Satu bulan berlalu dengan cepat. Davis bekerja sangat keras untuk menyelesaikan quest sekaligus membuktikan kesungguhannya pada Henry Tolando.Davis juga mengawasi Lucas, Liam, Levon, dan Landon dengan ketat setiap waktu, lalu mengabarkannya pada Henry Tolando. Tak hanya itu, ia memberikan informasi apa pun yang pria itu butuhkan.Banyak hal terjadi selama sebulan. Susan, Emmely, dan Rebecca semakin gencar untuk mendekati Davis. Mereka sering kali datang ke kantor untuk makan siang bersama. Mereka itu juga beberapa kali datang ke rumah untuk memberikan kue dan makanan lain.Davis tahu jika mereka ingin dekat dengannya, tetapi ia masih harus fokus pada tujuannya untuk tahu siapa dirinya dan keluarganya. Tidak ada waktu untuk cinta saat ia sedang fokus mencapai tujuannya.Davis menatap pantulan dirinya cermin, mengamati penampilannya. “Ini adalah hari terakhir quest utama. Aku sangat yakin jika aku bisa menyelesaikannya tepat waktu. Akan tetapi, hal itu tetap saja membuatku tegang. Bany
Daniel menjelaskan peraturan lebih rinci pada semua anggota keluarga Miller. “Aku sangat berharap kalian mematuhi semua aturan tanpa terkecuali demi keselamatan kalian dan keluarga kita.”Victor dan dua asistennya memasuki ruangan, membuka tiga kotak. Deretan cincin seketika terpampang di hadapan semua anggota keluarga Miller.“Cincin-cincin itu adalah teknologi terbaru yang dikembangkan oleh Mario dan tim kita. Cincin itu memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah mendeteksi bahaya yang mendekati kalian. Kalian harus memakai cincin itu ke mana pun kalian pergi,” ujar Daniel.Dua asisten Victor membagikan cincin ke semua anggota keluarga Miller.Dariel mengambil sebuah cincin, mengamati sesaat. Setelah ia memakainya, sebuah layar hologram seketika terbuka, melakukan pemindaian. Informasi mengenainya seketika muncul di layar.“Cincin ini jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincin yang aku gunakan dahulu.” Dariel memeriksa beberapa menu. “Cincin ini memiliki banyak kemampuan, salah s
“Apa yang ingin kau lakukan di Leaventown, Daisy? Apakah kau pergi sendirian, atau ada orang lain yang pergi bersamamu? Siapa yang akan kau temui di sana?” tanya Dennis.“A-aku hanya ingin berjalan-jalan, Ayah. Aku sudah jenuh berada di rumah ini. Aku ingin berbelanja dan bersenang-senang.” Daisy meremas rok. Ia akan sulit mendapatkan izin jika Dennis banyak bertanya.“Leaventown bukanlah kota besar. Jika kau ingin berbelanja, kau bisa pergi ke ibu kota, atau kau bisa berbelanja di Oaktown, Daisy.”“Aku akan kembali besok. Aku juga tidak akan melakukan hal yang berbahaya. Para pengawal juga akan menjaga dan melindungiku. Kau bisa memonitorku melalui cincin.”Dennis termenung selama beberapa waktu. Ia sangat mengkhawatirkan Daisy ketika pergi sendirian, tetapi ia menjadi lebih khawatir jika Daisy pergi bersama Deric.Dennis mengembus napas panjang. “Baiklah, kau bisa pergi ke Leaventown. Akan tetapi, kau harus berjanji kau tidak pergi ke tempat berbahaya. Aku akan mengawasimu dari jauh
Davis mengamati keramaian luar dari ruangannya, tersenyum. “Suasana malam ini lebih ramai dibandingkan dengan yang aku duga. Ini hasil kerja kerasku dan para pegawaiku.”Davis menoleh saat Sammy memasuki ruangan. “Apakah arena pertarungan sudah siap?”“Banyak penonton yang sudah berkerumun di depan arena. Mereka memaksa untuk segera memasuki arena meski waktu pembukaan masih satu jam lagi.”“Kita tidak boleh mengecewakan mereka. Kita harus memberikan persembahan yang menarik sekaligus menghibur.” Davis tersenyum, berjalan menuju sofa. “Tuan Henry masih belum datang. Aku yakin dia akan menyukai permainan nanti.”Pintu ruangan terbuka. Beberapa orang memasuki ruangan.“Kau tampak sangat sibuk, Davis,” ujar Sebastian yang datang bersama Susan, Rebecca, dan Emmely. “Aku harap kedatanganku tidak mengganggumu.”“Kakek.” Davis menghampiri Sebastian. “Aku tidak tahu kau akan datang. Apa kau ingin berjalan-jalan untuk melihat persiapan acara?”“Aku tidak ingin mengganggumu, Davis. Kau masih ha
“Aku tidak yakin Toba, Lexy, dan John mau menolong kita, tetapi tidak ada salahnya kita meminta tolong pada mereka,” ujar Ethan.Felix masih mengawasi Toba, Lexy, dan Ethan. “Aku akan berusaha menemui mereka. Kalian berdua tetaplah bekerja seperti biasa agar para bawahan Davis tidak curiga.”Ethan tersenyum sinis. “Jadi, apakah kau akan bekerja sama denganku dan Felix, atau kau akan tetap berada di tempat ini, Rico?”Rico mendengkus kesal. “Baiklah, aku akan ikut dalam misi gila ini. Kemungkinan kita keluar dari tempat ini memang kecil, tetapi tidak ada salahnya mencoba meski aku akan berakhir babak belur di tangan bawahan Davis jika rencana gagal.”“Kita pergi sekarang.”Ethan, Rico, dan Felix meninggalkan ruangan, menyebar ke sekeliing.Para pengunjung terus memadati berbagai area.Di waktu yang sama, Davis dan Sebastian baru saja meninggalkan ruangan setelah berbincang beberapa hal.“Davis, aku mendengar jika ada arena pertarungan. Aku ingin menonton pertandingan itu,” ujar Sebasti
Martin dan teman-temannya terkejut ketika melihat Don, mundur beberapa langkah.“Kami hanya ingin bermain game untuk bersenang-senang, Pak Tua. Jangan mengganggu kami.” Alex membuka pintu.“Apa yang akan kau lakukan jika aku mengganggu kalian?” Don memelotot tajam.“Aku tentu saja akan lari!” Alex bergegas memasuki ruangan, disusul oleh teman-temannya.“Dasar bocah-bocah sialan!” Don menggeleng, berjalan menuju ruangan lain. Ia mengamati keadaan sekeliling, menatap Felix yang tengah mengepel lantai.“Martin datang ke tempat ini. Kemungkinan ayahnya juga akan datang. Tuan Simon mewanti-wantiku dan yang lain untuk menjauhkan Davis dari Mike. Stormy. Davis juga tampaknya tidak ingin berjumpa dengan pria itu.”Don mengepalkan tangan erat-erat. “Aku harus waspada.”Sementara itu, Henry Tolando masih dalam perjalanan. Ia mendengkus kesal, mengamati pemandangan Leaventown.Suasana kota tampak sangat ramai. Kendaraan berlalu lalang di jalan raya. Titi-titik cahaya terlihat berkelap-kelip.“Ak
Davis menghampiri Henry Tolando. “Aku senang kau berkunjung. Aku tidak sabar mengajakmu berjalan-jalan di tempat ini.”Henry Tolando mendengkus kesal, mengamati keramaian di ruangan lain. “Aku harus mengakui jika kau mempersiapkan semuanya dengan baik, Davis. Akan tetapi, aku belum tahu apakah acara pertarungan nanti bisa menarik atau justru membuatku bosan.”“Aku berusaha untuk tidak mengecewakanmu, Tuan. Kau adalah tamu terhormatku.”Henry Tolando menatap sosok bertopeng di samping Davis, lantas menoleh pada Sammy, Don, Trex, dan para pengawal lain. “Siapa sosok bertopeng di sampingmu, Davis?”“Ah, aku lupa mengenalkanmu pada pemimpin pasukanku, Tuan.”“Pemimpin pasukanmu?” Henry Tolando terkejut, mengamati sosok bertopeng serigala hitam itu saksama. “Apakah dia akan tampil di pertarungan malam ini?”Davis tertawa. “Aku tidak bisa memberi tahumu, Tuan. Kau harus menonton seluruh acara jika ingin tahu jawabannya.”“Dasar brengsek! Kau membuatku jengkel.”Davis mengajak Henry Tolando
Daisy dan Helga terkejut, saling berpandangan, mengamati penampilan. Meski belum pernah bertemu dan berbicara sebelumnya, tetapi tatapan mereka menunjukkan persaingan.Daisy dan Helga mendengkus kesal, berjalan menuju gedung. Mereka saling melirik, mengambil jalan berbeda.“Siapa wanita itu? Dia sangat menyebalkan, apalagi saat menyebut nama Davis.” Daisy mengamati Helga dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Wanita itu tampaknya bukan wanita biasa. Dia berasal dari keluarga kelas atas.”“Tunggu!” Daisy seketika berhenti. “Dia menanyakan keberadaan Davis. Apa hubungannya dengan Davis? Apa mungkin dia adalah kekasih Davis?”Daisy mengepalkan tangan erat-erat, terdiam saat melihat cincinnya. “Astaga, kenapa aku bertindak bodoh? Aku bisa memindai informasi mengenai wanita itu dengan cincinku?”Daisy berjalan menuju hilangnya Helga, mengawasi keadaan sekeliling. Ia memasuki gedung, melewati para pengunjung yang berdesakan. “Astaga, kenapa tempat ini sangat ramai sekali, padahal tempat ini
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m