Deric seketika menoleh pada Donald dan Mario, mengepalkan tangan erat-erat.“Hentikan ocehan menyebalkanmu, Mario.” Donald duduk di hadapan Mario, mendengkus kesal. “Aku ingin bicara hal penting denganmu.”Deric duduk di samping Donald, menatap tajam Mario yang sibuk dengan pekerjaannya. “Aku yakin kau mengawasi seluruh anggota keluarga Miller.”“Bukankah aku berada di sini untuk mengawasi kalian semua?” Mario tersenyum.“Kau lebih cerdas dibandingkan Victor dan para bawahannya. Kau bisa memanipulasi sistem di rumah ini sesukamu.”Mario tersenyum, mencondongkan wajahnya ke arah Donald dan Deric. “Rahasiakan hal ini dari yang lain. Aku memang bisa memanipulasi sistem rumah ini sesuka hatiku. Aku bahkan bisa melepaskan diri dari ruangan ini jika aku mau.”“Dasar brengsek!” Donald mencengkeram baju Mario, bersiap memukul. Akan tetapi, Deric segera menahan tangannya.“Aku bisa keluar dari ruangan ini, tetapi aku juga bisa mati di tangan para penjaga jika aku melakukannya. Kalian pasti mel
[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 32 (2355/3200)][Health Point: 45/51][Kekuatan: 51 | Pertahanan: 52 | Kecerdasan: 48 | Kelincahan: 51][Money Power: $30.271.055.000]Davis berbaring di pantai, menatap langit biru. Ombak kecil membasahi kakinya. Suasana begitu hening. Ketika ia memejamkan mata, ia merasakan ketenangan. Akan tetapi, tak lama setelahnya, peristiwa kerusuhan dan kebakaran kembali memenuhi kepalanya. “Sampai kapan kau akan tertidur di sana, Davis?” tanya Sammy seraya mendekat. “Kau harus segera pergi ke kantor.”Davis bergegas berdiri, mengembus napas panjang. “Aku sudah memberi tahu Emmanuel jika aku libur hari ini. Aku ingin beristirahat.”Davis tercenung ketika mengamati Alex tengah bertengkar dengan Jacob. “Aku ingin mengantarkan Alex ke sekolah hari ini. Aku belum pernah melihat sekolahnya.”“Kau sebaiknya segera bersiap-siap.”Davis membersihkan diri, berganti pakaian. Ia berkumpul bersama yang lain di meja makan untuk sarapan. “Alex,
Mario mengecek perkembangan pembuatan alat-alat canggih di layar. Ia terdiam saat mengingat perkataan Donald tadi.“Jika Daniel, Donald dan saudara-saudara mereka bertengkar, aku akan sangat diuntungkan. Aku bisa menyelinap keluar dari rumah ini . Sayangnya, aku mengkhawatirkan Mike dan keluarganya jika aku bertindak sembrono. Aku harus memastikan banyak hal sebelum aku melarikan diri.”Mario tercenung saat melihat sebuah notifikasi. “Dylan mengirim pesan padaku.”Mario membuka pesan, bersikap setenang. Ia menghela napas beberapa detik, tersenyum. “Baiklah, Dylan memintaku untuk membantu Donald. Aku menduga dia akan muncul saat perang saudara terjadi.”Mario mengepalkan tangan erat-erat saat mengingat kejadian masa lalu. Ia menggertakkan gigi ketika teringat sosok putra Damian dan Dominique. “Bayi itu pasti sudah dewasa jika dia masih hidup. Aku sungguh bodoh.”Mario menunduk, menahan air mata sekuat mungkin. “Aku sungguh bodoh karena percaya pada Daniel dan saudara-saudaranya. Aku b
Dennis, Dawson, dan Deavon bertemu di lorong, saling menatap satu sama lain. Mereka memasuki ruangan, duduk di sofa. Detak jarum jam seolah menertawakan keadaan mereka sekarang.Donald berjalan di lorong, mengabaikan para pengawal dan pelayan yang membungkuk padanya. “Aku ingin mendengar jawaban dari ketiga adik bodohku. Jika mereka menolak bekerja sama denganku, mereka dan keluarga mereka harus mendapatkan hukuman yang berat. Aku tahu mereka sudah muak dengan tingkah Daniel selama ini.”Donald berhenti di depan sebuah pintu, tersenyum. Semua peristiwa yang ia lalui semenjak andil dalam pembunuhan Damian, Dominique, Davis, dan Dylan hingga saat ini bermunculan di pikirannya.Donald mengamati kedua tangannya. “Aku sudah mengotori tanganku dengan darah Damian dan keluarganya. Dosa ini tidak akan terampuni dan hanya bisa dibayar dengan hukuman di neraka. Jika memang aku harus pergi ke neraka, aku tidak ingin menyesal dengan keputusanku sekarang. Aku harus menjadi ahli waris keluarga daan
Ludwig mengikuti pria itu memasuki rumah, mengamati keadaan sekeliling. Beberapa penjaga berdiri di beberapa titik, fokus pada tugas mereka.“Tuan Logan menunggu Anda di dalam ruangan, Tuan.” Pria itu menekan bel.“Masuklah.” Logan tengah sibuk memeriksa berita di internet. “Levon dan keluarganya terlalu meremehkan musuh sehingga mereka kalah. Selain itu, Levon terlalu angkuh sampai dia menolak saran dan bantuanku.”Ludwig memasuki ruangan.“Kau pasti Tuan Ludwig, Paman Levon.” Logan menghampiri Ludwig dengan kursi yang otomastis berjalan. Ia masih fokus dengan tabletnya.“Kau benar.” Ludwig mengepalkan tangan erat-erat. “Sial, dia tampaknya bocah menyebalkan seperti Levon. Ini tidak mudah,” gumamnya.“Duduklah.” Logan berhenti di dekat meja, menyimpan tabletnya setelah Ludwig duduk. “Levon menghubungiku sebelum dia tertangkap. Dia memintaku untuk membantunya. Dia angkuh dan ceroboh sehingga dia kalah. Aku sudah memberinya saran sekaligus tawaran untuk membantunya sebelum kejadian, te
[Nama Host: Davis][Keluarga: Miller][Status Pewaris: Level 32 (2500/3200)][Health Point: 51/51][Kekuatan: 51 | Pertahanan: 52 | Kecerdasan: 48 | Kelincahan: 51][Money Power: $30.271.200.000]Davis tengah merapikan penampilannya di depan cermin, terdiam selama beberapa waktu. “Lucas, Liam, Levon, Landon masih berada di tempat mereka masing-masing. Akan tetapi, aku merasa mereka tidak mungkin akan tinggal. Aku yakin mereka pasti sedang menjalankan sebuah rencana sekarang.”Davis mengamati pantai dan laut sesaat. Ia teringat saat pertarungan di pantai dan laut tempo hati. “Pasukan bantuan aliansi mampu menahan mereka cukup lama di laut meski beberapa kapal berhasil tiba di pulau Salu. Aku yakin pasukan bantuan Lucas juga datang membantu Liam, Levon, dan Landon.”Davis meninggalkan kamar, menuruni tangga. Ia melihat Sebastian bergerak menuju halaman belakang. “Kakek sering kali pergi ke halaman belakang.”Davis membatalkan niatannya untuk memanggil Sebastian. Ia mengikuti pria itu
[Ding][Quest Utama sudah dibuat][Tingkat kesulitan : Sangat sulit][Quest : Mendapatkan keuntungan perusahaan $50.000.000 dalam waktu 30 hari][Durasi Quest : 30 Hari][Hadiah : 5000 EXP + $50.000.000]“Sebuah quest baru?” gumam Davis seraya mengamati informasi di layar hologram. “Sistem memberikan quest di saat Lucas dan pasukannya kemungkinan akan menyerang.”Davis terdiam agak lama, mengabaikan hinaan anggota-anggota aliansi maupun kehadiran Jack, Emir, dan Russel.“Sistem tidak memberi peringatan bila aku keluar dari aliansi.” Davis menutup layar hologram. “Aku harus fokus pada quest sekarang. Mendapatkan keuntungan lima puluh juta dolar dalam waktu satu bulan adalah quest yang sangat sulit.”Davis meneguk minuman, tersenyum saat mendapatkan sebuah rencana. “Aku tahu apa yang harus aku lakukan sekarang.”Jack, Emir, dan Russel tersenyum saat mendengarkan hinaan para anggota aliansi pada Davis. Hinaan itu seperti sebuah lagi merdu bagi mereka.Davis berdiri dari kursi, berpura-pu
Davis masih berada di dalam mobil, mengamati Ryan Buldone di layar hologram. “Ryan akan bertemu dengan Samson. Apa yang akan mereka lakukan? Apakah pertemuan itu berhubungan dengan Dylan?”Davis termenung selama beberapa waktu, memikirkan beberapa dugaan. “Ryan Buldone adalah orang yang paling dekat dengan Dylan dibandingkan dengan anggota aliansi lain. Lucas akan mendapat imbalan besar dari keluarga Miller jika dia berhasil menangkap dan menyerahkan Dylan. Akan tetapi, Lucas gagal karena aliansi menangkapnya.”Davis mengamati gedung sekilas. “Aku tidak tahu bagaimana pasukan keluarga Miller menangkap Dylan. Akan tetapi, aku menduga jika Dylan mungkin saja sengaja menyerahkan dirinya, atau dia menyuruh bawahannya untuk menyamar sebagai dirinya. Dia kemungkinan masih berkeliaran bebas.”Davis memperbesar layar hologram. “Ryan Buldone berada di sebuah pulau yang masih berada di wilayah Galatown. Letaknya sangat jauh dari tempatku sekarang.”[Peringatan!][Host dilarang mendekati dan me
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m