“Setelah melihatmu, aku mengetahui sesuatu darimu. Kau sengaja menanamkan kebaikan padaku dan Sarah. Dengan begitu, kau merasa aku dan Sarah memiliki hutang budi padamu. Hutang budi itu akan kau gunakan untuk membuat kami mengikuti kemauanmu.”Sammy merenggangkan badannya sesaat. “Aku tahu kau mencari informasi tentangku dari Sarah. Kau akan menggunakan kesempatan itu untuk membuatku tunduk. Kau sudah melakukannya dengan menjajikanku uang dan kehidupan yang lebih baik.”“Kau salah. Aku tidak pernah”Sammy mengeluarkan liontinnya. “Kau harus mengambil liontin ini dariku dalam waktu satu menit. Kau bebas melakukan apa pun dan menggunakan cara apa pun.”“Satu menit?” Davis segera bersiap.“Waktumu dimulai dari sekarang.”Davis melesat cepat ke arah Sammy, berbelok ke samping kanan, memutari Sammy untuk mencari celah. Meski pria itu hanya memiliki satu kaki, tendangannya tidak bisa dianggap remeh.Davis melemparkan beberapa barang untuk menutupi penglihatan Sammy. Ia menerjang pria itu ke
Susan, Rebecca, dan Emmely tengah berada di ruangan Sebastian. Mereka tengah menunjukkan foto-foto liburan mereka bersama Davis kemarin.Sebastian tersenyum lebar, menatap Susan, Rebecca, dan Emmely bergantian. “Aku senang karena kalian berlibur bersama Davis. Ini adalah kado terindah untukku di sisa-sia hidupku. Aku selalu berharap kalian bisa menerima Davis sebagai bagian dari keluarga.”Sebastian mengelus foto-foto Davis.“Aku sudah mengakui kesalahanku karena selama ini sudah bertingkah buruk pada Davis.” Rebecca berusaha menutup senyum. “Davis adalah pria yang sangat baik. Dia mau menolong kita dari kejahatan Ethan meski kita sudah memperlakukan Davis sangat buruk selama ini. Jika Davis tidak menolong kita, kita semua pasti sudah berada di jalanan sekarang.”Susan dan Emmely saling menoleh, menatap Rebecca.Rebecca mengelus lengan Sebastian. “Kakek, kenapa kau sangat menyayangi Davis meski dia tidak memiliki ikatan keluarga denganmu?”Susan dan Emmely tampak kesal karena Rebecca
Daisy mengangkat sapu tangan yang terbuat dari bekas kemeja Davis yang ia pungut. Wajahnya tampak ceria, tetapi tak lama setelahnya berubah cemberut. Wanita itu membuang sapu tangan dengan cepat, menginjak-injaknya.“Dasar pria menyebalkan! Kau membuatku gila dan tampak bodoh!”Daisy mengambil kembali sapu tangan, berbaring di kasur, mengangkat tinggi-tinggi sapu tangan, tersenyum dan cemberut setelahnya. Hal itu terus berulang berkali-kali.“Kenapa kau terus menempel di ingatanku, Davis?”Daisy keluar dari kamar, berjalan-jalan di sekitar taman. Ia melihat Dariel dan Deric tengah berolahraga di sekitar danau.Daisy berjalan mengendap-ngendap, bersembunyi di belakang pohon ketika Dariel dan Deric beristirahat di sisi danau.“Aku akan pergi ke Galatown. Davis kemungkinan berada di kota itu. Berdasarkan informasi yang sudah aku terima selama ini, Davis akan berada di kota yang sama selama dua hari sebelum pergi ke kota lain. Semalam, Davis terlibat dalam kejadian penculikan anak-anak di
“Davis!” Sarah segera berlari, memeluk Davis dengan erat. “Aku tahu kau pasti datang.”Davis seketika terdiam ketika Sammy menatapnya tajam. Aura pria itu membuatnya merinding. Ia merasa Sammy sedang mengulitinya hidup-hidup.“Sarah, bisakah kau mengambil segelas air sebelum kita berangkat?” pinta Sammy.“Aku akan mengambilnya.” Sarah berlari memasuki rumah, menghilang setelah melewati pintu.“Apa yang kau lakukan di sini, Davis?” Sammy menunjuk Davis dengan satu tongkatnya. “Bukankah kau sudah berjanji untuk menjauh dariku dan Sarah?”Davis berjalan meski tatapan Sammy semakin tajam. “Aku tidak ingin mengecewakan Sarah. Setelah aku menghabiskan waktu bersamanya di festival, aku akan pamit padanya. Aku rasa itu pilihan yang lebih baik.”“Aku tahu kau berbohong dan aku sangat membenci seorang pembohong. Apa kau masih ingin membujukku untuk menjadi pelatihmu?”“Ya, aku masih ingin membujukmu untuk menjadi pelatihku. Aku sangat yakin kau adalah orang yang paling pantas. Aku mohon beri ak
Davis tercenung, menatap Sarah yang tampak ceria, menoleh pada Sammy. “Aku tahu apa yang membuatmu melakukannya. Kau sengaja bertingkah lemah agar kehadiranmu tidak mencolok. Kau ingin melupakan masa lalumu yang kelam. Meski terkesan pengecut, kau sebenarnya sedang melindungi Sarah.”Sammy mengepalkan tangan erat-erat. Ia seperti melihat mendiang istrinya tengah bermain bersama Sarah di kereta mini. “Dengarkan aku baik-baik, Davis. Aku akan mencertakan sedikit masa laluku.”Davis terkejut, menyimak baik-baik.“Sejak kecil hingga remaja, aku hidup di kerasnya jalanan sampai akhirnya aku bertemu dengan seseorang. Aku menganggap orang itu sebagai penyelamatku. Aku sangat menghormatinya dan patuh padanya. Dia seperti matahari dalam hidupku yang kosong dan gelap selama ini. Aku bergabung dalam sebuah pasukan, menerima beragam misi berbahaya.Suatu waktu, terjadi kekacauan yang luar biasa di kediaman tuanku. Peperangan sesama saudara menyebabkan banyak teman-temanku gugur. Di sanalah orang
Daisy tiba di festival tak lama setelah para berandalan menyebar untuk menemukan Davis. Wanita itu mengamati permainan dan wahana bersama dua pengawal pribadi.“Aku baru pertama kali pergi ke festival kalangan biasa. Ini cukup menarik.”Daisy berjalan melewati kerumunan di mana sisi kiri dan kanan dipenuhi oleh stand para penjual dan permainan. “Aku beruntung karena mengetahui posisi Davis tak lama setelah tiba di Galatown. Di mana dia sekarang?”Daisy melihat beberapa wahana, mulai membayangkan jika ia bermain dan menghabiskna waktu dengan Davis. Wajahnya tiba-tiba memanas, pipi memerah, dan jantung yang berdebar kencang.“Dasar pria menyebalkan! Dia selalu saja mengangguku.”Daisy bergeser ke samping ketika beberapa orang berlari kencang melewati kerumunan. Beberapa pengunjung terjatuh karena tertabrak. “Apa-apaan mereka?”Daisy memutar bola mata, berjalan melewati satu per satu jalan, mengawasi permainan hingga tiba di depan bianglala. “Aku belum pernah menaiki wahana ini karena ta
Di tempat berbeda yang tidak jauh dari festival, pria botak yang melawan Davis semalam tersenyum saat melihat bawahannya memasukkan anak-anak yang tidak sadarkan diri ke dalam mobil besar.Pria botak bernama Vin itu tertawa. “Kita mendapatkan enam puluh anak malam ini. Hanya dengan beberapa lembar uang dan sedikit tipuan, petugas di penitipan anak memberikan anak-anak ini pada kita. Jumlah anak-anak bodoh ini lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anak-anak semalam.”“Aku baru saja mendapat informasi jika Davis berada di festival saat ini,” ucap salah satu bawahan Vin.“Dasar brengsek!” Vin memukul kaca mobil, mendengkus kesal. Ia mengutuk Davis ketika teringat kejadian semalam. “Jangan sampai dia kembali mengganggu rencana kita. Jika kita gagal mengirim anak-anak ini, kita akan mengalami kerugian dan mendapatkan hukuman dari bos besar.”“Para berandalan sedang mencari Davis saat ini. Apa kita akan mengerjar Davis?”“Davis adalah pertarung tangguh. Kita hanya akan membuang-buang wakt
Ben membawa Sarah keluar dari kawasan festival. Ia sengaja memilih jalur yang sangat sepi agar tidak menimbulkan kecurigaan.“Apa kau benar-benar teman Davis?” tanya Sarah yang mulai curiga karena melihat situasi jalan yang sangat sepi. Ia hanya melihat beberapa orang yang tengah berkerumunan di dekat pintu keluar festival. “Aku berteman baik dengan Davis. Davis bercerita jika dia menyelamatkanmu dari penculik semalam. Dia juga memberimu sebuah boneka beruang sebagai hadiah.”Sarah tersenyum lebar, mengawasi sekeliling. “Kau memang teman Davis.”“Aku tidak mungkin berbohong pada anak manis sepertimu.” Ben tersenyum bengis, memberi pesan pada teman-temannya.Angin tiba-tiba berembus kencang. Sarah tidak sengaja menjatuhkan bonekanya.“Aku akan mengambil boneka itu untukmu.” Ben menunduk, mengambil boneka seraya mengawasi sekeliling. Saat akan memberikan boneka pada Sarah, kain yang menutup wajahnya tiba-tiba terbuka.Sarah tiba-tiba terdiam, berusaha mengingat siapa pria yang ada di d
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m