Share

32. Hati yang rapuh.

Sepanjang perjalanan, di dalam mobil aku terus menangis. Kenangan kebersamaan serta kebahagian yang terjalin diantara aku dan suamiku berputar-putar di benakku seperti sebuah Vidio dukumenter dengan durasi yang panjang.

Lima tahun, lima tahun ia menikah dengan perempuan lain dan aku tak tahu akan hal itu.

Apa aku sebodoh itu?

Atau Mas Dika yang terlalu pintar membodohiku? Pertanyaan itu kembali berputar di otakku.

Irene menepikan mobilnya. Menatap ke arahku. Ia menarik tubuhku untuk menangis di pelukannya. Pelukannya yang hangat dan menenangkan membuatku rindu pada pelukan seseorang yang tak akan pernah lagi bisa aku temui. Bagaikan anak kecil yang menangis dan mengadu pada pelukan seorang ibu. Aku terisak kecil melampiaskan segala sesak di dadaku.

Tak apa Intan, menangislah ... semua akan baik-baik saja!" ucapnya sambil menepuk-nepuk pelan punggungku.

Satu bait kalimat itu bagaikan mantra yang mujarab. Menenangkan hatiku yang rapuh. Aku menghapus air mataku. Mengangkat kepala menat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status