Tangan Stevan gemetar ketika ia menyelesaikan pembicaraannya dengan Opsir Julio di telepon. Peluh seketika membasahi pelipisnya, ada rasa penyesalan ketika ia selesai mengungkapkan semuanya.
Tiupan angin yang semilir menerpa wajah tampannya, daun-daun kering yang berserakan di jalanan ikut menari di sana, dengan dikendalikan arah angin yang saling bertabrakan, membentuk suara hikmat yang menyejukkan indra pendengaran. Stevan membungkuk dengan menekuk kedua kakinya, mengulurkan tangan untuk mengambil sebuah daun yang tergeletak di bawah sepatunya. Keningnya berkedut menampakkan bahwa ia sedang dilanda kekalutan.
Apakah yang ia lakukan ini sudah benar? Ataukah salah?
Tetapi sebagai seorang opsir ia tidak boleh menutupi segala ketidak benaran, meskipun itu adalah kenyataan yang sangat pahit.
Stevan berdiri, lalu berjalan kembali ke tempat di mana motornya ia parkirkan, menunggu seseorang yang akan datang sebentar lagi untuk melakukan penyergapan di rumah yan
Tubuh Nayla diangkat oleh seserang berbadan kekar, membawanya pergi menghilang dari pandangan di balik pintu kamar ruang perawatannya.Arwah Nayla hanya bisa menatap pedih, bertambah lagi dirinya tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis. Bahkan saat ini entah mengapa dirinya tidak bisa menyentuh Zack, menyentuh wajah Zack yang sedang kesakitan itu. Apakah hidupnya akan berakhir malam ini?"Angkat tubuh Opsir Zack!" perintah Opsir Julio kepada anak buahnya.Seketika itu juga dua orang anggota kepolisian mengangkat tubuh Zack yang lunglai tak berdaya, membawa lelaki itu keluar dari ruangan itu. Ruangan yang penuh dengan tragedi memilukan untuk dua orang insan berbeda alam.Nayla masih mengejar tubuh Zack yang dibawa oleh dua orang anggota kepolisian itu, ia tidak ingin Zack berakhir di penjara karena kejadian ini. Namun, apa yang bisa ia lakukan?Nayla terus mengikuti ke mana mereka membawa Zack pergi. Sambil menangis ia ikut menuruni anak
Berita pagi ini, pencuri yang melakukan pembobolan di beberapa cabang bank swasta yaitu bank Higashino telah berhasil ditangkap. Polisi memastikan pencuri itu mendapatkan hukuman setimpal atas apa yang telah ia perbuat.Semua nasabah yang sebelumnya bersikeras menarik semua uangnya di bank tersebut akhirnya memilih untuk bertahan, karena atas berberapa negoisasi dan pertimbangan dari pihak bank kepada nasabah membuat mereka memberikan kepercayaannya lagi untuk mengelola uang mereka di bank tersebut. Mungkin ini lah titik balik kebangkitan bank swasta yang sempat terpuruk itu, menjadi bank besar yang keberadaannya diperhitungkan oleh masyarakat.klik.Yuta mematikan siaran televisinya lalu melemparkan remote control-nya ke sofa."Sial, mereka mengorbankan satu orang tak berdosa untuk menaikkan reputasi bank kembali," ucap Yuta dengan sedikit mengumpat.Yuta nampak berang melihat berita pagi ini yang di luar ekspektasinya. Ia mengira bank Higashino a
Semua mata langsung tertuju kepada Yuta. Dengan gerakan cepat, Yuta segera menerobos pintu otomatis itu, berlari keluar dari gedung bank Higashino melewati orang-orang yang protes karena masih ingin melakukan transaksi di bank tersebut karena sebelumnya sudah menunggu antrian yang cukup lama.Manager bank memang menambah kamera pengawas dengan menggunakan server yang berbeda dari sebelumnya. Mereka mengakali hal itu, karena beberapa kali terjadi pencurian dengan kamera pengawas yang sudah dirusak oleh si pencuri.Mungkin pencuri itu memang sangat hafal dengan titik-titik penting bank, sehingga dengan mudahnya ia menyabotase kamera pengawas yang merupakan bukti satu-satunya yang bisa menangkapnya.Kamera yang lain memang berhasil disabotase, tetapi hanya kamera pengawas dengan berbeda serverlah yang berhasil menangkap gerak-gerik pencuri itu dengan jelas. Dan pada akhirnya mereka bisa mengetahui bahwa pria berjas hitam itu pencurinya.Beberapa polisi
"Masuk!"Suara barito itu terdengar menggelegar di telinga Zack. Dengan kasar Ia didorong tanpa rasa hormat sedikit pun seolah dirinya sudah melakukan kejahatan besar yang memang patut untuk diperlakukan seperti itu.Zack saat ini berada di kantor polisi untuk ditempatkan di sel penjara sementara hingga hakim mengetuk palu di persidangan.Zack hanya mampu menurut dengan tangan terborgol menyatu tanpa bisa melakukan apa-apa.Petugas itu melepaskan borgol dari tangan Zack ketika ia sudah berada di dalam sel tahanan bersama tahanan yang lain yang kebetulan mereka adalah narapidana yang pernah ditangkap oleh Zack sendiri.Zack masih menunjukkan wajah dingin kepada semua orang, terutama teman satu selnya yang sebelumnya ia hajar ketika menangkapnya, yang ia ketahui adalah tunangan Nayla, Victor Hayle.Victor memandangi Zack yang berada di tahanan bersamanya dengan tatapan tak percaya, tetapi akhirnya tatapan itu berubah menjadi tatapan mencela.
"Bagaimana kau bisa selamat dari kecelakaan itu?"Arisa memejamkan matanya, mengingat kembali kejadihan tragis yang menimpa hidupnya beberapa tahun silam. Bagaimana ia merasa begitu ketakutan ketika mengetahui bahwa hari itu adalah hari terakhirnya hidup di dunia.Rasa was-was yang mencekam dirinya membalut hingga ke seluruh jiwa Arisa. Ia tidak bisa memercayai seseorang pun untuk ia tanyai dan dimintai perlindungan. Dan Nayla, apa yang akan terjadi dengan adik bungsunya itu? Bagaimana nasib Nayla jika dirinya tiada? Apakah keluarganya akan musnah begitu saja dan para penjahat itu akan menang?Arisa mengajak Nayla untuk pergi dari rumah itu, mencari kehidupan damai di luar sana tanpa harus berurusan dengan musuh dalam selimut yang tidak tahu siapa itu.Namun, Nayla tidak menanggapi. Nayla masih ingin melanjutkan karirnya sebagai seorang dokter karena masa coasnya sebentar lagi akan selesai, dan ia juga akan menikah dengan lelaki yang dicintainya set
Stevan tertegun mendengar perkataan yang keluar dari mulut Nayla. Nayla melupakan Zack, bagaimana bisa?Menurut Arisa, Zack dan Nayla saling mencintai. Lalu mengapa bisa seperti ini?"Tidak, itu tidak benar. Zack bukanlah lelaki seperti itu. Dia pria normal dan berwibawa, bahkan dia adalah polisi yang sangat dihormati karena kemampuannya yang di atas rata-rata."Stevan tidak terima Zack dihina oleh wanita yang dicintainya dengan begitu besar. Bahkan Zack telah kehilangan semuanya hanya untuk mempertahankan perempuan di depannya ini. Sungguh tidak adil bagi Zack mendapatkan perlakuan seperti itu."Lalu, apa alasan opsir Zack mencuri tubuhku. Melarikanku dari rumah sakit di saat aku dalam masa perawatan?"Napas Nayla sedikit tersenggal mengatakan hal itu, karena dirinya masih dalam tahap pemulihan. Emosi sedikit saja bisa memengaruhi kesembuhannya."Karena kalian saling mencintai," jawab Stevan dengan cepat.Nayla mengerutkan keningnya,
"Nayla melupakan Zack." Itulah kalimat pertama yang terucap dari bibir Stevan saat bertemu dengan Arisa di rumah sakit.Arisa menengadah, membulatkan matanya dengan sedikit ternganga."Apa kau bilang? Nayla melupakan Zack!"Anggukan dari Stevan dan wajah kusut dari lelaki itu sudah menjawab semuanya, bahwa rencana untuk membebaskan Zack dengan bantuan Nayla sepertinya tidak berjalan seperti perkiraannya."Apa Zack sudah tahu bahwa Nayla sudah sadar?"Stevan mengangguk lemas, wajah kusutnya menunduk merasakah kesedihan yang menumpuk di dalam hatinya."Dia sangat bahagia, dan itu justru membuatku tidak tega melihatnya."Stevan mendudukkan pantatnya di kursi yang ada di samping ranjang perawatan Arisa, menutup kedua matanya dan mengacak rambutnya frustrasi.Mata Arisa menatap pedih dengan kondisi Stevan, ia yakin bahwa lelaki itu merasa sangat bersalah kepada Zack. Bukan hanya Stevan, bahkan Arisa kini merasakan hal yang sama. Ia
Nayla berdiri di tepi pantai, memandang ombak yang sedang bergulung di sana. Ia menghirup udara malam yang terasa segar dengan hawa dingin yang menerpa tubuhnya. Tangannya mengusap lengannya untuk sekedar mengusir hawa dingin itu agar pergi menjauh darinya.Nayla memejamkan matanya dengan tangan terentang di udara merasakan dirinya seolah terbebas akan segala masalah yang sedang menggeluti jiwa.Di saat matanya terpejam, ia merasakan sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya dari belakang, yang semakin lama terasa semakin erat dan hangat.Tangannya yang terentang disentuh oleh kedua tangan pria itu lalu menekuknya hingga jatuh ke bawah. Pria itu memeluknya, membawakan kehangatan seolah ingin melindungi tubuh Nayla dari hawa dingin itu. Pria itu meletakkan dagunya di atas bahu Nayla yaitu antara leher dan bahu kirinya."Apa kau menyukainya?" bisik pria itu yang terasa sangat dekat, dengan terpaan hawa panas dari napasnya menerpa di telinga Nayla.