Stevan dan Arisa pergi bersama dalam satu mobil, berusaha mencari di mana Nayla berada. Disisirnya semua jalan raya yang mungkin Nayla lewati.
Menurut Leana, Nayla menghilang sekitar tiga puluh menit yang lalu setelah memeriksanya di rekaman kamera pengawas. Kebetulan malam ini Hiroyuki sedang keluar kota, mengadakan rapat penting dengan beberapa client sehingga Leana tidak bisa meminta bantuan suaminya itu.
Namun, keluarga Higashino merupakan keluarga berada. Mereka memiliki banyak anak buah, sehingga Leana mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari tahu keberadaan Nayla.
Nayla memang biasa pergi sendiri, tetapi melihat Nayla keluar dari kamar lalu pergi dari rumahnya tanpa mengenakan alas kaki membuat Leana curiga bahwa Nayla sedang berada dalam masalah.
Dengan dibantu oleh petugas keamanan di kediaman Higashino, Leana mencoba mencari di mana Nayla berada. Namun, sudah hampir tiga puluh menit mereka mencari Nayla, tetapi tidak juga membuahkan hasil, s
"Nona Nayla baik-baik saja. Mungkin karena terlalu lelah dengan daya tahan tubuh kurang baik juga sedikit depresi membuatnya tak sadarkan diri. Tenang saja, setelah beristirahat dan dengan beberapa suntikan multivitamin kondisinya akan segera pulih."Dokter Noorin izin undur diri kepada Zack ketika selesai memeriksa kondisi Nayla.Zack duduk di samping ranjang perawatan Nayla, sedikit menunduk dengan wajah lusuh penuh rasa penyesalan."Kenapa bisa jadi begini?"Zack menghembuskan napas berat, disugarnya rambut tebalnya itu dengan sedikit meremas. Kepalanya terasa pusing memikirkan dengan apa yang baru saja terjadi.Jika sedikit saja Zack terlambat datang, mungkin Nayla sudah terbawa arus sungai yang deras itu. Bisa saja kepala Nayla terbentur bebatuan dan meninggal dengan polisi yang menemukan jasadnya keesokan harinya.Dilihatnya Nayla yang saat ini masih belum sadarkan diri. Apakah ia benar-benar tidak bisa memaafkan Nayla?Bukankah
"Kau yakin akan ikut? Pikirkan baik-baik. Sebelum semuanya terlambat."Zack sudah memasukkan semua perlengkapannya ke dalam backpack-nya. Menilik sekilas ke arah jam tangannya yang masih menunjukkan pukul setengah sembilan pagi.Hari ini adalah jadwal keberangkatan para relawan yang akan membantu di daerah konflik dekat perbatasan. Zack sudah menyiapkan segalanya. Dan kini Stevan sedang menceramahinya sebelum lelaki itu pergi yang entah sampai berapa lama."Aku sudah memikirkannya. Kau tidak perlu mempertanyakan keputusanku lagi."Zack mengenakan jaket kulit berwarna hitam lalu menaikkan resletingnya hingga sebatas dada. Tangannya meraih tas ransel berukuran besar itu untuk kemudian mengenakannya dengan menyelipkan lengan kanan dan kirinya secara bergantian."Zack, apa kau tidak memikirkan perasaan Nayla?"Zack terdiam, dia tahu jika Nayla akan sangat bersedih ketika mengetahui keputusannya. Sejak tiga hari setelah percobaan bunuh diri Nayla
"A-pa?"Pengakuan Dokter Noorin sukses membuat Nayla terkejut. Nayla mengira Zack sudah tidak lagi menginginkannya, memedulikannya. Namun ternyata, dalam senyap lelaki itu secara sembunyi-sembunyi masih melindungi Nayla sesuai dengan janji yang pernah diucapkan oleh Zack kepada Nayla dulu.Tanpa terasa air mata itu merembes membasahi pelupuk matanya. Hati Nayla yang beku seketika mencair karena kehangatan yang tiba-tiba menyeruak dalam dirinya.Zack tidak melupakannya.Zack masih mencintainya.Nayla tidak bisa menyembunyikan rasa harunya itu. Sedikit ia tarik kedua ujung bibirnya itu, membentuk sebuah senyuman yang begitu tipis dan nyaris tak terlihat."Dia sangat mencintai Anda. Saya mungkin tidak bisa menemukan cinta seperti itu dalam diri calon suami saya, tetapi kami sudah berkomitmen akan memulai semuanya dari awal. Jadi Dokter Nayla, Anda sangat beruntung mendapatkan cinta yang begitu besar dari Opsir Zack. Berbahagialah."Suara
"A-pa?""Ya, Clara hanya memiliki satu kaki. Gadis yang saat ini kau lihat sedang tertawa hanya dengan melihat kesenangan teman-temannya bermain kejar-kejaran itu hanya memiliki satu kaki di tubuhnya."Zack memperhatikan Clara sekali lagi. Benar saja, gadis itu menyembunyikan kakinya di dalam rok panjangnya. Tetapi Zack bisa melihat jika kaki itu tidak utuh karena terlihat di dalam rok itu hanya terdapat satu kaki saja."Di mana orang tuanya?""Ayah dan ibunya sudah tiada. Ayahnya diculik oleh penduduk asli yaitu suku Eugin sebagai tawanan satu tahun yang lalu, tetapi sampai sekarang tidak pernah kembali. Banyak yang mengatakan jika warga pendatang yang sudah diculik oleh suku Eugin tidak akan pernah bisa kembali dengan selamat. Jika tidak menjadi budak, mereka akan menjadikannya sebagai tumbal.""Apa kalian selama ini hanya diam saja? Apa kalian tidak berusaha mencarinya?" Zack tampak geram melihat ketidak adilan di depan matanya. Pada
"Markas mereka di titik ini. Mata-mataku sudah menemukannya, kita tinggal mengumpulkan kekuatan dan menunggu bantuan tiba hingga semuanya siap untuk menyerang dan melumpuhkan mereka."Sayup-sayup Zack mendengar para tentara itu sedang menyusun strategi untuk menyerang markas musuh.Ya, perusuh itu sudah mereka anggap sebagai musuh. Meskipun pada kenyataannya mereka adalah saudara sebangsa yang harusnya dirangkul untuk saling bergandengan tangan menyongsong harapan baru untuk menciptakan kedamaian di wilayah itu.Namun, sikap dan perbuatan mereka sudah di ambang batas, sehingga hal itu sudah cukup dijadikan alasan bagi aparat untuk meringkus mereka semua dengan menjadikan kesemua pemberontak itu sebagai musuh negara."Hai, kamu!"Salah seorang dari tentara itu memanggil Zack yang sedang menghitung stok persediaan bahan makanan bersama relawan lain.Tempat itu sebenarnya tak layak jika disebut markas. Mereka menggunakan sebuah goa yang b
Zack dan Fernandes berkutat dengan mobil yang penuh dengan bahan makanan itu, mencoba memperbaikinya karena tiba-tiba mogok di tengah jalan.Seharusnya pagi ini mereka sudah berada di lokasi pengungsian, tetapi sayang sekali karena ada kendala dengan alat transportasi mereka sehingga membuat keduanya harus bermalam di jalanan hingga pagi ini."Sial, mengapa harus mogok sih!" Fernandes menendang ban depan mobil itu, kesal bercampur lelah karena belum tidur semalaman."Istirahatlah dulu, aku akan mencoba memperbaikinya.""Dengan apa? Kau tidak lihat, kita sedang berada di mana?"Mereka memang tidak berada di lokasi padat penduduk. Hanya jalanan yang ditumbuhi pohon pinus juga semak belukar di sisi kanan dan kirinya.Zack menggaruk kepalanya yang tiba-tiba merasa gatal tanpa sebab. "Benar juga, sangat sulit mencari bengkel di tempat seperti ini."Fernandes akhirnya menyerah dengan kantuk yang sudah menyerang mata serta tubuhnya. Tidak ma
Hari sudah semakin siang. Zack belum juga mendapatkan pertolongan untuk memperbaiki mobilnya. Pasti di sana semua orang sudah menunggu kedatangan bahan makanan yang sudah Zack dan Fernandes beli.Perut Zack juga sudah mulai kelaparan, hingga akhirnya ia mengambil satu buah pisang yang sudah matang untuk ia makan sebagai pengganjal perutnya yang keroncongan.Zack duduk di bagian depan mobil dengan menyandarkan separuh tubuhnya di sana. Menikmati buah pisang masak itu sambil menatap ke arah jalanan.Sangat sepi. Bahkan mungkin tidak ada seseorang yang mungkin melewati jalan itu.Zack menyuapkan potongan kecil terakhir dari buah pisang itu, membuang kulitnya di tempat sampah yang ada di dalam mobil. Meskipun ini hutan, tetap saja tidak boleh membuang sampah sembarangan.Rasa pustus asa sempat terlintas dalam diri lelaki itu. Mana mungkin mereka bisa kembali jika terus-menerus dibiarkan seperti ini. Zack tidak bisa menghubungi siapa pun dan harus terje
"Apa saja yang sudah kalian lakukan? Bagaimana bisa ada penyusup masuk ke tempat ini?"Semua orang menunduk, tanpa berani menegakkan kepala sedikit pun menanggapi kemarahan atasan mereka yang berapi-api.Kejadian hari ini membuktikan jika kekuatan musuh jauh lebih besar, hingga aparat sama sekali tidak bisa melindungi para pengungsi."Siapa yang mempertanggungjawabkan kejadian ini? Apa kau, kau, atau kau?"Masih senyap, meskipun kening mereka sudah ditunjuk-tunjuk dengan kasar, tetap saja mereka tidak berani hanya untuk sekedar menjawab.Lelaki itu menunjukkan keberangannya di wajah. Marah bercampur kecewa dengan cara kerja anak buahnya yang terlihat tidak sanggup menjalankan perintahnya dengan benar.Semua kejadian yang menimpa para pengungsi ini menjadikan noda atas kepercayaan masyarakat dan warga atas perlindungan yang ditawarkan negara kepada mereka.Diplomasi masih mereka usahakan untuk menyatukan penduduk suku Eugin dengan para