Raka, setelah selesai mandi, keluar dari kamar mandi dan terkejut melihat Lana sudah berbaring di ranjang. Tatapan Raka terpaku pada sosok Lana yang berada di bawah selimut. Dia berdiri di ambang pintu, hatinya dipenuhi dengan pertanyaan yang sama: Apakah Lana akan tidur bersamanya?Dengan langkah yang ragu, Raka mendekati tempat tidur. Dia memperhatikan Lana yang berbaring di sana, dengan rambutnya yang terurai di atas bantal. Wajahnya tenang dalam cahaya samar yang menyala dari lampu tidur. Perasaan campuran antara rasa keheranan, ketidakpercayaan, dan penasaran melintas di dalam dirinya."Apa kamu... akan tidur di sini?" tanya Raka, suaranya terdengar ragu.“Di mana lagi aku harus tidur kalau bukan di samping suami aku sendiri?” “Gimana sama Aiden, dia nggak perlu ditemani?”"Aiden baik-baik saja, dia tertidur di kamarnya.”Dengan langkah ragu, Raka mendekati tempat tidur. Dia merasa canggung, tidak terbiasa dengan situasi ini. Tetapi ketika dia meraih selimut untuk menutupi dirin
Keesokan paginya, saat sinar matahari mulai menyusup masuk ke dalam kamar, Lana masih merasakan hangatnya pelukan suaminya. Matanya terbuka perlahan, dan di depannya, ada Raka yang masih tertidur dengan wajah damai. Sebuah senyuman kecil melintas di bibirnya saat ia menyadari bahwa semuanya tidaklah hanya mimpi.Rasanya seperti berada dalam alam semesta yang berbeda, di mana kehangatan dan cinta mengelilingi mereka. Raka ada di sana, dekat dengannya, dan hal itu membawa kedamaian dalam hati Lana. Dia menghirup aroma tubuh pria itu, mencoba menyimpan setiap detil dalam ingatannya.Tanpa sadar, Lana mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Raka, mendekatkan wajahnya pada dada suaminya. Dia merasakan detak jantung yang tenang dan teratur, seperti melodi yang menenangkan di dalam hening pagi itu.Dalam kesunyian yang menyenangkan, Lana menghabiskan beberapa saat hanya untuk merasakan kehadiran Raka, menikmati momen kedamaian itu bersamanya. Dalam diam, dia bersyukur atas keajaiban yang terj
Raka keluar dari kamar dengan langkah-langkah yang mantap, berusaha meredakan kegelisahan dalam dirinya. Dia berharap bahwa sarapan pagi ini akan menjadi awal yang baik untuk memulai hari.Saat melangkah ke arah meja makan, matanya tertuju pada sosok kecil yang duduk di sana. Aiden, anak kecil yang ceria itu, tampak sangat senang melihatnya. Senyumnya yang polos terpancar begitu tulus saat mata mereka bertemu."Pagi, Papa?" sapanya riang, membuat hati Raka tersentuh.Raka tersenyum singkat melihat kegembiraan Aiden. "Pagi," balasnya, berusaha membalas keceriaan anak kecil itu. Setiap kali melihat wajah ceria Aiden, dia merasa ada kehangatan yang mengalir ke dalam hatinya.Sementara itu, Lana yang sedang sibuk di dapur tiba-tiba merasakan kehadiran Raka di sana. Dia menoleh dan tatapannya langsung bertemu dengan mata Raka. Ada kecanggungan yang terasa di antara mereka, tetapi di balik itu, ada kehangatan yang tidak terbantahkan."Selamat pagi," ucap Lana dengan suara lembut saat Raka m
Raka berdiri di ambang pintu kamar, matanya memancarkan keraguan dan keinginan yang mendalam. Dia terdiam sejenak, mencoba merangkai kata-kata dengan hati-hati sebelum akhirnya berbicara."Lana," panggil Raka, suaranya terdengar ragu.Lana yang sedang duduk di tepi tempat tidur, mengangkat kepalanya dan memperhatikan suaminya dengan penuh perhatian. Wajahnya berseri-seri meskipun dipenuhi dengan cahaya rembulan yang lembut."Ada apa, Raka?" tanya Lana dengan lembut.Raka menghela nafas dalam-dalam sebelum melangkah masuk ke dalam kamar. Dia mendekati tempat tidur, namun tidak segera duduk. Matanya memandang ke luar jendela, seolah mencari keberanian dalam dirinya."Aku ingin mendapatkan ingatanku kembali," ujar Raka dengan tegas, suaranya penuh dengan keinginan yang tulus. “Aku mau mengingat kalian.”Lana terkejut mendengar pengakuan suaminya. Meskipun dia telah bersiap untuk membantu Raka melewati masa sulit ini, mendengar keinginan langsung dari mulutnya membuat hatinya berdebar-deb
Malam itu berlalu begitu saja, dan pagi-pagi buta menyapa dengan cahaya yang lembut menyusup masuk melalui jendela kamar. Lana terbangun lebih dulu, matanya terbuka untuk menatap wajah Raka yang masih tertidur. Senyum tipis terukir di bibirnya ketika melihat suaminya yang damai dalam tidurnya.Dia bergerak perlahan, mencium kening Raka dengan lembut sebelum menyentuh bibirnya ke jidat pria itu, menciptakan kontak yang penuh dengan rasa sayang. "Selamat pagi, sayang," bisiknya dengan suara lembut, berharap suaminya akan merasakan getaran kebahagiaan meskipun ingatan masa lalu belum kembali.Namun, Raka masih tertidur, tidak terganggu oleh kata-kata atau sentuhan Lana. Tatapan kosong di wajahnya mencerminkan ketidakmampuan untuk mengakses memori yang tersembunyi. Meskipun begitu, Lana tetap berusaha untuk menyemangati suaminya, menunjukkan dukungan dan cintanya tanpa syarat.Setelah menyempurnakan persiapannya, Lana beranjak dari tempat tidur dengan lembut agar tidak mengganggu tidur Ra
Saat Lana dan Raka sedang merencanakan untuk makan malam bersama di luar, tiba-tiba langkah mereka terhenti oleh kehadiran yang tak diundang: Gabriella. Wanita itu muncul dengan senyuman manis di wajahnya, seolah tak menyadari betapa dia telah mengacaukan rencana Lana dan Raka.Lana merasakan gejolak di dalam dadanya begitu melihat Gabriella. Segala upaya untuk menahan kekesalannya hampir tidak bisa dipertahankan. Dia berdiri di tempat, mencoba mengendalikan emosinya yang membara. Sementara itu, Raka terlihat agak kebingungan dengan kehadiran Gabriella, namun dia tetap berusaha menjaga sikap sopan.Mata wanita itu melayang dari Lana ke Raka dengan ekspresi yang tidak jelas. Lana merasa semakin kesal, bertanya-tanya mengapa Gabriella selalu muncul di saat-saat yang tidak tepat."Gabriella, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Lana dengan suara yang mencoba keras menahan kemarahannya.Gabriella hanya tersenyum dengan santai, seolah tidak menyadari bahwa kedatangannya mengganggu rencana
Lana menghentikan langkahnya secara tiba-tiba ketika mendengar suara yang familiarnya. Dia memalingkan wajahnya dan terperanjat saat melihat Rudi, mantan suaminya, berdiri di depannya dengan senyum di wajahnya."Rudi!" seru Lana dengan nada yang sedikit terkejut dan canggung.Rudi mendekatnya dengan langkah mantap, ekspresi khawatir terpancar jelas dari wajahnya. "Lana, apa kabar? Aku mendengar tentang kecelakaanmu. Kamu baik-baik saja?" tanya Rudi, suaranya penuh perhatian.Lana merasa tidak nyaman dengan kehadiran Rudi di situ, terutama di depan Raka. Dia berusaha menjaga ketenangan dan mengatasi kecanggungannya. "Ah, ya, aku baik-baik aja, Rud. Cuma cedera ringan.”Lana merasa dadanya berdebar-debar. Pertemuan mendadak ini membuatnya tidak siap, terutama karena hubungan mereka yang sudah berakhir beberapa tahun lalu tidak selalu berjalan lancar. Dia mencoba untuk tetap tenang, tetapi perasaan cemas dan khawatir mulai menyelinap ke dalam pikirannya.Raka dan Gabriella, yang sedang b
Setelah menurunkan Gabriella di depan rumahnya, Lana dan Raka melanjutkan perjalanan mereka dengan suasana yang hening di dalam mobil. Meskipun jalan yang mereka tempuh tak jauh, tetapi keheningan di antara mereka terasa begitu menyiksa. Kedua belah pihak sibuk dengan pikiran mereka sendiri, memikirkan segala hal yang terjadi sepanjang hari itu.Raka merasa gelisah dan tidak nyaman. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu tentang masa lalunya yang tak ia ingat, tentang Rudi, dan tentang perasaan aneh yang ia rasakan ketika melihat Lana bersama dengan mantan suaminya itu. Dia merasa kesal pada dirinya sendiri karena merasakan kecemburuan yang aneh terhadap Rudi, padahal dia tidak memiliki kenangan tentangnya.Tanpa pikir panjang, Raka memutuskan untuk mengalihkan perhatiannya dengan mengarahkan mobilnya ke sebuah bar. Dia berharap sedikit hiburan dan suasana yang lebih ramai dapat meredakan kegelisahan yang ada di dalam dirinya. Namun, rencana tersebut langsung