Stevan masih bingung dengan apa yang terjadi. Degup jantungnya kian tak terkendali, ada rasa aneh yang belum ia rasakan sebelumnya. Dengan kikuk ia berusaha berdiri, menegakkan kembali tubuhnya.
Matanya menatap Yuta yang saat ini tampak marah kepadanya. Memang salahnya sendiri memasuki rumah seseorang tanpa permisi, sehingga sudah sewajarnya jika Yuta marah kepadanya.
"Maaf, aku hanya mencemaskanmu. Aku permisi keluar," ucap Stevan sambil berusaha menetralkan perasaannya.
Ketika ia berbalik badan dengan tangan terulur untuk membuka kenop pintu, Stevan melihat telapak tangannya dengan berdiri mematung, tidak bergerak sama sekali.
Ia merasakan menyentuh sesuatu yang asing, yaitu sesuatu yang terasa nyaman untuk digenggam. Tanpa disadari ia meraba dadanya sendiri, mencoba merasakan apakah sama dengan ketika ia menyentuh dada Yuta.
Kening Stevan berkerut membentuk gelombang-gelombang kecil, berusaha menepis hal yang tak masuk akal di pikirannya. Akan t
"Berapa semua?" tanya Zack setelah meletakkan semua buku yang telah ia pilih di meja kasir."Totalnya ...."Sebelum kasir itu menyelesaikan perkataannya, Zack segera menyodorkan credit card ke meja kasir. Kasir itu menerimanya lalu menggesekkan benda pipih itu ke mesin Electronic Data Capture atau EDC."Terima kasih, semoga hari Anda menyenangkan."Zack mengambil semua buku yang telah ia beli yang sudah dimasukkan ke dalam beberapa paper bag oleh petugas kasir tersebut, setelah ia mendapatkan kembali credit cardnya.Karena terlalu terburu-buru, ia tidak melihat seseorang di belakangnya, sehingga ketika ia menoleh tertabrak oleh salah satu pengunjung toko buku tersebut.BUGGKedua paper bag yang ia bawa berhamburan di lantai dengan buku-buku yang ikut tergeletak jatuh keluar dari tempatnya."Maaf, tidak sengaja. Biar saya bantu," ucap seorang laki-laki yang tanpa sengaja menabraknya dengan menunjukkan penyesalannya.Ia me
"Opsir Julio, kau memanggilku?"Opsir Julio tersenyum mengangguk, mempersilakan Stevan untuk duduk di kursi depan meja kerjanya."Ada yang ingin saya tanyakan beberapa hal kepadamu opsir Antony, apakah kau bisa membantuku?""Tentu saja, jika itu memang membantu untuk penyidikanmu, pasti akan aku lakukan," ucap Stevan dengan mengangguk menyetujui."Ini tentang opsir Zack, bukannya kau tinggal bersama Opsir Zack?"Stevan kembali mengangguk mengiyakan perkataan Opsir Julio."Apakah Opsir Zack beberapa hari ini memiliki tingkah yang aneh?"Kening Stevan berkerut, nampak berpikir dengan apa yang ditanyakan oleh Opsir Julio. "Sepertinya tidak, sikap Opsir Zack masih sama. Dingin kepada semua orang."Kecuali dengan Mandy tentunya."Maksudku, apakah kau tahu kegiatan baru Opsir Zack beberapa hari ini?""Meskipun kami tinggal satu atap, kami tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Tetapi dua hari ini Opsir Zack
Tangan Stevan gemetar ketika ia menyelesaikan pembicaraannya dengan Opsir Julio di telepon. Peluh seketika membasahi pelipisnya, ada rasa penyesalan ketika ia selesai mengungkapkan semuanya.Tiupan angin yang semilir menerpa wajah tampannya, daun-daun kering yang berserakan di jalanan ikut menari di sana, dengan dikendalikan arah angin yang saling bertabrakan, membentuk suara hikmat yang menyejukkan indra pendengaran. Stevan membungkuk dengan menekuk kedua kakinya, mengulurkan tangan untuk mengambil sebuah daun yang tergeletak di bawah sepatunya. Keningnya berkedut menampakkan bahwa ia sedang dilanda kekalutan.Apakah yang ia lakukan ini sudah benar? Ataukah salah?Tetapi sebagai seorang opsir ia tidak boleh menutupi segala ketidak benaran, meskipun itu adalah kenyataan yang sangat pahit.Stevan berdiri, lalu berjalan kembali ke tempat di mana motornya ia parkirkan, menunggu seseorang yang akan datang sebentar lagi untuk melakukan penyergapan di rumah yan
Tubuh Nayla diangkat oleh seserang berbadan kekar, membawanya pergi menghilang dari pandangan di balik pintu kamar ruang perawatannya.Arwah Nayla hanya bisa menatap pedih, bertambah lagi dirinya tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis. Bahkan saat ini entah mengapa dirinya tidak bisa menyentuh Zack, menyentuh wajah Zack yang sedang kesakitan itu. Apakah hidupnya akan berakhir malam ini?"Angkat tubuh Opsir Zack!" perintah Opsir Julio kepada anak buahnya.Seketika itu juga dua orang anggota kepolisian mengangkat tubuh Zack yang lunglai tak berdaya, membawa lelaki itu keluar dari ruangan itu. Ruangan yang penuh dengan tragedi memilukan untuk dua orang insan berbeda alam.Nayla masih mengejar tubuh Zack yang dibawa oleh dua orang anggota kepolisian itu, ia tidak ingin Zack berakhir di penjara karena kejadian ini. Namun, apa yang bisa ia lakukan?Nayla terus mengikuti ke mana mereka membawa Zack pergi. Sambil menangis ia ikut menuruni anak
Berita pagi ini, pencuri yang melakukan pembobolan di beberapa cabang bank swasta yaitu bank Higashino telah berhasil ditangkap. Polisi memastikan pencuri itu mendapatkan hukuman setimpal atas apa yang telah ia perbuat.Semua nasabah yang sebelumnya bersikeras menarik semua uangnya di bank tersebut akhirnya memilih untuk bertahan, karena atas berberapa negoisasi dan pertimbangan dari pihak bank kepada nasabah membuat mereka memberikan kepercayaannya lagi untuk mengelola uang mereka di bank tersebut. Mungkin ini lah titik balik kebangkitan bank swasta yang sempat terpuruk itu, menjadi bank besar yang keberadaannya diperhitungkan oleh masyarakat.klik.Yuta mematikan siaran televisinya lalu melemparkan remote control-nya ke sofa."Sial, mereka mengorbankan satu orang tak berdosa untuk menaikkan reputasi bank kembali," ucap Yuta dengan sedikit mengumpat.Yuta nampak berang melihat berita pagi ini yang di luar ekspektasinya. Ia mengira bank Higashino a
Semua mata langsung tertuju kepada Yuta. Dengan gerakan cepat, Yuta segera menerobos pintu otomatis itu, berlari keluar dari gedung bank Higashino melewati orang-orang yang protes karena masih ingin melakukan transaksi di bank tersebut karena sebelumnya sudah menunggu antrian yang cukup lama.Manager bank memang menambah kamera pengawas dengan menggunakan server yang berbeda dari sebelumnya. Mereka mengakali hal itu, karena beberapa kali terjadi pencurian dengan kamera pengawas yang sudah dirusak oleh si pencuri.Mungkin pencuri itu memang sangat hafal dengan titik-titik penting bank, sehingga dengan mudahnya ia menyabotase kamera pengawas yang merupakan bukti satu-satunya yang bisa menangkapnya.Kamera yang lain memang berhasil disabotase, tetapi hanya kamera pengawas dengan berbeda serverlah yang berhasil menangkap gerak-gerik pencuri itu dengan jelas. Dan pada akhirnya mereka bisa mengetahui bahwa pria berjas hitam itu pencurinya.Beberapa polisi
"Masuk!"Suara barito itu terdengar menggelegar di telinga Zack. Dengan kasar Ia didorong tanpa rasa hormat sedikit pun seolah dirinya sudah melakukan kejahatan besar yang memang patut untuk diperlakukan seperti itu.Zack saat ini berada di kantor polisi untuk ditempatkan di sel penjara sementara hingga hakim mengetuk palu di persidangan.Zack hanya mampu menurut dengan tangan terborgol menyatu tanpa bisa melakukan apa-apa.Petugas itu melepaskan borgol dari tangan Zack ketika ia sudah berada di dalam sel tahanan bersama tahanan yang lain yang kebetulan mereka adalah narapidana yang pernah ditangkap oleh Zack sendiri.Zack masih menunjukkan wajah dingin kepada semua orang, terutama teman satu selnya yang sebelumnya ia hajar ketika menangkapnya, yang ia ketahui adalah tunangan Nayla, Victor Hayle.Victor memandangi Zack yang berada di tahanan bersamanya dengan tatapan tak percaya, tetapi akhirnya tatapan itu berubah menjadi tatapan mencela.
"Bagaimana kau bisa selamat dari kecelakaan itu?"Arisa memejamkan matanya, mengingat kembali kejadihan tragis yang menimpa hidupnya beberapa tahun silam. Bagaimana ia merasa begitu ketakutan ketika mengetahui bahwa hari itu adalah hari terakhirnya hidup di dunia.Rasa was-was yang mencekam dirinya membalut hingga ke seluruh jiwa Arisa. Ia tidak bisa memercayai seseorang pun untuk ia tanyai dan dimintai perlindungan. Dan Nayla, apa yang akan terjadi dengan adik bungsunya itu? Bagaimana nasib Nayla jika dirinya tiada? Apakah keluarganya akan musnah begitu saja dan para penjahat itu akan menang?Arisa mengajak Nayla untuk pergi dari rumah itu, mencari kehidupan damai di luar sana tanpa harus berurusan dengan musuh dalam selimut yang tidak tahu siapa itu.Namun, Nayla tidak menanggapi. Nayla masih ingin melanjutkan karirnya sebagai seorang dokter karena masa coasnya sebentar lagi akan selesai, dan ia juga akan menikah dengan lelaki yang dicintainya set
Stevan memasuki kamarnya setelah tragedi salah masuk kamar itu berlalu. Dilihatnya Arisa masih mengenakan handuk tengah berjinjit mengambil koper yang berada di atas lemari pakaian. Hiroyuki memang menyiapkan pakaian baru di kamar masing-masing untuk kedua mempelai sehingga mereka tidak perlu repot-repot membawa pakaian ganti.Stevan tampak gugup melihat apa yang tersaji di depan matanya. Kaki jenjang Arisa yang tanpa penutup hingga paha atas terekspose sempurna membuat Stevan meneguk ludahnya berkali-kali.Ingin sekali dirinya cepat-cepat memadu kasih dengan si pemilik tubuh itu. Pasti malam ini akan begitu istimewa mengingat ia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Dan Stevan juga tahu jika Arisa juga belum pernah terjamah oleh lelaki mana pun."Biar kuambilkan."Suara Stevan mengagetkan Arisa yang terlalu fokus dengan koper itu. Ia tidak menyadari kehadiran Stevan sebelumnya, hingga suara lelaki itu membuatnya terlonjak terkejut.Disilangkannya
Kini kedua pasang pengantin itu sudah berdiri di depan banyak orang, menyambut para tamu yang telah menghadiri pernikahan mereka.Zack dan Nayla juga Stevan dan Arisa secara bergantian mendapatkan ucapan selamat, baik dari keluarga terdekat juga kerabat jauhnya."Zack," Suichi yang pertama kali menghampiri sebagai keluarga tertua untuk mengucapkan selamat kepada mempelai pria.Entah sejak kapan pemandangan langka itu terjadi. Zack dan Suichi saling tersenyum untuk kemudian berpelukan erat. Keduanya seperti keluarga jauh yang baru saja bertemu untuk sekian waktu lamanya.Bahkan Nayla yang berada di dekat Zack ternganga melihat hal yang tak biasa yang kini terjadi di depannya. Begitu juga dengan Arisa, Stevan dan keluarga Nayla yang lain."Selamat ya, Zack. Ingat, jangan membuat keponakanku menangis karena ulahmu. Aku bisa saja membunuhmu jika kau melakukan itu."Zack menyunggingkan senyum ketika mendengar penuturan bengis yang masih terselip
KRIIIIINGGGGAlarm berbunyi nyaring membuat kedua lelaki itu menutup telinganya dengan bantal.Semalam Zack dan Stevan harus lembur karena menangani sebuah kasus yang membuat keduanya harus tidur menjelang pagi. Stevan memegangi bantalnya kuat dan membekam telinganya untuk menghalau suara nyaring alarm itu, sementara Zack menggapai jam mungil itu untuk menghentikan deringannya yang memekakkan telinga.Alarm berhenti berbunyi, tetapi masih saja ada satu hal yang membuat tidur keduanya terganggu.Suara dering ponsel Zack yang tidak berhenti berbunyi membuat lelaki itu harus membuka matanya secara paksa. Zack menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan tanpa melihat siapa yang saat ini sedang meneleponnya."Halo!" Suara seraknya khas orang bangun tidur itu akhirnya terdengar di seberang sana."Zack, kau sedang apa?"Lelaki itu mengerjab beberapa saat mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya."Nay, ada apa kau memba
Zack menutup kedua mata Nayla menggunakan kedua telapak tangannya. Menuntun gadis itu untuk berdiri di sebuah tempat yang sebelumnya telah menjadi kejutan untuk Nayla."Kejutan!" Zack melepaskan tangannya dari mata Nayla, membuat gadis bernetra hitam itu membuka matanya, menatap sekeliling dengan apa yang telah Zack persiapkan untuknya.Zack mengajak Nayla untuk melakukan makan malam romantis di depan pantai. Tempat di mana mereka sering merajut kasih dengan banyak mimpi yang selama ini keduanya lakukan."Zack, ini sangat indah." Nayla tak bisa menyembunyikan raut kekaguman dengan apa yang telah terlihat di depan matanya.Zack menyiapkan segalanya sejak siang tadi. Acara dadakan itu telah berhasil membuat Nayla terpukau dengan kejutan manis yang Zack berikan kepadanya."Syukurlah kau menyukainya."Tangan kekar itu meraih pinggang Nayla untuk didekatkan kepadanya. Sontak lelaki itu mendapat pelototan dari mata Nayla.Zack terkekeh, men
Zack menahan lengan Nayla ketika gadis itu akan pergi."Mau ke mana?" tanyanya kemudian dengan tangan mempertahankan lengan Nayla dalam genggamannya.Gadis itu berhenti, mengurungkan niatnya yang akan pergi dari kamar Zack."Aku akan tidur di kamar atas. Kita belum menikah, 'kan?" Sedikit merah wajah Nayla ketika mengatakannya.Zack tersenyum sekaligus merasa gemas dengan sikap Nayla. Apapun yang membuat Nayla malu, dia menyukainya."Tapi ... aku ingin kau menemaniku malam ini. Boleh, 'kan?"Bertambah meronalah pipi Nayla. Zack semakin berani mengatakan hal yang mengarah ke sana."Zack, kau mau apa?" tanya Nayla kemudian, mencoba menantang Zack yang sengaja menggodanya.Zack terkekeh. Dia memang berniat untuj menggoda Nayla saja, tetapi rasa ingin melakukan sesuatu tiba-tiba menghampiri untuk ingin segera dituntaskan."Nay, sepertinya aku sudah tidak bisa menahannya lagi."Nayla menautkan kedua alisnya, gugup mend
Nayla mendorong kursi roda dengan Zack duduk di atasnya. Kedua insan manusia itu tak bisa melepaskan senyum di bibirnya yang sejak tadi bertengger tanpa jeda.Sesekali Zack menatap ke atas, bertabrakan pandang dengan Nayla lalu saling melempar senyum.Arisa menunggu di depan lobby bersama Stevan. Gadis itu menyiapkan perlengkapan Zack yang kini masih menggunakan kursi roda.Stevan membukakan pintu mobil itu, membantu Zack untuk berpindah tempat dari kursi roda ke kursi mobil. Zack masih terlalu lemah untuk sekedar berjalan ataupun berdiri sendiri.Terhitung tiga minggu sejak dirinya tersadar dari koma, Zack akhirnya memutuskan pulang dengan Nayla yang bertanggung jawab untuk merawatnya.Zack sudah berada di dalam mobil, sementara Nayla berputar untuk mengambil duduk di samping Zack dengan masuk melewati pintu bagian lain.Kursi roda sudah diletakkan di bagasi mobil bersamaan barang-barang Zack yang tertinggal."Hai, lihatlah! Apakah k
Nayla yang memahami itu, bergegas menuangkan minuman untuk Zack. Namun, dengan cepat Mandy merebut gelas berisi air itu dari tangan Nayla."Zack, minumlah!"Mandy membantu Zack minum dengan membantu lelaki itu duduk dari pembaringannya.Disesapnya air yang berada dalam gelas bening itu. Hanya sedikit saja, untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang telah kering karena selama berbulan-bulan lamanya terbaring tanpa daya di rumah sakit.Mandy membantu Zack berbaring lagi dengan menata bantal yang digunakan untuk menumpu kepalanya.Namun, Zack menolak untuk berbaring. Dia ingin duduk saja, sehingga Mandy mengubah posisi bantal itu menjadi berdiri sebagai sandaran punggung Zack.Tampaknya wajah pucat itu belum sepenuhnya tersadar. Zack mengerjapkan matanya kemudian dengan rasa pusing yang menyergap di kepala. Barulah beberapa saat kemudian, akhirnya Zack menyadari bahwa perempuan yang sedari tadi membantunya adalah Mandy."Mandy," panggil
Empat bulan kemudian ...Rumah itu terlihat sangat menyejukkan dengan banyaknya bunga yang tertata cantik di setiap sudut ruangan. Nampak asri dan indah karena dijaga dan dirawat dengan penuh cinta dan kasih sayang.Sejak kepulangan Nayla dari rumah sakit, gadis itu memilih untuk tinggal di rumah Zack. Arisa sempat melarangnya karena kondisi tubuhnya belum pulih benar, tetapi tekad Nayla sudah bulat. Hidupnya akan sepenuhnya ia dedikasikan kepada Zack.Ya, Zack masih belum sadarkan diri. Namun, hal itu tidak membuat rasa cinta Nayla berkurang. Setiap hari setelah menyelesaikan tugasnya di rumah sakit, Nayla selalu menemani Zack hingga malam.Tidak ada rasa bosan dalam diri gadis itu ketika melakukan rutinitasnya setiap hari. Bahkan Nayla menikmatinya seolah sedang mengabdikan dirinya kepada suaminya sendiri.Nayla dengan ceria membacakan Zack kisah-kisah lucu, bercerita tentang rutinitasnya yang ia lakukan setiap hari hingga harapan-harapannya meng
Wajah Nayla nampak pasi mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Napasnya masih tersenggal dengan raut muka kebingungan.Apa yang terjadi? Mengapa dia berada di rumah sakit?Ingatannya berputar ke belakang ketika terakhir kalinya ia dan Zack bersama.Kakinya lumpuh tidak bisa digerakkan, virus Zombie, perbudakan, serum penawar dan ledakan besar bangunan itu. Lalu Zack? Bagaimana dengan Zack? Apakah dia baik-baik saja, atau ....Apakah Zack sudah tiada?Di mana dia?Nayla terlihat kebingunan, banyak pertanyaan di benaknya yang menuntut ingin segera mendapatkan jawaban.Arisa menghampiri Nayla yang sebelumnya menuangkan air dalam gelas bening untuk diberikannya kepada Nayla. Arisa duduk di sisi ranjang Nayla dengan menghadap kepada adik semata wayangnya itu."Nayla, apa yang kau rasakan saat ini?" tanyanya lembut dengan menyentuh tangan Nayla sembari mengulurkan segelas air itu kepada Nayla.Nayla menoleh ke arah Arisa. Ke