Stevan menunggu di luar, sementara Nayla sudah menunggu Zack di ruang tunggu. Kepalanya menunduk berupaya menyiapkan batinnya yang sedari tadi bertengkar antara memilih percaya atau tidak dengan ucapan pamannya.
Jika ia memilih percaya dengan Stevan tentu sama saja ia mencurigai pamannya. Sungguh ia keponakan yang tidak tahu diri mencurigai seorang paman yang begitu menyayanginya karena terhasut oleh perkataan orang lain.
Tetapi jika ia memercayai ucapan pamannya, kata-kata Stevan mengenai opsir Zack yang melakukan perbuatan itu karena lelaki itu sangat mencintainya mungkin terasa masuk di akal.
Nayla masih termenung, dengan pikiran yang masih berkecamuk di dalam otaknya. Suara seseorang laki-laki yang memanggilnya, membuat Nayla segera menengadahkan wajahnya sekaligus membuyarkan lamunannya.
"Nayla!"
Nayla terpaku melihat wajah lelaki itu, lelaki yang sedari tadi berada di dalam pikirannya. Yang sejak beberapa hati lalu mencuri pikirannya tanpa pe
Zack terbaring di lantai yang dingin itu. Sedikit merintih dengan banyaknya luka lebam di wajahnya.Pandangannya tertuju pada langit-langit sel tahanan yang ia huni seorang diri. Opsir Julio memang tidak main-main dalam perkataannya. Ia menghajar Zack dengan brutal agar lelaki itu mau membuka suara. Mengatakan sejujurnya apa yang telah terjadi dan dengan siapa dia melakukan penculikan itu.Sangat mustahil Zack melakukan hal itu sendiri, mengingat begitu mudahnya lelaki itu mencuri tubuh seorang putri konglomerat dan melenyapkan segala bukti yang ada. Pasti ada orang lain yang ikut andil dalam pencurian tubuh Nayla, sehingga opsir Julio ingin agar Zack menceritakan semuanya.Zack hanya bungkam, ia menjawab asal-asalan setiap pertanyaan opsir Julio hingga membuat lelaki itu berang. Opsir Julio akhirnya memukuli Zack yang masih dalam tahap pemulihan karena luka-luka yang dimiliki Zack sebelumnya.Ketika wajah Zack sudah babak belur seperti itu, opsir Julio b
Stevan menunggu Arisa dengan gelisah. Jika Arisa dalam waktu tiga puluh menit tidak kunjung keluar, ia akan memaksa masuk untuk menyelamatkan gadis itu.Mata Stevan mengamati setiap pergerakan orang-orang yang sedang bekerja di balik kubikelnya. Mereka semua sangat fokus dengan apa yang dikerjakan di meja masing-masing. Bahkan kehadiran Stevan sama sekali tidak membuat perhatian mereka teralihkan.Ada semacam rasa takut berlebihan kepada setiap pekerja di tempat itu, sehingga pandangan mereka pun seolah hanya boleh tertuju pada satu tempat yaitu meja kerjanya.Hampir tiga puluh menit Arisa memasuki ruangan itu, ruangan yang di dalamnya dihuni oleh direktur utama perusahaan. Perasaan Stevan bertambah gelisah ketika Arisa tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Tidak ada tanda-tanda dirinya akan keluar dari ruangan itu.Tubuh Stevan sudah beranjak dari sofa empuk itu untuk segera menyusul Arisa ke dalam ruangan direktur yang Stevan ketahui adalah ruangan
"Aku hamil," ucap seorang perempuan dengan menunjukkan alat pendeteksi kehamilan yang terdapat dua garis biru tercetak jelas di permukaannya."Anak siapa?" tanya lelaki itu dengan sikap acuh.Perempuan itu mendorong tubuhnya, menunjukkan kekesalan karena lelaki itu mempertanyakan perihal janin yang dikandung olehnya."Anak siapa? Kau pikir aku perempuan murahan yang tidur dengan banyak pria. Tentu saja ini anakmu!""Cih, jangan menghayal. Aku tahu siapa dirimu. Aku bukan yang pertama, pasti kau sudah melakukannya dengan banyak pria lalu menjebakku. Perempuan murahan," ucapnya dengan senyum mengejek.PLAAKK.Suara tamparan itu menggema, ketika tangan perempuan itu mengayun dengan keras di pipi lelaki itu. Wajahnya nampak bersungut-sungut, tidak sabar untuk memaki lelaki pengecut yang lari dari tanggung jawabnya."Lelaki pengecut, aku tidak akan membiarkanmu hidup bahagia. Ingat perkataanku, kau tidak akan pernah bisa lari dari tanggung
Keduanya melanjutkan makan malamnya dengan diselingi obrolan ringan tentang masa lalu yang pernah mereka lewati.Sebelum menyelesaikan makan malamnya, Nayla merasa sangat tidak nyaman dengan gaunnya. Padahal sebelumnya ia tidak merasakan hal seperti itu. Gaun berbahan sutra itu terasa panas menempel di kulitnya.Nayla menggosok-gosok tengkuknya beberapa kali, mengusir rasa tidak nyaman itu, wajah dan lehernya menjadi kemerahan. Victor kembali menyeringai setelah melihat reaksi Nayla yang sesuai dengan harapannya."Kau kenapa? Apa ada yang salah?"Nayla hanya mengangguk dan tersenyum tipis, "Maaf, aku merasa tidak enak badan," ucapnya kemudian."Kita sudahi saja makan malamnya, kebetulan sekali kita di sini. Sebaiknya kau beristirahat dulu ke atas, sebelum memutuskan pulang. Aku tidak ingin tuan Hendriq marah kepadaku karena membuatmu kesakitan."Nayla setuju dengan usulan Victor, pasti pamannya akan memarahi Victor karena mengira kesakitan N
》Note : Bacaan hanya diperuntukkam untuk yang sudah dewasa. Di bawah umur sebaiknya melewati bab ini. Terima kasih 🙏🏼.Suara Arisa terdengar cemas di telinga Zack, ketika panggilan telepon itu ia angkat.Zack hanya termenung dan mendengarkan semua yang disampaikan Arisa tanpa sedikit pun menyelanya. Tentu saja ada rasa khawatir terhadap Nayla setelah mendengar apa yang Arisa cemaskan. Apalagi Zack mengetahui siapa Victor sebenarnya.Sebelumnya, Zack merasa tidak perlu ikut campur lagi tentang Nayla. Ia hanyalah orang luar. Dengan tegas Zack menolak permintaan Arisa untuk membuntuti kencan antara Victor dan Nayla.Sebagai seorang laki-laki, tentu Zack sangat terluka melihat perempuan yang dicintainya bermesraan dengan pria lain. Zack hanya tidak ingin hatinya semakin sakit jika menyaksikan kemesraan Victor dan Nayla di depan mata kepalanya sendiri.Namun, ketika Zack teringat kembali peristiwa yang pernah dialami oleh Mandy, membuatnya ikut gelisa
Sedikit ia meragu ketika tangannya menyibakkan bagian atas jubah handuk yang melekat di tubuhnya. Pandangannya menatap ke depan, yaitu di mana cermin panjang yang menempel kokoh di dinding yang berada di atas wastafel.Wajah Nayla nampak memerah, malu dengan apa yang ia lihat. Bagian atas dadanya dan leher penuh dengan tanda merah kebiruan yang ia yakini adalah bekas kiss mark yang sudah dilakukan Zack kepadanya.Nayla mengernyit ketika ingatannya tentang peristiwa aneh yang baru saja ia alami. Kepalanya menggeleng kasar, ia tidak menyangka bisa berbuat serendah itu. Nayla tidak bisa mengenal tubuhnya yang mengeliat terus-menerus menuntut untuk disentuh. Nafsunya sebagai seorang wanita yang tidak memiliki pengalaman bercinta sangatlah besar. Bahkan ia mengingat bagaimana bibir Zack terlihat begitu menggoda di matanya.Bagaiamanapun Nayla menahan gejolak itu, semakin besar pula rasa ingin menyentuh dan menikmati.Nayla menangkup wajahnya kasar, menyugar ra
Zack masuk kembali ke dalam kamarnya. Rencana membersihkan diri belum terlaksana karena kedatangan Stevan yang tiba-tiba.Pandangan Zack tertuju kepada Nayla, yang saat ini menunduk sambil menyesap susu hangat buatannya. Senyum simpul yang nyaris tak terlihat terukir di bibir Zack. Ia melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi untuk segera membersihkan diri sebelum nantinya berangkat tidur.Bola mata Nayla mengintip ke arah kamar mandi yang saat ini sudah tertutup rapat. Nayla menghembuskan napasnya dengan berat, ia ingin pulang ke rumahnya. Tetapi bagaimana? Tidak mungkin ia pulang hanya mengenakan handuk seperti ini.Meminjam pakaian Zack, sepertinya juga tidak mungkin. Ukuran tubuhnya sangat berbeda dengan Zack. Jika ia meminjam mungkin hanya atasannya saja. Lalu selebihnya, apa yang bisa ia kenakan?Tidak butuh waktu lama, Zack sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang melilit di pinggangnya dan membiarkan bagian atasnya telanjang begitu sa
"Kau yakin pulang memakai pakaian itu?"Zack memperhatikan penampilan Nayla yang mengenakan dress selutut, berlengan panjang dengan motif bunga kecil-kecil berwarna dominan putih."Apa ada yang salah?""Tunggu sebentar." Zack berjalan cepat menaiki tangga untuk kemudian pergi menuju kamarnya. Hanya dalam kurang dari lima menit, Zack sudah kembali dengan membawa sesuatu di tangannya."Gunakan ini!"Zack mengangsurkan sebuah syal kepada Nayla, tetapi tak kunjung disambut oleh gadis itu sehingga membuat Zack kesal saja.Kakinya lebih mendekat ke arah gadis itu. Tanpa menunggu persetujuan Nayla, Zack mengalungkan syal itu ke leher Nayla. Menyibakkan rambut Nayla yang tertutup untuk dikeluarkan dari lilitan syal itu dan merapikannya.Nayla hanya tertegun, tidak melawan dengan sikap yang dilakukan Zack kepadanya. Wajah Zack yang terlalu jelas dipandangnya dari jarak sedekat itu membuat Nayla merasakan sesuatu yang tak biasa."Kau tid