"Aku hamil," ucap seorang perempuan dengan menunjukkan alat pendeteksi kehamilan yang terdapat dua garis biru tercetak jelas di permukaannya.
"Anak siapa?" tanya lelaki itu dengan sikap acuh.
Perempuan itu mendorong tubuhnya, menunjukkan kekesalan karena lelaki itu mempertanyakan perihal janin yang dikandung olehnya.
"Anak siapa? Kau pikir aku perempuan murahan yang tidur dengan banyak pria. Tentu saja ini anakmu!"
"Cih, jangan menghayal. Aku tahu siapa dirimu. Aku bukan yang pertama, pasti kau sudah melakukannya dengan banyak pria lalu menjebakku. Perempuan murahan," ucapnya dengan senyum mengejek.
PLAAKK.
Suara tamparan itu menggema, ketika tangan perempuan itu mengayun dengan keras di pipi lelaki itu. Wajahnya nampak bersungut-sungut, tidak sabar untuk memaki lelaki pengecut yang lari dari tanggung jawabnya.
"Lelaki pengecut, aku tidak akan membiarkanmu hidup bahagia. Ingat perkataanku, kau tidak akan pernah bisa lari dari tanggung
Keduanya melanjutkan makan malamnya dengan diselingi obrolan ringan tentang masa lalu yang pernah mereka lewati.Sebelum menyelesaikan makan malamnya, Nayla merasa sangat tidak nyaman dengan gaunnya. Padahal sebelumnya ia tidak merasakan hal seperti itu. Gaun berbahan sutra itu terasa panas menempel di kulitnya.Nayla menggosok-gosok tengkuknya beberapa kali, mengusir rasa tidak nyaman itu, wajah dan lehernya menjadi kemerahan. Victor kembali menyeringai setelah melihat reaksi Nayla yang sesuai dengan harapannya."Kau kenapa? Apa ada yang salah?"Nayla hanya mengangguk dan tersenyum tipis, "Maaf, aku merasa tidak enak badan," ucapnya kemudian."Kita sudahi saja makan malamnya, kebetulan sekali kita di sini. Sebaiknya kau beristirahat dulu ke atas, sebelum memutuskan pulang. Aku tidak ingin tuan Hendriq marah kepadaku karena membuatmu kesakitan."Nayla setuju dengan usulan Victor, pasti pamannya akan memarahi Victor karena mengira kesakitan N
》Note : Bacaan hanya diperuntukkam untuk yang sudah dewasa. Di bawah umur sebaiknya melewati bab ini. Terima kasih 🙏🏼.Suara Arisa terdengar cemas di telinga Zack, ketika panggilan telepon itu ia angkat.Zack hanya termenung dan mendengarkan semua yang disampaikan Arisa tanpa sedikit pun menyelanya. Tentu saja ada rasa khawatir terhadap Nayla setelah mendengar apa yang Arisa cemaskan. Apalagi Zack mengetahui siapa Victor sebenarnya.Sebelumnya, Zack merasa tidak perlu ikut campur lagi tentang Nayla. Ia hanyalah orang luar. Dengan tegas Zack menolak permintaan Arisa untuk membuntuti kencan antara Victor dan Nayla.Sebagai seorang laki-laki, tentu Zack sangat terluka melihat perempuan yang dicintainya bermesraan dengan pria lain. Zack hanya tidak ingin hatinya semakin sakit jika menyaksikan kemesraan Victor dan Nayla di depan mata kepalanya sendiri.Namun, ketika Zack teringat kembali peristiwa yang pernah dialami oleh Mandy, membuatnya ikut gelisa
Sedikit ia meragu ketika tangannya menyibakkan bagian atas jubah handuk yang melekat di tubuhnya. Pandangannya menatap ke depan, yaitu di mana cermin panjang yang menempel kokoh di dinding yang berada di atas wastafel.Wajah Nayla nampak memerah, malu dengan apa yang ia lihat. Bagian atas dadanya dan leher penuh dengan tanda merah kebiruan yang ia yakini adalah bekas kiss mark yang sudah dilakukan Zack kepadanya.Nayla mengernyit ketika ingatannya tentang peristiwa aneh yang baru saja ia alami. Kepalanya menggeleng kasar, ia tidak menyangka bisa berbuat serendah itu. Nayla tidak bisa mengenal tubuhnya yang mengeliat terus-menerus menuntut untuk disentuh. Nafsunya sebagai seorang wanita yang tidak memiliki pengalaman bercinta sangatlah besar. Bahkan ia mengingat bagaimana bibir Zack terlihat begitu menggoda di matanya.Bagaiamanapun Nayla menahan gejolak itu, semakin besar pula rasa ingin menyentuh dan menikmati.Nayla menangkup wajahnya kasar, menyugar ra
Zack masuk kembali ke dalam kamarnya. Rencana membersihkan diri belum terlaksana karena kedatangan Stevan yang tiba-tiba.Pandangan Zack tertuju kepada Nayla, yang saat ini menunduk sambil menyesap susu hangat buatannya. Senyum simpul yang nyaris tak terlihat terukir di bibir Zack. Ia melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi untuk segera membersihkan diri sebelum nantinya berangkat tidur.Bola mata Nayla mengintip ke arah kamar mandi yang saat ini sudah tertutup rapat. Nayla menghembuskan napasnya dengan berat, ia ingin pulang ke rumahnya. Tetapi bagaimana? Tidak mungkin ia pulang hanya mengenakan handuk seperti ini.Meminjam pakaian Zack, sepertinya juga tidak mungkin. Ukuran tubuhnya sangat berbeda dengan Zack. Jika ia meminjam mungkin hanya atasannya saja. Lalu selebihnya, apa yang bisa ia kenakan?Tidak butuh waktu lama, Zack sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang melilit di pinggangnya dan membiarkan bagian atasnya telanjang begitu sa
"Kau yakin pulang memakai pakaian itu?"Zack memperhatikan penampilan Nayla yang mengenakan dress selutut, berlengan panjang dengan motif bunga kecil-kecil berwarna dominan putih."Apa ada yang salah?""Tunggu sebentar." Zack berjalan cepat menaiki tangga untuk kemudian pergi menuju kamarnya. Hanya dalam kurang dari lima menit, Zack sudah kembali dengan membawa sesuatu di tangannya."Gunakan ini!"Zack mengangsurkan sebuah syal kepada Nayla, tetapi tak kunjung disambut oleh gadis itu sehingga membuat Zack kesal saja.Kakinya lebih mendekat ke arah gadis itu. Tanpa menunggu persetujuan Nayla, Zack mengalungkan syal itu ke leher Nayla. Menyibakkan rambut Nayla yang tertutup untuk dikeluarkan dari lilitan syal itu dan merapikannya.Nayla hanya tertegun, tidak melawan dengan sikap yang dilakukan Zack kepadanya. Wajah Zack yang terlalu jelas dipandangnya dari jarak sedekat itu membuat Nayla merasakan sesuatu yang tak biasa."Kau tid
Tuan Hendriq menatap tangan Zack dengan geram. Lelaki yang dibencinya, yang sudah menjebloskan adik kandungnya ke penjara dengan hukuman lima belas tahun penjara dan itu sama saja dengan merenggut masa muda adik kandungnya secara paksa.Lalu saat ini, lelaki itu dengan tenangnya malah menggandeng tangan keponakannya di hadapannya tanpa ada rasa takut sedikit pun. Mungkin hukuman yang dirinya berikan untuk lelaki itu kurang berat.Reputasi Zack sebagai seorang polisi dengan pangkat tinggi sudah berhasil ia hancurkan. Bukannya bersedih atau membenci Nayla, lelaki itu justru maju dan berusaha mendekati keponakannya lagi."Nayla, masuk!"Nayla tersentak ketika suara Hendriq menggelegar di telinganya. Entah hukuman apa yang akan ia terima nantinya. Memang dia bersalah karena tidak pulang malam tadi, tetapi dirinya bukan lagi anak kecil atau remaja yang tidak bisa menjaga diri. Dia sudah dewasa dan berhak mengatur kehidupannya sendiri. Namun, Nayla lupa bahwa s
"Ayolah Zack. Aku sudah banyak membantumu. Setidaknya untuk saat ini, kau bisa membalas semua kebaikanku kepadamu."Zack hanya melirik sekilas, enggan menjawab permintaan Stevan yang ia anggap sangat konyol itu. Bagaimana Stevan meminta dirinya untuk menemani kencan dadakan antara Stevan dan Arisa.Meskipun Zack mengenal Arisa dengan baik, tetap saja Zack merasa tidak suka menjadi orang ketiga yang akan menjadi satpam penjaga sepasang kekasih yang sedang berpacaran."Arisa lebih percaya kepadamu daripada aku. Dia mau kuajak berkencan jika kau juga ikut. Ayolah Zack, ini demi masa depanku." Stevan merengek seperti anak kecil yang meminta dibelikan mainan kesukaan, berusaha membujuk Zack untuk menerima tawarannya.Rencananya kali ini harus berhasil. Stevan sengaja tidak memberi tahu Zack bahwa Nayla akan menikah dua minggu lagi. Stevan tidak ingin jika nanti Zack justru menjadi patah semangat seperti sebelumnya."Menyebalkan. Aku harus apa di sana?"
"Nayla, apa kau yakin dengan pernikahanmu bersama Victor?"Nayla hanya menunduk, tidak menggeleng atau mengangguk. Dulu ia sangat menantikan pernikahan itu. Namun, saat ini ketika pernikahannya hampir tiba rasa ragu bergelayut di pikiran serta hatinya.Apakah ini adalah ujian setiap orang yang akan menikah? Ataukah Tuhan memberikan kesempatan kepadanya untuk memikirkan ulang tentang masa depannya?"Apakah sedikit pun tidak ada perasaan untuk Zack di hatimu?"Nayla menoleh ke samping, mendengar pertanyaan Arisa yang tiba-tiba itu. Tatapannya tertuju kepada Arisa yang mana sedang menunggu jawaban darinya."Mengapa kakak begitu ingin aku bersama Zack? Apakah kakak tidak menyukai Victor?"Arisa menengadah, menatap langit-langit kamar Nayla dengan kedua tangan ia letakkan ke belakang, menumpu tubuhnya yang condong ke arah yang sama."Nayla, jika kau mencari laki-laki yang benar-benar mencintaimu. Jangan bertanya kepada pikiranmu, atau kepa