Davis meninggalkan halaman, pergi menuju sebuah restoran. Ia mengamati pemandangan kota, tersenyum. “Aku tidak sabar melihat ekspresi Tuan Henry.”Pertemuan aliansi berakhir beberapa menit kemudian. Mereka akan berkumpul satu minggu kemudian di lokasi berbeda. Mereka saling berbagai tugas untuk mengawasi keluarga Frangkrut sekaligus sekutu-sekutunya.“Dasar brengsek! Davis tidak datang sampai pertemuan usai,” ujar Jack dengan wajah kesal. “Dia membuatku sangat muak!”Tommy tersenyum. “Kau kesal saat melihat Davis, tetapi kau semakin kesal saat Davis tidak ada. Kau tampaknya sudah menjadi teman Davis.”“Tutup mulutmu, Tommy. Aku kesal karena Davis merahasiakan banyak hal dariku. Dia bertingkah seolah dia adalah sosok penting.”“Jika dia tidak penting, kau tidak perlu memikirkannya, Jack.”Jack mendengkus kesal, berjalan lebih cepat. “Aku ingin sekali menghajarmu sekarang, Davis. Di mana kau sekarang?”Emir dan Russel merasa jengkel dan penasaran pada Davis.Henry Tolando bergegas menin
“Dasar berandal sialan!” Henry Tolando bergegas meninggalkan ruangan, berjalan tergesa-gesa. “Davis sangat licik, dan sialnya dia mengingatkanku pada sosokku dahulu! Dia berhasil menjeratku dengan rencana liciknya!”Davis mengamati kepergian Henry Tolando melalui layar hologram. Ia mengembus napas panjang, meninggalkan ruangan. “Aku merasa lega karena rencanaku berhasil.”“Kau sangat licik, Davis,” ujar Sammy.Davis tersenyum. “Aku hanya berusaha memanfaatkan berbagai kesempatan yang aku miliki. Aku bisa membantu aliansi sekaligus fokus pada bisnisku sekarang. Aku tidak ingin terlalu mencolok sehingga aku menjadi pusat perhatian dar aliansi maupun musuh.”Davis meninggalkan restoran, memasuki mobil, mengamati gedung sekilas. “Aku ingin kembali ke rumah secepatnya.”Rombongan mobil melewati gerbang, melaju kencang di jalan raya.Jeremy membuka jendela mobil, mendengkus mobil. “Dasar brengsek! Tuan ternyata memang bertemu dengan Davis! Apa yang mereka bicarakan di dalam sehingga Tuan He
“Aku ingin memberi tahu kalian sesuatu,” ujar Daniel seraya meletakkan alat makan di piring. “Dylan belum sadarkan diri hingga sekarang. Aku berencana untuk pergi menemui Dylan besok.”“Ayah,” gumam Dariel terkejut, terdiam saat semua orang menoleh padanya. “Paman Donald menatapku penuh kebencian.”Donald mengepalkan tangan erat-erat. Ia tidak tahu soal kunjungan Daniel ke pulau Sema besok. Saat menoleh pada Dennis, Dawson, dan Deavon, ia tahu jika mereka juga terkejut. “Aku bisa menggantikanmu untuk menemui Dylan, Daniel. Kondisimu masih belum pulih, apalagi Dylan kemungkinan bisa menyerangmu.”Daniel menggertakkan gigi. Ia melihat sesuatu di tatapan Donald sekaligus mendengar nada benci di suara adiknya itu. “Aku tidak keberatan kau menemaniku, Donald.”Daniel menoleh pada Dennis, Dawson, dan Deavon. “Kalian bertiga akan bertanggung jawab selama aku dan Donald pergi.”Dennis, Dawson, dan Deavon saling bertatapan. Mereka belum memberikan jawaban pada Donald terkait permintaannya untu
Donald menatap Dennis, Dawson, dan Deavon di dekatnya. Ketiga adiknya itu terus menghindarinya sejak kemarin.“Kalian berhutang jawaban padaku,” ujar Donald.Dennis, Dawson, dan Deavon sontak terdiam, menoleh ke arah lain.“Aku akan menganggap kalian menolak tawaranku. Kalian harus memastikan jika kalian tidak akan menyesali keputusan kalian.” Donald meninggalkan ruangan utama, berjalan setenang mungkin meski dadanya sangat sesak.“Dasar bajingan!” rutuk Donald dalam hati, menggertakkan gigi untuk menahan emosi. “Mereka lebih takut pada Daniel dibandingkan padaku. Aku akan membuat mereka menyesal karena sudah meremehkanku!”Donald berhenti sejenak, kembali berjalan meski ia ingin melihat Dennis, Dawson, dan Deavon. “Meski mereka menolak, tetapi aku tetap membutuhkan mereka untuk menghadap Daniel.”Donald tiba-tiba tersenyum. “Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Mario adalah kunci utama keberhasilan rencanaku.”Dennis, Dawson, dan Deavon masih berada di ruangan utama. Mereka saling me
Pesta selesai saat tengah malam. Beberapa pelayan tampak sibuk membersihkan halaman belakang, mengumpulkan piring dan gelas kotor.Davis memasuki rumah, merenggangkan badan beberapa kali. “Aku memiliki banyak pekerjaan esok.”Davis berhenti saat melihat Drake, Louise, dan Ivan. “Apa kalian akan pulang? Kalian bisa menginap di rumahku. Kalian bebas memilih kamar yang kalian suka. Kalian tentu tidak akan bisa tidur lelap di kamar sempit, bukan?”Drake, Louise, dan Ivan saling bertatapan sekilas. Davis sedang menyindir mereka.Drake mendengkus kesal. “Kami datang untuk menjemput, Ayah. Akan tetapi, Ayah masih ingin tinggal di rumahmu.”“Kalian tidak perlu mengkhawatirkan kakek selama dia berada di sini. Semua kebutuhan dan keperluan kakek akan aku sediakan. Kakek mengajariku cara memperlakukan seseorang dengan baik.”“Berhenti menyindir kami, Davis. Masa lalu adalah masa lalu. Kau tidak bisa terus terjebak masa lalu,” ketus Drake.Davis tertawa. “Kau benar, Paman. Meski aku tidak boleh t
Donald menghampiri Dariel dengan tergesa-gesa. Ia sudah mengamati keponakannya beberapa waktu lalu. “Dia kemungkinan akan bertemu dengan Mario. Apa yang dia rencanakan? Apakah Daniel memerintahkannya untuk bertemu dengan Mario?”Dariel melirik Donald sekilas, mengembus napas panjang, berbalik. “Aku hanya sedang berjalan-jalan sebelum aku berolahraga, Paman. Apa yang bisa aku lakukan untukmu?”“Apakah kau akan pergi ke ruangan Mario?”“Untuk apa aku bertemu dengannya, Paman? Aku tidak memiliki urusan apa pun dengan Mario sekarang.”“Kau benar. Jika kau ingin berolahraga, kau sebaiknya mengajak Deric. Aku harus pergi menemui Mario untuk memastikan beberapa hal.”Donald melewati Dariel, berjalan terburu-buru. “Dia pandai bersandiwara seperti ayahnya. Dia akan menjadi musuh yang berat jika aku terus membiarkannya. Akan tetapi, aku harus menentukan waktu yang tepat untuk menyingkirkannya.”“Paman Donald memang sedang mengawasiku.” Dariel berbalik arah. “Dia akan semakin curiga dan waspada
“Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Tuan Muda?” tanya Mario saat melihat Dariel memasuki ruangannya. Ia kembali sibuk dengan pekerjaannya, memeriksa perkembangan pembuat alat-alat canggih.Dariel duduk di hadapan Mario setelah memastikan keadaan aman.“Seseorang tampaknya sedang mengikutimu sekarang. Aku bisa membantumu dengan menghilangkan pertemuan kita sekarang dari kamera pengawas.”“Lakukan hal itu sekarang.”Mario tertawa. “Kau tampak panik, dan hal itu bisa berdampak buruk padamu, Tuan Muda. Kau harus tetap tenang agar bisa mengambil tindakan yang tepat.”Dariel mengepalkan tangan erat-erat, mengembus napas panjang. Ia tidak menampik perkataan Mario jika dirinya tengah tegang sekarang.“Aku ingin bertanya sesuatu padamu, Mario. Aku memaksamu untuk berkata jujur.”“Aku sepertinya tahu apa yang ingin kau tanyakan, Tuan Muda. Haruskah aku mengatakannya sekarang?”Dariel menggeser letak duduk lebih depan. “Apa yang terjadi antara ayahku dan paman-pamanku. Aku curiga jika mereka sed
Alarm berbunyi sangat keras. Pasukan segera bersiaga di seluruh titik pulau, terutama para penjaga di dalam ruangan dan bangunan.Daniel dan Donald sontak berteriak, bergegas mundur. Mereka melihat saat tangan Alvin tiba-tiba bergerak.“Bawa aku dari tempat ini sekarang juga!” bentak Daniel seraya menggeser kursi roda. Wajahnya sangat panik sehingga terlihat pucat pasi.“Bagaimana hal ini bisa terjadi, Samson?” tanya Donald.Samson dan para pengawal di ruangan bergegas bersiaga.“Ikuti aku, Tuan. Aku akan segera membawa kalian pergi dari pulau ini secepatnya,” ujar Samson.Daniel dan Donald segera meninggalkan ruangan bersama Samson dan para pengawal. Ryan Buldone dan para pengawalnya mengikuti dari belakang. Alarm terus berbunyi nyaris. Pasukan berlarian menuju ruang tahanan.“Sial! Mereka sama sekali tidak menganggapku ada,” gumam Ryan Buldone.Samson dan pasukannya segera membawa Daniel dan Donald keluar dari pulau. Kapal segera menjauh dari pulau. Para pengawal terlihat berlarian
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m