Share

Bab 4

Author: Kuning
Setelah kenyang makan dan pergi dari hotel itu, David menoleh ke belakang dan melihat Prisca beserta beberapa pegawai lainnya sedang membungkukkan tubuh kepadanya. Tiba-tiba David jadi merasa dunia ini begitu indah.

Siapa itu Sarah? Kalau David mau, sekarang juga dia bisa membangun kerajaan dengan ribuan selir untuknya. Lantas, berikutnya apa lagi yang harus David lakukan? Tentu saja membeli rumah.

Dari awal David sudah muak dengan kondisi asrama kampusnya. Empat orang sempit-sempitan dalam satu kamar, tapi sekarang hanya tinggal berdua karena dua lainnya sudah tinggal di luar bersama pacar mereka. Dulu David juga sempat berpikir untuk tinggal berdua dengan Sarah di luar, tapi Sarah tidak pernah setuju dengan usul itu. Hati David kembali terasa pedih mengingat Sarah tidur dengan Joel beberapa hari yang lalu.

“Sial, kalau tahu dari awal, harusnya aku paksa saja Sarah. Sekarang dia malah jadi tidur bareng si Joel,” umpat David dalam hati.

Seketika itu tiba-tiba ponsel bekas David yang sudah gembel berbunyi. David melihatnya dan ternyata itu adalah panggilan dari Ben, teman sekamarnya. Walau sekarang Ben sudah tinggal di luar dan menjalani hidup bebas dengan pacarnya, tetap saja mereka sudah tinggal di kamar yang sama selama satu tahun lebih. Hubungan mereka berdua bisa dibilang masih sangat baik. Biaya sekolah juga masih satu paket dengan biaya asrama. Meski sudah tidak tinggal di asrama, para murid tetap diharuskan membayar uang asrama. Makanya terkadang mereka masih akan kembali ke asrama untuk bermain game bersama.

“Vid, kamu di mana? Kami bertiga lagi di klinik, tapi Dokter Joanna bilang kamu sudah pergi. Kami sudah dengar apa yang terjadi sama kamu. Kamu jangan sampai melakukan hal bodoh, ya. Yang lama pergi, masih ada yang baru. Nanti kalau perasaan kamu sudah baikan, kita bikin acara blind date. Aku cariin kamu yang lebih baik dari Sarah.”

“Kamu mikir sampai ke mana, sih, Ben? Mana mungkin aku sampai melakukan hal bodoh. Nggak usah khawatir soal aku, aku sebentar lagi pulang.”

“Serius kamu nggak apa-apa?”

“Iya!”

“Kalau begitu kasih tahu aku, kamu ada di mana sekarang? Biar kami bertiga samperin.”

“Nggak usah. Aku sudah sampai di rumah. Tenang saja, dua atau tiga hari lagi aku pasti balik!”

“Serius?”

“Iyalah!”

“Boleh juga. Pulang biar lebih tenang sedikit. Ingat-ingat sama keluarga kamu yang masih sayang sama kmau.”

“Iya, iya. Aku nggak sebodoh itu! Tenang saja! Sudah, ya. Aku tutup dulu!”

Jina International Mansion … tempat ini adalah kompleks perumahan paling mahal yang ada di Provinsi Jina. Lokasi perumahan ini juga tentu saja berada di letak yang paling strategis. Seluruh area kompleks dikelilingi oleh sungai dan hanya memiliki satu akses keluar masuk. Pemandangan yang bisa dinikmati dari kompleks ini juga tidak bercanda. Kompleks ini hanya memiliki enam gedung, dan setiap gedungnya terdiri dari 38 lantai. Model yang paling kecil areanya lebih dari 200 meter persegi, dan yang paling besar bisa mencapai 1.000 meter persegi. Di tempat inilah orang yang benar-benar kaya berkumpul. Area parkir juga terisi penuh oleh mobil-mobil mewah, membuat mobil yang harganya merakyat harus sungkem.

David mendatangi kantor pemasaran kompleks tersebut. Begitu memasuki kantor tersebut, David langsung disambut dengan area lobby yang sangat luas. Di dalam hanya ada sekitar lima sampai enam orang karyawan sales yang sedang mengobrol. Tidak ada satu pun dari mereka yang berinisiatif menyambut ketika David masuk.

Jina International Mansion sudah berdiri sejak tiga tahun yang lalu, tapi unitnya tidak pernah terjual sampai habis karena terlalu mahal. Harga rumah yang paling kecil saja sudah mencapai 20 miliar, siapa yang sanggup membelinya?

Saat baru berdiri, orang yang datang untuk melihat unit masih terbilang cukup banyak, tapi unit yang tidak terjual terbengkalai begitu saja karena tidak ada yang tertarik untuk membelinya. Oleh karena itu, orang-orang yang bekerja sebagai sales di sana pada saat baru saja buka sudah pergi semua dengan membawa pulang hasil komisi yang melimpah ruah. Harga satu unitnya bisa mencapai minimal 20 miliar, dengan komisi yang hanya 2% saja mereka sudah kaya raya. Komisi penjualannya sekarang sudah ditingkatkan lagi menjadi 10%, tapi tetap saja menjual satu sampai dua unit dalam satu tahun pun merupakan hal yang sangat sulit.

Pakaian yang David kenakan tidak mencerminkan kalau dia datang untuk membeli rumah, makaya para sales masih tetap mengobrol seperti biasa tanpa sedikit pun memedulikan David. Saat itu David juga merasa sedikit canggung, bahkan orang yang berjaga di resepsionis juga tidak ada. Mau tanya pun tidak tahu harus bertanya ke siapa. Akan tetapi setelah berdiri di sana selama beberapa detik, seorang perempuan berusia kurang lebih 27 tahun yang bernama Karin keluar dari toilet. Dia baru saja bergabung ke tim sales Jina International Mansion bulan lalu berkat koneksi dari omnya. Karin berasal dari kota kecil. Mulanya dia pikir bisa menghasilkan banyak uang dengan menjual rumah di kawasan elite ini, tapi ternyata sudah sebulan lebih dia masih tidak mendapatkan satu pelanggan pun.

Dalam waktu satu bulan terakhir, jumlah pelanggan yang datang ke sini masih bisa dihitung jari. Begitu masuk, mereka langsung diserbu oleh para sales yang sudah siap menunggu, sehingga Karin tidak mendapatkan kesempatan sedikit pun. Lagi pula, dalam satu bulan ini juga tidak ada satu unit pun yang terjual.

Ketika Karin baru saja keluar dari toilet dan melihat ada anak muda yang sebaya dengannya, dia pun langsung pergi melayani berhubung para sales senior tidak ada yang peduli.

“Selamat datang, Pak. Mau lihat unit?” sapa Karin ramah.

“Iya!” jawab David.

Dalam hati Karin merasa sangat senang akhirnya dia bisa membawa pelanggan keliling melihat unit.

“Bapak mau lihat unit yang mana?”

“Ada rumah model apa saja di sini?”

Dengan sigap, Karin pun memperkenalkan semua jenis rumah yang masih tersedia untuk dibeli kepada David. Sebenarnya sisa unit yang ada di sini juga tidak banyak, jadi pilihan yang David punya pun sangat terbatas. Pada akhirnya, David memilih sebuah unit nomor 3 dengan di lantai 22 yang memiliki luas 500 meter persegi.

Karin pun mengambil kunci di meja resepsionis dan membawa David ke unit yang dia minta. Ketika mereka berdua sudah pergi, orang-orang yang masih berada di area lobby pun mulai bergosip.

“Dia mau lihat unit? Bajunya saja kayak anak jalanan, pasti gembel itu. Dia tahu nggak, sih, ini tempat apa?”

“Iya, tuh. Mau beli yang luas 1 meter persegi saja pasti nggak sanggup. Cuma anak baru kayak Karin saja yang mau bawa dia. Ini cuma buang-buang waktu doang!”

“Mungkin dia baru datang dari kampung, jadi nggak tahu berapa harga rumah di sini. Kalau dia tahu, pasti langsung kencing di celana. Hahaha!”

“Setuju. Kita lihat saja nanti pas dia sudah pilih mau unit yang mana.”

Dua jam kemudian … akhirnya David dan Karin kembali juga ke lobby kantor pemasaran. Mereka berdua duduk di kursi yang ada di samping lobby dan Karin menyajikan segelas teh untuk David.

“Gimana, Pak David. Apa unitnya memuaskan?” tanya Karin.

“Masih agak kurang. Lokasi unit nomor 3 tadi kurang bagus, unit nomor 1 masih ada sisa?”

David merasa unit nomor 1 memiliki lokasi yang paling strategis. Berhubung dia serius ingin membeli dan punya uang, sekalian saja beli yang terbaik.

“Mohon tunggu sebentar, ya, Pak. Saya cek dulu.”

Karin segera meraih tablet-nya dan mencari unit yang diinginkan oleh David.

“Pak David, sisa unit nomor 1 tinggal satu lagi. Lokasinya ada di lantai paling atas penthouse dengan model luxury duplex flat. Unit nomor 1 ini cuma ada di lantai 37 dan 38. total areanya mencapai 1.300 meter persegi. Biarpun harganya memang sedikit lebih tinggi, saya tetap menyarankan Bapak beli yang ini.”

“Oh? Aku boleh lihat-lihat lagi?”

“Boleh, sih, Pak. Tapi ….”

“Ya sudah, aku lihat saja dulu!”

“Baik, Pak David. Saya ambilkan kuncinya dulu.”

Ketika Karin baru saja mengambilkan kuncinya dan mereka berdua hendak naik untuk melihat unit, tak jauh dari sana ada seorang sales senior berusia 30-an tahun yang masih cukup menawan bertanya.

“Karin, kamu mau ke penthouse unit nomor 1?”

“Iya, Kak Anggy,” sahut Karin.

“Bukan apa, tapi unit yang di sana nggak bisa dikasih lihat ke sembarang orang, lho. Apalagi yang penthouse. Kalau sampai ada yang rusak, kamu berani ganti rugi?”

“Kak Anggy nggak perlu khawatir. Aku pasti bakal berhati-hati!”

“Karin, kamu kan masih baru, jadi kamu masih belum ngerti seberapa pentingnya pekerjaan kita. Kerja jadi sales itu harus punya daya pengamatan yang bagus. Coba lihat orang ini, memangnya dia sanggup beli?” ujar Anggy sambil menunjuk-nunjuk David tanpa rasa bersalah sedikit pun.

“Kak Anggy, aku percaya Pak David bukan orang kayak begitu.”

“Haish. Terserah kalau kamu nggak mau dengar. Tapi kamu harus lap bersih unitnya nanti, jangan sampai ada jejak-jejak kotor, ngerti?”

“Iya, Kak Anggy.”

Lantas, Karin pun segera membawa David ke lantai paling atas, di mana unit tersebut berada.

Related chapters

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 5

    Ketika baru saja memasuki unit tersebut, David langsung dibuat terkejut oleh apa yang ada di depan matanya. Tak heran unit ini disebut penthouse, interiornya memang sangat mewah.David mendekati jendela model picture window yang membentang tinggi sepanjang 3 meter dan lebar 10 meter untuk melihat pemandangan dari atas.“Pak David, ini unit terbaik kamu. Kaca yang dipasang di picture window ini dibuat dari kaca anti peluru, ketebalan kacanya mencapai 10 cm. Tingkat transparansinya juga bagus jadi tidak akan memengaruhi cahaya matahari yang masuk. Harga kaca ini sendiri sudah mencapai 20 miliar. Selain itu, ada juga lampu gantung yang diimport dari luar negeri, dan bisa diganti warnanya.“Di sini dapurnya.”“Ini kamar tidur utama.”“Ini ruang kerja.”“Yang ini wine cellar.”“Ini kamar mandinya.”“Ini ruang tamu.”“Yang ini ruang entertainment.”Setelah itu, mereka berdua turun ke lantai 28.“Di sini juga ada kolam renang indoor. Airnya rutin dibersihkan setiap pagi, dan airnya juga kami

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 6

    David membuka TokTok setelah dia bosan scroll IG. Inilah yang suka dia lakukan di kala senggang. Dia langsung masuk ke live streaming streamer favoritnya yang bernama Kepingan Salju.Kepingan Salju ini adalah salah satu streamer yang sudah lama David ikuti. Kira-kira sudah satu tahun lebih sejak Kepingan Salju pertama kali memulai streaming. Bisa dibilang David merupakan fans pertamanya, sejak dia baru memiliki beberapa followers hingga sekarang yang sudah punya lebih dari 50.000 followers. Sesi live-nya juga dulu hanya beberapa orang, mentok di belasan orang, dan hingga kini sudah ada ratusan orang yang menonton secara langsung. Meski begitu, David tidak pernah sekali pun mengirimkan hadiah untuknya. David hanya suka mendengar suaranya ketika sedang menyanyi.Sebenarnya, Kepingan Salju bisa melakukan lebih banyak lagi untuk para pengikutnya, tapi dia hanya menyanyi tanpa menampilkan wajahnya langsung. Streamer seperti ini tentunya akan sangat sulit mencuri perhatian para pemain besar

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 7

    Elena tidak bisa tidur walau sudah berbaring di asramanya. Ketiga teman sekamarnya malam ini sedang pergi kencan buta dengan mahasiswa sekampus. Elena beralasan sedang tidak enak badan agar tidak perlu ikut pergi. Sebenarnya dia tidak begitu suka menghadiri acara seperti itu karena kondisi keluarganya tidak sama dengan ketiga temannya. Demi menyekolahkan Elena di universitas, keluarganya sampai harus menguras semua harta yang tersisa. Elena hanya pernah satu kali menghadiri kencan semacam itu karena dia tidak ada alasan untuk menolak.Sekarang Elena benar-benar bersyukur dia tidak ikut pergi, atau dia pastinya akan melewatkan kesempatan mendapat rezeki dari Korek Api. Bahkan streamer besar yang sudah terkenal dan punya banyak followers pun jarang-jarang bisa mendapatkan keberuntungan seperti ini, apalagi Elena yang hanya streamer kecil. Sebelum sesi live streaming-nya berakhir saja, Elena sudah dihubungi oleh agensi yang berniat menaunginya, berharap tindakan yang mereka ambil ini dapa

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 8

    David membawa Prisca ke sebuah showroom mobil Porsche. Seorang pegawai yang cantik jelita langsung menyambut kedatangan mereka berdua. Melihat David dan Prisca datang membawa Mercy G-Class, ditambah lagi dengan penampilan David yang mencerminkan anak orang kaya, dia pun bertanya dengan ramah, “Ada yang bisa saya bantu? Bapak Ibu mau lihat-lihat mobilnya?”“Iya!” jawab David.“Cari yang model apa?”“Porsche 911 ada?”“Ada.”“Aku mau lihat dulu mobilnya.”“Baik, silakan ikut saya.”Pegawai itu pun membawa mereka berdua ke sebuah mobil Porsche 911 yang sedang dipajang di sana.“Sekarang kami punya dua unit di sini. Satu warna hitam, satu lagi warna merah. Bapak mau yang warna apa?”“Aku mau yang merah. Langsung bikin kwitansinya.”“Eh? Bapak nggak mau lihat-lihat dulu?”“Bukannya ini sudah lihat sekarang? Yang merah lumayan bagus warnanya.”Pegawai itu sudah cukup lama bekerja di sini, tapi ini pertama kalinya dia bertemu dengan pelanggan yang langsung beli hanya dengan melihat penampilan

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 9

    “Kamu mau tinggal bareng aku? Rumah ini juga kegedean kalau ditinggali sendiri. Kalau kamu tinggal di sini, kamu bisa hemat biaya sewa rumah.”David sendiri juga tidak tahu mengapa dia berkata seperti itu. Dia baru kenal dengan Prisca selama dua hari. Kalau tiba-tiba mengajak dia untuk tinggal bersama pasti akan terasa canggung. Namun berhubung dia sudah terlanjur mengatakannya, dalam hati dia sangat menantikan apa jawaban dari Prisca. David tidak sadar betapa rendah dirinya saat dia masih bersama dengan Sarah. Dia selalu saja mendengar apa yang Sarah katakan dan jarang sekali mendapatkan hak untuk berpendapat. Akan tetapi, semuanya akan jauh berbeda ketika David tinggal bersama Prisca. Apa pun yang Prisca katakan, pada akhirnya tetap David yang mengambil keputusan.Yang namanya lelaki, siapa yang tidak ingin berkuasa atas wanitanya? David merasa nyaman karena Prisca selalu mendengarkan apa yang dia katakan, dan tanpa sadar itu membuat David ingin tinggal bersamanya.“Tapi … apa nggak

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 10

    Saat itu, di ruang presiden direktur di lantai 33 … general manager Golden Hotel yang bernama Kenny sedang berhadapan dengan seorang pria yang usianya sekitar 30-an tahun.Pria tersebut duduk di singgasananya dengan pose setengah terbaring, dan kedua kaki bersandar di meja kerjanya yang lebar. Pria ini adalah presiden direktur Golden Hotel, Yoga Warsito. Dia juga merupakan pemegang saham terbesar hotel ini.“Kenny, akhir-akhir ini ada apa saja di hotel?” tanya Yoga.Yoga kebetulan sedang ada urusan di Provinsi Jina, jadi dia sekalian kemari untuk memeriksa keadaan. Kedatangannya ini sangat tidak terduga, karena biasanya dia hanya datang setahun sekali dua kali.“Lapor, Pak Yoga. Semuanya lancar-lancar saja. Jumlah traffic penghuni yang masuk juga stabil dan terus meningkat, kenaikannya sekitar 20% dibanding tahun lalu,” jawab Kenny.“Bagus juga kerjamu, Kenny. Bonus akhir tahun nanti aku naikin dua kali lipat. Bonus semua karyawan di sini juga aku naikin 50%.”“Terima kasih banyak, Pak

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 11

    Saat itu, David sedang menikmati hidangan kelas dunianya. Semua makanan ini tidak mungkin bisa dia dapatkan dulu, meski dalam mimpi sekalipun, tapi sekarang dia bisa memakannya sampai puas.Ketika David sedang asyik makan, tiba-tiba pintu ruang makannya terbuka. David kira yang datang adalah Prisca, makanya dia pun bilang, “Prisca, ayo makan bareng.”Akan tetapi, yang masuk pertama ternyata adalah seorang pria berusia 30-an tahun, sedangkan Prisca berada di paling belakang. Di depan Prisca juga ada satu orang lagi yang usianya sekitar 40-an tahun. Di antara ketiga orang yang masuk itu, satu-satunya orang yang David kenali hanyalah Prisca. Namun anehnya, wajah Prisca terlihat sedikit murung dengan mata memerah. Melihat itu, David kurang lebih bisa menebak apa yang telah terjadi padanya.“Selamat siang, Pak David. Saya Yoga, presiden direktur hotel ini. Maaf, apa Pak David puas dengan pelayanan dan makanan di restoran ini? Apabila butuh sesuatu, silakan katakan saja, kami akan memenuhiny

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 12

    Golden Hotel, ruang makan privat nomor tiga ….Prisca masih berada di dalam menemani David makan. Di situ dia berkata, “David, kamu serius mau beli hotel ini?”“Iya, masalahnya apakah bos kamu mau jual atau nggak. Dia orang mana?” tanya David.“Aku juga kurang tahu. Pak Yoga jarang banget datang kemari. Biasanya aku cuma ketemu dia pas acara pertemuan tahunan. Katanya dia punya banyak perusahaan lain. Golden Hotel ini cuma salah satunya saja.”“Semisterius itu orangnya? Kalau begini mungkin bakal aga susah, nih. Dia kayaknya nggak butuh uang dari hasil penjualan hotel ini.”Prisca sudah bekerja di hotel paling mewah yang ada di Jina ini selama tiga atau empat tahun. Dengan kelebihan yang dia miliki, dia sudah berkenalan dengan berbagai macam klien dan banyak teman. Di antaranya bahkan ada yang punya harta hingga triliunan. Prisca merasa dirinya sebentar lagi sudah bisa bergabung dengan pergaulan mereka. Namun, selama dua hari ini dia telah belajar banyak dari David. Rupanya orang yang

Latest chapter

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 119

    Sekarang sudah masuk hari Minggu. David pikir Yoga akan menghubunginya, tapi setelah ditunggu seharian, tidak ada telepon yang masuk. Kemarin malam David mendapat telepon dari Selly yang menanyakan mengapa David tidak datang ke rumahnya. David baru ingat kalau dua membuat janji akan datang ke rumahnya Selly, tapi rencana itu harus tertunda karena kedatangan Yasmine, jadi mau tidak mau David mencari waktu lain untuk datang.Siang harinya David mendapatkan sebuah kabar. Prisca melaporkan tim sudah terbentuk. Dengan bantuan uang, dia berhasil menarik banyak orang-orang berbakat untuk bergabung dengannya. David meminta Prisca untuk melakukan investasi ke proyek mana pun yang cukup potensial, tanpa harus mengkhawatirkan soal uang sedikit pun. Dia juga menyuruhnya menghubungi Wanto. Masih ada investasi senilai 10 triliun, setara dengan 50 Poin Kekayaan.Sekarang David harus cepat mengeluarkan uang untuk mendapatkan Poin Kekayaan agar dia bisa meng-upgrade Sistem. Dia merasa Fisik dan Mental-

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 118

    Memang, unit ini jelas lebih kecil jika dibandingkan dengan penthouse yang David tempati, tapi dari segi dekorasi interior, unit ini tidak kalah mewah dan layak dinobatkan sebagai rumah 200 miliar.“David, ngapain kamu ajak kami ke sini?” tanya Yasmine.“Om, Tante, kira-kira rumah ini gimana?” tanya David balik.“Bagus, sih! Tapi Tante mana sanggup beli!”“Rumahnya sudah aku beli! Tinggal urus surat-suratnya saja, habis itu bisa langsung ditempati.”Dari awal Yasmine dan Yovi sudah punya firasat David pasti akan membelikan rumah ini untuk mereka, makanya dia mengajak mereka melihat-lihat. Kendati demikian, mereka tetap tidak bisa menutupi rasa kaget mereka saat David benar-benar melakukannya.“Mana bisa begitu! David, kamu sudah kerja keras cari uang. Kami nggak bisa terima rumahnya!” kata Yasmine.“Iya! Rumah ini terlalu mahal, kamu nggak perlu!” timpal Yovi.Hanya Indah seorang yang menikmati pemandangan dari balik kaca. Berhubung David yang bersikeras ingin memberi, maka diterima sa

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 117

    Siang hari itu David menghubungi Karin untuk menanyakan apakah ada unit kosong untuk ditempati. Dia ingin membelikan rumah untuk kedua tantenya, kemudian mempekerjakan mereka di Golden Hotel. Tidak menghasilkan juga tidak masalah, yang penting mereka punya kesibukan. Setahun David tinggal memberikan mereka sekian miliar untuk biaya hidup satu tahun, dengan begitu mereka sudah bisa hidup berkecukupan.David mendatangi Karin yang sudah berjaga di resepsionis dan langsung pergi melihat unit. Kedatangan David kali ini berhasil membangkitkan kenangan pahit beberapa sales lainnya. Waktu itu tidak ada yang mau melayani David, dan Karin yang masih pegawai baru saat itu langsung melayaninya, dan berhasil mengantongi komisi miliaran.Belajar dari kesalahan di masa lalu, kali ini mereka langsung mengelilingi David begitu dia tiba di kantor pemasaran.“Permisi, Pak, ada yang bisa dibantu?”“Bapak mau beli rumah? Mari saya antar!”“Ini kartu nama saya. Kalau Bapak butuh bantuan, bisa langsung hubun

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 116

    Di suatu kediaman yang sunyi di Amba, seorang pemuda dan pria tua sedang asyik bermain catur. Pria tua terlihat sudah berusia 70-80 tahun. Namun meski di usianya yang uzur, rambutnya masih terlihat lebat hitam, dan matanya masih terlihat begitu bergairah. Tidak ada sedikit pun tanda-tanda penuaan dalam dirinya. Sedangkan lawan mainnya, mesti disebut dengan pemuda, usianya sudah menginjak 30 tahun, tapi jika dibandingkan dengan si pria tua, tidak salah dia disebut sebagai pemuda.“Permainan kamu makin hari makin bagus saja!” puji si pria tua.“Mana adalah! Permainanku masih jauh dari kata bagus!”Pemuda itu bernama Ruben, salah satu anggota Partai Terio. Nama Ruben tidak hanya terkenal di kalangan anak muda, tapi juga cukup dikagumi di kalangan orang tua.“Ruben, main catur itu sama kayak kehidupan nyata. Waktunya maju, kamu harus maju dengan berani. Waktunya mundur, ya harus mundur. Kayaknya belakangan ini kamu lagi ada masalah, ya?” tanya si pria tua yang bernama Joseph itu.“Pengamat

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 115

    “Eh … ha-halo! A-aku … Carlos!” ucap Carlos terbata-bata sembari menjabat tangan Sasha. Hanya sentuhan tangan saja sudah membuat wajahnya merah padam. Sasha tidak menyadari ada sesuatu yang aneh dari Carlos, dia hanya menjabat tangan dan langsung melepasnya.David menoleh kepalanya ke Carlos seketika mendengar ucapannya yang gagap, dan dia melihat wajah Carlos sudah memerah seperti tomat dengan tingkah lakunya yang aneh pula. Penampilan Sasha yang mengenakan seragam rok mini memang memberikan kesan anak muda yang sangat kuat. Untuk Carlos yang sedang masa puber, Sasha memiliki daya pikat yang luar biasa. Akan tetapi, Sasha bukanlah gadis yang mudah untuk ditaklukkan, sepertinya lebih baik David menyarankan Carlos untuk mengurungkan niatnya daripada nanti dia sendiri yang terluka.“Kak David, aku sudah titip salam ke sekolah. Kaka tinggal langsung bawa Carlos ke dalam saja untuk urus administrasinya!” kata Sasha.“Oke, makasih, ya, Sasha!”“Kak David nggak usah sungkah begitulah!”“Oh,

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 114

    Di hari berikutnya, David meminta Sasha untuk mengurus prosedur masuk sekolah Carlos di sekolah yang sama dengannya. Meski sekarang David punya uang yang tak terbatas, tak bisa dipungkiri bahwa dia masih belum membangun reputasi. Namanya hanya baru sekadar diperbincangkan saja di KMB dan Partai Terio.Sebagai anak kesayangan keluarga Lumanto, hal semacam ini tentu adalah tugas sepele bagi Sasha. Hanya dalam hitungan menit, dia sudah mengabari David bahwa Carlos berhasil diterima. Lantas, David pun segera membawa Carlos ke sekolah yang bernama Ricci School itu.Ricci School adalah akademi untuk kaum elite yang paling ternama di Provinsi Jina. Meski termasuk sekolah swasta, kualitas pengajar di sana sangat tinggi dan berpengalaman di bidangnya masing-masing, dan mereka juga disokong oleh keluarga Lumanto secara langsung.Murid yang bisa belajar di sekolah tersebut entah memang berprestasi sehingga mendapatkan beasiswa penuh, atau anak orang kaya yang harta keluarganya sudah di luar nalar

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 113

    Yang paling Yasmine dan Yovi khawatirkan saat ini, adalah anak bungsu mereka.“David, Tante tahu sekarang kamu sudah sukses, tapi kami sudah lama tinggal di Suta. Lagian, om kamu kan kerjanya di sana. Kalau pindah ke sini, kami nggak bisa apa-apa,” kata Yasmine.“Tante cukup datang ke sini saja, nggak usah ngapa-ngapain. Kalau memang bosan, aku bisa kasih kerjaan yang santai supaya Tante bisa tetap jagain Carlos. Gimana?”“Pa, Ma, kita ikutin apa kata Kak David saja! Kalau Carlos terus di Suta, dia bakal terpengaruh sama anak-anak nakal lainnya. Papa Mama juga harus mikir demi kebaikan Carlos,” kata Indah.“Hmmm … kita coba diskusi saja dulu, ya!” sahut Yasmine.“Oke! Tapi aku berharap Om Tante bisa tinggal di sini. Kalian berdua sudah banyak berjasa buatku, sekarang giliran aku yang membalas kebaikan kalian. Lagi pula, sekarang aku punya hotel. Aku masih belum ketemu orang yang bisa aku percaya, aku berharap Om Tante mau bantu aku,” jelas David.“Kamu punya hotel?”“Iya! Sekarang aku

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 112

    Carlos yang duduk di kursi penumpang depan terlihat begitu bersemangat, sementara Yasmine, Yovi, dan Indah duduk di kursi belakang. Ada harga, maka ada barang. Kalau orang dengan sakit pinggang seperti Yasmine duduk di mobil biasa, dia pasti sudah sangat menderita selama perjalanan. Namun ketika duduk di Mercy G Class ini, dia merasa sangat nyaman karena mobil melaju stabil tanpa ada getaran yang mengganggu. Selama perjalanan, David menghubungi Cakra memintanya untuk menghubungi Jina Medical Center. Tepat pukul dua siang David sudah tiba di rumah sakit tersebut.Riyadi selaku kepala Jina Medical Center sudah menunggu kedatangan David.“Pak David, kita ketemu lagi!” sapa Riyadi begitu melihat David turun dari mobilnya.“Pak Riyadi, tolong, ya!”“Nggak perlu sungan, Pak David. Ini sudah jadi tanggung jawab kami.”Mereka berdua langsung pergi ke ruang klinik VIP seusai bertukar salam, dan tepat pukul empat sore langsung menjalankan operasi yang berlangsung selama satu jam. Selagi menungg

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 111

    “Aku ngerti Tante pasti keberatan keluar uang untuk berobat. Tapi Tante nggak perlu khawatir, sekarang aku sudah bisa cari uang. Yang penting sekarang kita berobat dulu, ya!” bujuk David.“Kamu kan masih kuliah, cari uang dari mana? David, kamu harus belajar yang benar. Habis lulus cari kerja yang bagus, jangan malah bergaul sama yang nggak baik! Kalau nggak, gimana nanti kamu menghadap ke Tante Giani atau orang tua kamu?” tegur Yasmine.“Tante, aku nggak kerja yang aneh-aneh, kok. Tante yang membesarkan aku dari kecil masa nggak paham?”David tidak ingin memberi tahu tantenya kalau dia sudah kaya karena takut Yasmine akan berpikir yang macam-macam. Awalnya dia ingin menunjukkannya pelan-pelan melalui Indah, tapi Indah tidak berani mengatakannya. Karena tidak ada jalan lain, mau tidak mau David harus mengakuinya terus terang. Akan tetapi … sudah pasti Yasmine tidak akan percaya. Dibujuk seperti apa pun, Yasmine tetap ngotot tidak mau berobat ke Jiwan. Bahkan Yovi dan Indah yang juga me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status