Elena tidak bisa tidur walau sudah berbaring di asramanya. Ketiga teman sekamarnya malam ini sedang pergi kencan buta dengan mahasiswa sekampus. Elena beralasan sedang tidak enak badan agar tidak perlu ikut pergi. Sebenarnya dia tidak begitu suka menghadiri acara seperti itu karena kondisi keluarganya tidak sama dengan ketiga temannya. Demi menyekolahkan Elena di universitas, keluarganya sampai harus menguras semua harta yang tersisa. Elena hanya pernah satu kali menghadiri kencan semacam itu karena dia tidak ada alasan untuk menolak.Sekarang Elena benar-benar bersyukur dia tidak ikut pergi, atau dia pastinya akan melewatkan kesempatan mendapat rezeki dari Korek Api. Bahkan streamer besar yang sudah terkenal dan punya banyak followers pun jarang-jarang bisa mendapatkan keberuntungan seperti ini, apalagi Elena yang hanya streamer kecil. Sebelum sesi live streaming-nya berakhir saja, Elena sudah dihubungi oleh agensi yang berniat menaunginya, berharap tindakan yang mereka ambil ini dapa
David membawa Prisca ke sebuah showroom mobil Porsche. Seorang pegawai yang cantik jelita langsung menyambut kedatangan mereka berdua. Melihat David dan Prisca datang membawa Mercy G-Class, ditambah lagi dengan penampilan David yang mencerminkan anak orang kaya, dia pun bertanya dengan ramah, “Ada yang bisa saya bantu? Bapak Ibu mau lihat-lihat mobilnya?”“Iya!” jawab David.“Cari yang model apa?”“Porsche 911 ada?”“Ada.”“Aku mau lihat dulu mobilnya.”“Baik, silakan ikut saya.”Pegawai itu pun membawa mereka berdua ke sebuah mobil Porsche 911 yang sedang dipajang di sana.“Sekarang kami punya dua unit di sini. Satu warna hitam, satu lagi warna merah. Bapak mau yang warna apa?”“Aku mau yang merah. Langsung bikin kwitansinya.”“Eh? Bapak nggak mau lihat-lihat dulu?”“Bukannya ini sudah lihat sekarang? Yang merah lumayan bagus warnanya.”Pegawai itu sudah cukup lama bekerja di sini, tapi ini pertama kalinya dia bertemu dengan pelanggan yang langsung beli hanya dengan melihat penampilan
“Kamu mau tinggal bareng aku? Rumah ini juga kegedean kalau ditinggali sendiri. Kalau kamu tinggal di sini, kamu bisa hemat biaya sewa rumah.”David sendiri juga tidak tahu mengapa dia berkata seperti itu. Dia baru kenal dengan Prisca selama dua hari. Kalau tiba-tiba mengajak dia untuk tinggal bersama pasti akan terasa canggung. Namun berhubung dia sudah terlanjur mengatakannya, dalam hati dia sangat menantikan apa jawaban dari Prisca. David tidak sadar betapa rendah dirinya saat dia masih bersama dengan Sarah. Dia selalu saja mendengar apa yang Sarah katakan dan jarang sekali mendapatkan hak untuk berpendapat. Akan tetapi, semuanya akan jauh berbeda ketika David tinggal bersama Prisca. Apa pun yang Prisca katakan, pada akhirnya tetap David yang mengambil keputusan.Yang namanya lelaki, siapa yang tidak ingin berkuasa atas wanitanya? David merasa nyaman karena Prisca selalu mendengarkan apa yang dia katakan, dan tanpa sadar itu membuat David ingin tinggal bersamanya.“Tapi … apa nggak
Saat itu, di ruang presiden direktur di lantai 33 … general manager Golden Hotel yang bernama Kenny sedang berhadapan dengan seorang pria yang usianya sekitar 30-an tahun.Pria tersebut duduk di singgasananya dengan pose setengah terbaring, dan kedua kaki bersandar di meja kerjanya yang lebar. Pria ini adalah presiden direktur Golden Hotel, Yoga Warsito. Dia juga merupakan pemegang saham terbesar hotel ini.“Kenny, akhir-akhir ini ada apa saja di hotel?” tanya Yoga.Yoga kebetulan sedang ada urusan di Provinsi Jina, jadi dia sekalian kemari untuk memeriksa keadaan. Kedatangannya ini sangat tidak terduga, karena biasanya dia hanya datang setahun sekali dua kali.“Lapor, Pak Yoga. Semuanya lancar-lancar saja. Jumlah traffic penghuni yang masuk juga stabil dan terus meningkat, kenaikannya sekitar 20% dibanding tahun lalu,” jawab Kenny.“Bagus juga kerjamu, Kenny. Bonus akhir tahun nanti aku naikin dua kali lipat. Bonus semua karyawan di sini juga aku naikin 50%.”“Terima kasih banyak, Pak
Saat itu, David sedang menikmati hidangan kelas dunianya. Semua makanan ini tidak mungkin bisa dia dapatkan dulu, meski dalam mimpi sekalipun, tapi sekarang dia bisa memakannya sampai puas.Ketika David sedang asyik makan, tiba-tiba pintu ruang makannya terbuka. David kira yang datang adalah Prisca, makanya dia pun bilang, “Prisca, ayo makan bareng.”Akan tetapi, yang masuk pertama ternyata adalah seorang pria berusia 30-an tahun, sedangkan Prisca berada di paling belakang. Di depan Prisca juga ada satu orang lagi yang usianya sekitar 40-an tahun. Di antara ketiga orang yang masuk itu, satu-satunya orang yang David kenali hanyalah Prisca. Namun anehnya, wajah Prisca terlihat sedikit murung dengan mata memerah. Melihat itu, David kurang lebih bisa menebak apa yang telah terjadi padanya.“Selamat siang, Pak David. Saya Yoga, presiden direktur hotel ini. Maaf, apa Pak David puas dengan pelayanan dan makanan di restoran ini? Apabila butuh sesuatu, silakan katakan saja, kami akan memenuhiny
Golden Hotel, ruang makan privat nomor tiga ….Prisca masih berada di dalam menemani David makan. Di situ dia berkata, “David, kamu serius mau beli hotel ini?”“Iya, masalahnya apakah bos kamu mau jual atau nggak. Dia orang mana?” tanya David.“Aku juga kurang tahu. Pak Yoga jarang banget datang kemari. Biasanya aku cuma ketemu dia pas acara pertemuan tahunan. Katanya dia punya banyak perusahaan lain. Golden Hotel ini cuma salah satunya saja.”“Semisterius itu orangnya? Kalau begini mungkin bakal aga susah, nih. Dia kayaknya nggak butuh uang dari hasil penjualan hotel ini.”Prisca sudah bekerja di hotel paling mewah yang ada di Jina ini selama tiga atau empat tahun. Dengan kelebihan yang dia miliki, dia sudah berkenalan dengan berbagai macam klien dan banyak teman. Di antaranya bahkan ada yang punya harta hingga triliunan. Prisca merasa dirinya sebentar lagi sudah bisa bergabung dengan pergaulan mereka. Namun, selama dua hari ini dia telah belajar banyak dari David. Rupanya orang yang
Sepuluh menit kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar.“Masuk! Kenny, Prisca, kalian berdua juga masuk,” ujar Yoga.Pintu pun terbuka, dan masuklah mereka bertiga secara bersamaan.“Aku mau mengumumkan sesuatu. Aku dan Pak David sudah sepakat, bahwa hotel ini akan dijual kepada Pak David senilai 40 triliun. Pak Harry, tolong siapkan kwitansinya pembayaran deposit. Transaksinya akan selesai dalam waktu satu minggu ini,” kata Yoga.Mereka bertiga memperlihatkan ekspresi yang berbeda-beda setelah mendengar perintah Yoga.Harry tidak begitu peduli. Dia sudah lama bekerja dengan Yoga, dan tugas dia pun tidak hanya sebatas menjabat sebagai direktur keuangan Golden Hotel. Dengan dijualnya hotel ini, beban pekerjaan dia justru akan semakin ringan. Berbeda jauh dengan Kenny yang justru syok. Dia adalah karyawan senior yang direkrut oleh Yoga dari perusahaan agensi. Meski kelak tidak lagi menjabat sebagai general manager di hotel ini, bukan hal yang sulit baginya mencari pekerjaan di t
Malam harinya, David datang ke Golden Hotel dengan langkahnya yang mencerminkan seorang pria tinggi, kaya, dan tampan.“Selamat datang, Pak David!”Di depan pintu sudah ada empat wanita cantik yang menyambut David dengan penuh rasa kagum. Kabar tentang David yang membeli Golden Hotel sudah tersebar ke mana-mana. Prisca juga sudah mulai mengerjakan tugasnya sebagai general manager, sedangkan Kenny sudah angkat kaki dari hotel itu.Setelah David masuk ke dalam, keempat wanita yang tadi menyambutnya di depan mulai bergosip.“Pak David ganteng banget, ya!”“Iya! Sdah ganteng, kaya pula! Benar-benar cowok idaman semua cewek!”“Dia nggak tertarik sama kamu!”“Tahu dari mana? Siapa tahu dia tertarik sama aku!”“Cih, tipe kesukaannya Pak David itu kayak Prisca.”“Cuma cari satu tipe cewek yang sama lama-lama pasti bakal bosan. Siapa tahu suatu hari nanti Pak David mau ganti selera, di situlah kesempatan kita datang.”David tidak mendengar perbincangan mereka yang ada di belakang. Dia langsung
Sekarang sudah masuk hari Minggu. David pikir Yoga akan menghubunginya, tapi setelah ditunggu seharian, tidak ada telepon yang masuk. Kemarin malam David mendapat telepon dari Selly yang menanyakan mengapa David tidak datang ke rumahnya. David baru ingat kalau dua membuat janji akan datang ke rumahnya Selly, tapi rencana itu harus tertunda karena kedatangan Yasmine, jadi mau tidak mau David mencari waktu lain untuk datang.Siang harinya David mendapatkan sebuah kabar. Prisca melaporkan tim sudah terbentuk. Dengan bantuan uang, dia berhasil menarik banyak orang-orang berbakat untuk bergabung dengannya. David meminta Prisca untuk melakukan investasi ke proyek mana pun yang cukup potensial, tanpa harus mengkhawatirkan soal uang sedikit pun. Dia juga menyuruhnya menghubungi Wanto. Masih ada investasi senilai 10 triliun, setara dengan 50 Poin Kekayaan.Sekarang David harus cepat mengeluarkan uang untuk mendapatkan Poin Kekayaan agar dia bisa meng-upgrade Sistem. Dia merasa Fisik dan Mental-
Memang, unit ini jelas lebih kecil jika dibandingkan dengan penthouse yang David tempati, tapi dari segi dekorasi interior, unit ini tidak kalah mewah dan layak dinobatkan sebagai rumah 200 miliar.“David, ngapain kamu ajak kami ke sini?” tanya Yasmine.“Om, Tante, kira-kira rumah ini gimana?” tanya David balik.“Bagus, sih! Tapi Tante mana sanggup beli!”“Rumahnya sudah aku beli! Tinggal urus surat-suratnya saja, habis itu bisa langsung ditempati.”Dari awal Yasmine dan Yovi sudah punya firasat David pasti akan membelikan rumah ini untuk mereka, makanya dia mengajak mereka melihat-lihat. Kendati demikian, mereka tetap tidak bisa menutupi rasa kaget mereka saat David benar-benar melakukannya.“Mana bisa begitu! David, kamu sudah kerja keras cari uang. Kami nggak bisa terima rumahnya!” kata Yasmine.“Iya! Rumah ini terlalu mahal, kamu nggak perlu!” timpal Yovi.Hanya Indah seorang yang menikmati pemandangan dari balik kaca. Berhubung David yang bersikeras ingin memberi, maka diterima sa
Siang hari itu David menghubungi Karin untuk menanyakan apakah ada unit kosong untuk ditempati. Dia ingin membelikan rumah untuk kedua tantenya, kemudian mempekerjakan mereka di Golden Hotel. Tidak menghasilkan juga tidak masalah, yang penting mereka punya kesibukan. Setahun David tinggal memberikan mereka sekian miliar untuk biaya hidup satu tahun, dengan begitu mereka sudah bisa hidup berkecukupan.David mendatangi Karin yang sudah berjaga di resepsionis dan langsung pergi melihat unit. Kedatangan David kali ini berhasil membangkitkan kenangan pahit beberapa sales lainnya. Waktu itu tidak ada yang mau melayani David, dan Karin yang masih pegawai baru saat itu langsung melayaninya, dan berhasil mengantongi komisi miliaran.Belajar dari kesalahan di masa lalu, kali ini mereka langsung mengelilingi David begitu dia tiba di kantor pemasaran.“Permisi, Pak, ada yang bisa dibantu?”“Bapak mau beli rumah? Mari saya antar!”“Ini kartu nama saya. Kalau Bapak butuh bantuan, bisa langsung hubun
Di suatu kediaman yang sunyi di Amba, seorang pemuda dan pria tua sedang asyik bermain catur. Pria tua terlihat sudah berusia 70-80 tahun. Namun meski di usianya yang uzur, rambutnya masih terlihat lebat hitam, dan matanya masih terlihat begitu bergairah. Tidak ada sedikit pun tanda-tanda penuaan dalam dirinya. Sedangkan lawan mainnya, mesti disebut dengan pemuda, usianya sudah menginjak 30 tahun, tapi jika dibandingkan dengan si pria tua, tidak salah dia disebut sebagai pemuda.“Permainan kamu makin hari makin bagus saja!” puji si pria tua.“Mana adalah! Permainanku masih jauh dari kata bagus!”Pemuda itu bernama Ruben, salah satu anggota Partai Terio. Nama Ruben tidak hanya terkenal di kalangan anak muda, tapi juga cukup dikagumi di kalangan orang tua.“Ruben, main catur itu sama kayak kehidupan nyata. Waktunya maju, kamu harus maju dengan berani. Waktunya mundur, ya harus mundur. Kayaknya belakangan ini kamu lagi ada masalah, ya?” tanya si pria tua yang bernama Joseph itu.“Pengamat
“Eh … ha-halo! A-aku … Carlos!” ucap Carlos terbata-bata sembari menjabat tangan Sasha. Hanya sentuhan tangan saja sudah membuat wajahnya merah padam. Sasha tidak menyadari ada sesuatu yang aneh dari Carlos, dia hanya menjabat tangan dan langsung melepasnya.David menoleh kepalanya ke Carlos seketika mendengar ucapannya yang gagap, dan dia melihat wajah Carlos sudah memerah seperti tomat dengan tingkah lakunya yang aneh pula. Penampilan Sasha yang mengenakan seragam rok mini memang memberikan kesan anak muda yang sangat kuat. Untuk Carlos yang sedang masa puber, Sasha memiliki daya pikat yang luar biasa. Akan tetapi, Sasha bukanlah gadis yang mudah untuk ditaklukkan, sepertinya lebih baik David menyarankan Carlos untuk mengurungkan niatnya daripada nanti dia sendiri yang terluka.“Kak David, aku sudah titip salam ke sekolah. Kaka tinggal langsung bawa Carlos ke dalam saja untuk urus administrasinya!” kata Sasha.“Oke, makasih, ya, Sasha!”“Kak David nggak usah sungkah begitulah!”“Oh,
Di hari berikutnya, David meminta Sasha untuk mengurus prosedur masuk sekolah Carlos di sekolah yang sama dengannya. Meski sekarang David punya uang yang tak terbatas, tak bisa dipungkiri bahwa dia masih belum membangun reputasi. Namanya hanya baru sekadar diperbincangkan saja di KMB dan Partai Terio.Sebagai anak kesayangan keluarga Lumanto, hal semacam ini tentu adalah tugas sepele bagi Sasha. Hanya dalam hitungan menit, dia sudah mengabari David bahwa Carlos berhasil diterima. Lantas, David pun segera membawa Carlos ke sekolah yang bernama Ricci School itu.Ricci School adalah akademi untuk kaum elite yang paling ternama di Provinsi Jina. Meski termasuk sekolah swasta, kualitas pengajar di sana sangat tinggi dan berpengalaman di bidangnya masing-masing, dan mereka juga disokong oleh keluarga Lumanto secara langsung.Murid yang bisa belajar di sekolah tersebut entah memang berprestasi sehingga mendapatkan beasiswa penuh, atau anak orang kaya yang harta keluarganya sudah di luar nalar
Yang paling Yasmine dan Yovi khawatirkan saat ini, adalah anak bungsu mereka.“David, Tante tahu sekarang kamu sudah sukses, tapi kami sudah lama tinggal di Suta. Lagian, om kamu kan kerjanya di sana. Kalau pindah ke sini, kami nggak bisa apa-apa,” kata Yasmine.“Tante cukup datang ke sini saja, nggak usah ngapa-ngapain. Kalau memang bosan, aku bisa kasih kerjaan yang santai supaya Tante bisa tetap jagain Carlos. Gimana?”“Pa, Ma, kita ikutin apa kata Kak David saja! Kalau Carlos terus di Suta, dia bakal terpengaruh sama anak-anak nakal lainnya. Papa Mama juga harus mikir demi kebaikan Carlos,” kata Indah.“Hmmm … kita coba diskusi saja dulu, ya!” sahut Yasmine.“Oke! Tapi aku berharap Om Tante bisa tinggal di sini. Kalian berdua sudah banyak berjasa buatku, sekarang giliran aku yang membalas kebaikan kalian. Lagi pula, sekarang aku punya hotel. Aku masih belum ketemu orang yang bisa aku percaya, aku berharap Om Tante mau bantu aku,” jelas David.“Kamu punya hotel?”“Iya! Sekarang aku
Carlos yang duduk di kursi penumpang depan terlihat begitu bersemangat, sementara Yasmine, Yovi, dan Indah duduk di kursi belakang. Ada harga, maka ada barang. Kalau orang dengan sakit pinggang seperti Yasmine duduk di mobil biasa, dia pasti sudah sangat menderita selama perjalanan. Namun ketika duduk di Mercy G Class ini, dia merasa sangat nyaman karena mobil melaju stabil tanpa ada getaran yang mengganggu. Selama perjalanan, David menghubungi Cakra memintanya untuk menghubungi Jina Medical Center. Tepat pukul dua siang David sudah tiba di rumah sakit tersebut.Riyadi selaku kepala Jina Medical Center sudah menunggu kedatangan David.“Pak David, kita ketemu lagi!” sapa Riyadi begitu melihat David turun dari mobilnya.“Pak Riyadi, tolong, ya!”“Nggak perlu sungan, Pak David. Ini sudah jadi tanggung jawab kami.”Mereka berdua langsung pergi ke ruang klinik VIP seusai bertukar salam, dan tepat pukul empat sore langsung menjalankan operasi yang berlangsung selama satu jam. Selagi menungg
“Aku ngerti Tante pasti keberatan keluar uang untuk berobat. Tapi Tante nggak perlu khawatir, sekarang aku sudah bisa cari uang. Yang penting sekarang kita berobat dulu, ya!” bujuk David.“Kamu kan masih kuliah, cari uang dari mana? David, kamu harus belajar yang benar. Habis lulus cari kerja yang bagus, jangan malah bergaul sama yang nggak baik! Kalau nggak, gimana nanti kamu menghadap ke Tante Giani atau orang tua kamu?” tegur Yasmine.“Tante, aku nggak kerja yang aneh-aneh, kok. Tante yang membesarkan aku dari kecil masa nggak paham?”David tidak ingin memberi tahu tantenya kalau dia sudah kaya karena takut Yasmine akan berpikir yang macam-macam. Awalnya dia ingin menunjukkannya pelan-pelan melalui Indah, tapi Indah tidak berani mengatakannya. Karena tidak ada jalan lain, mau tidak mau David harus mengakuinya terus terang. Akan tetapi … sudah pasti Yasmine tidak akan percaya. Dibujuk seperti apa pun, Yasmine tetap ngotot tidak mau berobat ke Jiwan. Bahkan Yovi dan Indah yang juga me