Semua mata langsung tertuju kepada Yuta. Dengan gerakan cepat, Yuta segera menerobos pintu otomatis itu, berlari keluar dari gedung bank Higashino melewati orang-orang yang protes karena masih ingin melakukan transaksi di bank tersebut karena sebelumnya sudah menunggu antrian yang cukup lama.
Manager bank memang menambah kamera pengawas dengan menggunakan server yang berbeda dari sebelumnya. Mereka mengakali hal itu, karena beberapa kali terjadi pencurian dengan kamera pengawas yang sudah dirusak oleh si pencuri.
Mungkin pencuri itu memang sangat hafal dengan titik-titik penting bank, sehingga dengan mudahnya ia menyabotase kamera pengawas yang merupakan bukti satu-satunya yang bisa menangkapnya.
Kamera yang lain memang berhasil disabotase, tetapi hanya kamera pengawas dengan berbeda serverlah yang berhasil menangkap gerak-gerik pencuri itu dengan jelas. Dan pada akhirnya mereka bisa mengetahui bahwa pria berjas hitam itu pencurinya.
Beberapa polisi
"Masuk!"Suara barito itu terdengar menggelegar di telinga Zack. Dengan kasar Ia didorong tanpa rasa hormat sedikit pun seolah dirinya sudah melakukan kejahatan besar yang memang patut untuk diperlakukan seperti itu.Zack saat ini berada di kantor polisi untuk ditempatkan di sel penjara sementara hingga hakim mengetuk palu di persidangan.Zack hanya mampu menurut dengan tangan terborgol menyatu tanpa bisa melakukan apa-apa.Petugas itu melepaskan borgol dari tangan Zack ketika ia sudah berada di dalam sel tahanan bersama tahanan yang lain yang kebetulan mereka adalah narapidana yang pernah ditangkap oleh Zack sendiri.Zack masih menunjukkan wajah dingin kepada semua orang, terutama teman satu selnya yang sebelumnya ia hajar ketika menangkapnya, yang ia ketahui adalah tunangan Nayla, Victor Hayle.Victor memandangi Zack yang berada di tahanan bersamanya dengan tatapan tak percaya, tetapi akhirnya tatapan itu berubah menjadi tatapan mencela.
"Bagaimana kau bisa selamat dari kecelakaan itu?"Arisa memejamkan matanya, mengingat kembali kejadihan tragis yang menimpa hidupnya beberapa tahun silam. Bagaimana ia merasa begitu ketakutan ketika mengetahui bahwa hari itu adalah hari terakhirnya hidup di dunia.Rasa was-was yang mencekam dirinya membalut hingga ke seluruh jiwa Arisa. Ia tidak bisa memercayai seseorang pun untuk ia tanyai dan dimintai perlindungan. Dan Nayla, apa yang akan terjadi dengan adik bungsunya itu? Bagaimana nasib Nayla jika dirinya tiada? Apakah keluarganya akan musnah begitu saja dan para penjahat itu akan menang?Arisa mengajak Nayla untuk pergi dari rumah itu, mencari kehidupan damai di luar sana tanpa harus berurusan dengan musuh dalam selimut yang tidak tahu siapa itu.Namun, Nayla tidak menanggapi. Nayla masih ingin melanjutkan karirnya sebagai seorang dokter karena masa coasnya sebentar lagi akan selesai, dan ia juga akan menikah dengan lelaki yang dicintainya set
Stevan tertegun mendengar perkataan yang keluar dari mulut Nayla. Nayla melupakan Zack, bagaimana bisa?Menurut Arisa, Zack dan Nayla saling mencintai. Lalu mengapa bisa seperti ini?"Tidak, itu tidak benar. Zack bukanlah lelaki seperti itu. Dia pria normal dan berwibawa, bahkan dia adalah polisi yang sangat dihormati karena kemampuannya yang di atas rata-rata."Stevan tidak terima Zack dihina oleh wanita yang dicintainya dengan begitu besar. Bahkan Zack telah kehilangan semuanya hanya untuk mempertahankan perempuan di depannya ini. Sungguh tidak adil bagi Zack mendapatkan perlakuan seperti itu."Lalu, apa alasan opsir Zack mencuri tubuhku. Melarikanku dari rumah sakit di saat aku dalam masa perawatan?"Napas Nayla sedikit tersenggal mengatakan hal itu, karena dirinya masih dalam tahap pemulihan. Emosi sedikit saja bisa memengaruhi kesembuhannya."Karena kalian saling mencintai," jawab Stevan dengan cepat.Nayla mengerutkan keningnya,
"Nayla melupakan Zack." Itulah kalimat pertama yang terucap dari bibir Stevan saat bertemu dengan Arisa di rumah sakit.Arisa menengadah, membulatkan matanya dengan sedikit ternganga."Apa kau bilang? Nayla melupakan Zack!"Anggukan dari Stevan dan wajah kusut dari lelaki itu sudah menjawab semuanya, bahwa rencana untuk membebaskan Zack dengan bantuan Nayla sepertinya tidak berjalan seperti perkiraannya."Apa Zack sudah tahu bahwa Nayla sudah sadar?"Stevan mengangguk lemas, wajah kusutnya menunduk merasakah kesedihan yang menumpuk di dalam hatinya."Dia sangat bahagia, dan itu justru membuatku tidak tega melihatnya."Stevan mendudukkan pantatnya di kursi yang ada di samping ranjang perawatan Arisa, menutup kedua matanya dan mengacak rambutnya frustrasi.Mata Arisa menatap pedih dengan kondisi Stevan, ia yakin bahwa lelaki itu merasa sangat bersalah kepada Zack. Bukan hanya Stevan, bahkan Arisa kini merasakan hal yang sama. Ia
Nayla berdiri di tepi pantai, memandang ombak yang sedang bergulung di sana. Ia menghirup udara malam yang terasa segar dengan hawa dingin yang menerpa tubuhnya. Tangannya mengusap lengannya untuk sekedar mengusir hawa dingin itu agar pergi menjauh darinya.Nayla memejamkan matanya dengan tangan terentang di udara merasakan dirinya seolah terbebas akan segala masalah yang sedang menggeluti jiwa.Di saat matanya terpejam, ia merasakan sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya dari belakang, yang semakin lama terasa semakin erat dan hangat.Tangannya yang terentang disentuh oleh kedua tangan pria itu lalu menekuknya hingga jatuh ke bawah. Pria itu memeluknya, membawakan kehangatan seolah ingin melindungi tubuh Nayla dari hawa dingin itu. Pria itu meletakkan dagunya di atas bahu Nayla yaitu antara leher dan bahu kirinya."Apa kau menyukainya?" bisik pria itu yang terasa sangat dekat, dengan terpaan hawa panas dari napasnya menerpa di telinga Nayla.
Sejak memutuskan menghubungi Stevan, Nayla sama sekali tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pun demikian dengan malam ini. Matanya terpejam tetapi hatinya tidak. Banyak hal yang harus ia pikirkan mengingat besok adalah hari di mana ia akan dipertemukan dengan lelaki itu, lelaki yang tidak ia kenal tetapi justru menculik tubuhnya di saat ia tidak mendapati kesadarannya.Apakah yang akan ia katakan nanti ketika mereka bertemu?Apakah ia harus memarahinya, memakinya atau memaafkannya?Stevan bilang, Zack adalah lelaki yang baik. Apakah dirinya bisa memercayai perkataan Stevan?Nayla menurunkan kakinya, berjalan untuk melangkah ke arah jendela kamarnya. Kepalanya menengadah, memandang rembulan yang bersinar terang di atas langit. Awan putih nampak tersibak memberikan kesempatan makhluk bumi untuk menikmati indahnya rembulan di malam hari.Semilir angin yang bertiup menerpa wajahnya, matanya menutup merasakan hembusan angin itu lalu menghirupnya. Nayla mera
Stevan menunggu di luar, sementara Nayla sudah menunggu Zack di ruang tunggu. Kepalanya menunduk berupaya menyiapkan batinnya yang sedari tadi bertengkar antara memilih percaya atau tidak dengan ucapan pamannya.Jika ia memilih percaya dengan Stevan tentu sama saja ia mencurigai pamannya. Sungguh ia keponakan yang tidak tahu diri mencurigai seorang paman yang begitu menyayanginya karena terhasut oleh perkataan orang lain.Tetapi jika ia memercayai ucapan pamannya, kata-kata Stevan mengenai opsir Zack yang melakukan perbuatan itu karena lelaki itu sangat mencintainya mungkin terasa masuk di akal.Nayla masih termenung, dengan pikiran yang masih berkecamuk di dalam otaknya. Suara seseorang laki-laki yang memanggilnya, membuat Nayla segera menengadahkan wajahnya sekaligus membuyarkan lamunannya."Nayla!"Nayla terpaku melihat wajah lelaki itu, lelaki yang sedari tadi berada di dalam pikirannya. Yang sejak beberapa hati lalu mencuri pikirannya tanpa pe
Zack terbaring di lantai yang dingin itu. Sedikit merintih dengan banyaknya luka lebam di wajahnya.Pandangannya tertuju pada langit-langit sel tahanan yang ia huni seorang diri. Opsir Julio memang tidak main-main dalam perkataannya. Ia menghajar Zack dengan brutal agar lelaki itu mau membuka suara. Mengatakan sejujurnya apa yang telah terjadi dan dengan siapa dia melakukan penculikan itu.Sangat mustahil Zack melakukan hal itu sendiri, mengingat begitu mudahnya lelaki itu mencuri tubuh seorang putri konglomerat dan melenyapkan segala bukti yang ada. Pasti ada orang lain yang ikut andil dalam pencurian tubuh Nayla, sehingga opsir Julio ingin agar Zack menceritakan semuanya.Zack hanya bungkam, ia menjawab asal-asalan setiap pertanyaan opsir Julio hingga membuat lelaki itu berang. Opsir Julio akhirnya memukuli Zack yang masih dalam tahap pemulihan karena luka-luka yang dimiliki Zack sebelumnya.Ketika wajah Zack sudah babak belur seperti itu, opsir Julio b