Sarung tangan itu merupakan salah satu benda yang paling dicari di pasar gelap. Harganya bahkan bisa mencapai seratus ribu dolar. Sarung tangan itu memiliki kemampuan untuk mengalirkan listrik, menciptakan pelindung yang bisa melindungi dari tembakan pistol, meningkatkan kekuatan pukulan, dan membuat pemakainya mampu merayap di dinding dan atap.”“Aku ingin membuktikan perkataanmu.”
Deric seketika menoleh pada Donald dan Mario, mengepalkan tangan erat-erat.“Hentikan ocehan menyebalkanmu, Mario.” Donald duduk di hadapan Mario, mendengkus kesal. “Aku ingin bicara hal penting denganmu.”Deric duduk di samping Donald, menatap tajam Mario yang sibuk dengan pekerjaannya. “Aku yakin kau mengawasi seluruh anggota keluarga Miller.”“Bukankah aku berada di sini untuk mengawasi kalian semua?” Mario tersenyum.“Kau lebih cerdas dibandingkan Victor dan para bawahannya. Kau bisa memanipulasi sistem di rumah ini sesukamu.”Mario tersenyum, mencondongkan wajahnya ke arah Donald dan Deric. “Rahasiakan hal ini dari yang lain. Aku memang bisa memanipulasi sistem rumah ini sesuka hatiku. Aku bahkan bisa melepaskan diri dari ruangan ini jika aku mau.”“Dasar brengsek!” Donald mencengkeram baju Mario, bersiap memukul. Akan tetapi, Deric segera menahan tangannya.“Aku bisa keluar dari ruangan ini, tetapi aku juga bisa mati di tangan para penjaga jika aku melakukannya. Kalian pasti mel
[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 32 (2355/3200)][Health Point: 45/51][Kekuatan: 51 | Pertahanan: 52 | Kecerdasan: 48 | Kelincahan: 51][Money Power: $30.271.055.000]Davis berbaring di pantai, menatap langit biru. Ombak kecil membasahi kakinya. Suasana begitu hening. Ketika ia memejamkan mata, ia merasakan ketenangan. Akan tetapi, tak lama setelahnya, peristiwa kerusuhan dan kebakaran kembali memenuhi kepalanya. “Sampai kapan kau akan tertidur di sana, Davis?” tanya Sammy seraya mendekat. “Kau harus segera pergi ke kantor.”Davis bergegas berdiri, mengembus napas panjang. “Aku sudah memberi tahu Emmanuel jika aku libur hari ini. Aku ingin beristirahat.”Davis tercenung ketika mengamati Alex tengah bertengkar dengan Jacob. “Aku ingin mengantarkan Alex ke sekolah hari ini. Aku belum pernah melihat sekolahnya.”“Kau sebaiknya segera bersiap-siap.”Davis membersihkan diri, berganti pakaian. Ia berkumpul bersama yang lain di meja makan untuk sarapan. “Alex,
Mario mengecek perkembangan pembuatan alat-alat canggih di layar. Ia terdiam saat mengingat perkataan Donald tadi.“Jika Daniel, Donald dan saudara-saudara mereka bertengkar, aku akan sangat diuntungkan. Aku bisa menyelinap keluar dari rumah ini . Sayangnya, aku mengkhawatirkan Mike dan keluarganya jika aku bertindak sembrono. Aku harus memastikan banyak hal sebelum aku melarikan diri.”Mario tercenung saat melihat sebuah notifikasi. “Dylan mengirim pesan padaku.”Mario membuka pesan, bersikap setenang. Ia menghela napas beberapa detik, tersenyum. “Baiklah, Dylan memintaku untuk membantu Donald. Aku menduga dia akan muncul saat perang saudara terjadi.”Mario mengepalkan tangan erat-erat saat mengingat kejadian masa lalu. Ia menggertakkan gigi ketika teringat sosok putra Damian dan Dominique. “Bayi itu pasti sudah dewasa jika dia masih hidup. Aku sungguh bodoh.”Mario menunduk, menahan air mata sekuat mungkin. “Aku sungguh bodoh karena percaya pada Daniel dan saudara-saudaranya. Aku b
Dennis, Dawson, dan Deavon bertemu di lorong, saling menatap satu sama lain. Mereka memasuki ruangan, duduk di sofa. Detak jarum jam seolah menertawakan keadaan mereka sekarang.Donald berjalan di lorong, mengabaikan para pengawal dan pelayan yang membungkuk padanya. “Aku ingin mendengar jawaban dari ketiga adik bodohku. Jika mereka menolak bekerja sama denganku, mereka dan keluarga mereka harus mendapatkan hukuman yang berat. Aku tahu mereka sudah muak dengan tingkah Daniel selama ini.”Donald berhenti di depan sebuah pintu, tersenyum. Semua peristiwa yang ia lalui semenjak andil dalam pembunuhan Damian, Dominique, Davis, dan Dylan hingga saat ini bermunculan di pikirannya.Donald mengamati kedua tangannya. “Aku sudah mengotori tanganku dengan darah Damian dan keluarganya. Dosa ini tidak akan terampuni dan hanya bisa dibayar dengan hukuman di neraka. Jika memang aku harus pergi ke neraka, aku tidak ingin menyesal dengan keputusanku sekarang. Aku harus menjadi ahli waris keluarga daan
Ludwig mengikuti pria itu memasuki rumah, mengamati keadaan sekeliling. Beberapa penjaga berdiri di beberapa titik, fokus pada tugas mereka.“Tuan Logan menunggu Anda di dalam ruangan, Tuan.” Pria itu menekan bel.“Masuklah.” Logan tengah sibuk memeriksa berita di internet. “Levon dan keluarganya terlalu meremehkan musuh sehingga mereka kalah. Selain itu, Levon terlalu angkuh sampai dia menolak saran dan bantuanku.”Ludwig memasuki ruangan.“Kau pasti Tuan Ludwig, Paman Levon.” Logan menghampiri Ludwig dengan kursi yang otomastis berjalan. Ia masih fokus dengan tabletnya.“Kau benar.” Ludwig mengepalkan tangan erat-erat. “Sial, dia tampaknya bocah menyebalkan seperti Levon. Ini tidak mudah,” gumamnya.“Duduklah.” Logan berhenti di dekat meja, menyimpan tabletnya setelah Ludwig duduk. “Levon menghubungiku sebelum dia tertangkap. Dia memintaku untuk membantunya. Dia angkuh dan ceroboh sehingga dia kalah. Aku sudah memberinya saran sekaligus tawaran untuk membantunya sebelum kejadian, te
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m