Setelah menurunkan Gabriella di depan rumahnya, Lana dan Raka melanjutkan perjalanan mereka dengan suasana yang hening di dalam mobil. Meskipun jalan yang mereka tempuh tak jauh, tetapi keheningan di antara mereka terasa begitu menyiksa. Kedua belah pihak sibuk dengan pikiran mereka sendiri, memikirkan segala hal yang terjadi sepanjang hari itu.Raka merasa gelisah dan tidak nyaman. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu tentang masa lalunya yang tak ia ingat, tentang Rudi, dan tentang perasaan aneh yang ia rasakan ketika melihat Lana bersama dengan mantan suaminya itu. Dia merasa kesal pada dirinya sendiri karena merasakan kecemburuan yang aneh terhadap Rudi, padahal dia tidak memiliki kenangan tentangnya.Tanpa pikir panjang, Raka memutuskan untuk mengalihkan perhatiannya dengan mengarahkan mobilnya ke sebuah bar. Dia berharap sedikit hiburan dan suasana yang lebih ramai dapat meredakan kegelisahan yang ada di dalam dirinya. Namun, rencana tersebut langsung
Ketika Raka mendekati Lana dengan langkah cepat, Lana merasakan denyutan keras di dadanya. Wajah suaminya memerah oleh kemarahan, dan tatapan matanya menusuk ke dalam jiwa Lana. Dengan gerakan tiba-tiba, Raka menarik tangan Lana dengan kuat, memisahkannya dari pria yang sedang bersamanya."Pergilah dari sini," desis Raka dengan suara rendah, tetapi penuh dengan otoritas.Lana terkejut oleh tindakan tegas suaminya. Dia mencoba menenangkan Raka dengan tatapan, tetapi pria yang sedang bersamanya seolah tidak menyukai perlakuan itu. Dengan wajah yang memerah karena kemarahan, pria tersebut melangkah maju, memasang badan di antara Raka dan Lana.Ekspresi wajahnya berubah menjadi kesal, tidak terima melihat wanita yang sedang bersamanya diperlakukan seperti itu, meski oleh suami sahnya sendiri."Dia bersama saya, jadi Anda tidak punya hak untuk—""Jangan campuri urusan kami," potong Raka, suaranya menggema di dalam bar yang semakin hening.Pria itu membalas dengan sikap yang tegas, "Saya ti
Raka terdiam sejenak, membiarkan kata-kata Lana tergantung di udara. Namun, semakin lama dia mengamatinya, semakin kuat keinginannya untuk menghentikan aliran kata-kata itu dengan cara yang lebih intim. Perasaannya terombang-ambing antara marah, kecewa, dan sesuatu yang lebih dalam yang tidak bisa dia jelaskan.Tanpa sepatah kata pun, Raka mendekatkan dirinya pada Lana, tatapannya yang intens tidak pernah lepas dari mata istrinya. Dengan gerakan yang mantap, dia menempatkan tangannya di pipi Lana dan melingkarkan lengannya di sekitar pinggangnya. Dengan perlahan, dia menarik Lana lebih dekat, sehingga jarak antara mereka hanya beberapa sentimeter.Tidak ada kata yang terucap dari mulut Raka. Dia hanya melihat mata Lana, mencari tanda-tanda persetujuan atau penolakan. Dan kemudian, dengan perasaan yang mendalam, dia menutup mata dan mencium bibir Lana dengan lembut.Udara terasa tegang, detik berlalu seperti abadi saat bibir mereka bersentuhan. Rasa hangat yang menyertai ciuman itu mem
Setelah melalui masa sulit itu, Lana dan Raka kembali ke rutinitas sehari-hari mereka. Keduanya mulai bekerja lagi, tetapi kali ini dengan semangat dan kebersamaan yang lebih besar. Meskipun Raka masih belum mampu mengingat kembali momen-momen indah bersama Lana dan putra mereka, dia sudah memutuskan untuk menjalani kehidupan ini dengan cara baru.Perlahan-lahan, Lana dan Raka mulai menciptakan kenangan-kenangan baru bersama. Mereka pergi berlibur bersama, menghadiri acara-acara keluarga, dan menikmati setiap momen kebersamaan yang mereka bisa. Meskipun Raka tidak bisa mengingat masa lalu, dia memutuskan untuk membangun hubungan baru dengan Lana dan Aiden berdasarkan kepercayaan, pengertian, dan komitmen.Hubungan mereka semakin membaik seiring berjalannya waktu. Raka belajar untuk lebih menghargai setiap momen bersama Lana dan Aiden.Dua bulan kemudian, Mereka memutuskan untuk berlibur ke beberapa tempat. Dan salah satu yang akan mereka kunjungi kali ini adalah Santorini.Di pagi yan
Keesokan harinya, matahari bersinar cerah di Santorini saat Lana, Raka, dan Aiden melanjutkan petualangan mereka ke arah pantai. Mereka menikmati perjalanan dengan berjalan kaki melalui jalan-jalan yang indah, dihiasi dengan bangunan-bangunan putih yang khas pulau ini. Ketika mereka tiba di pantai, mereka terpesona oleh keindahan alam yang menakjubkan.Raka membimbing Aiden untuk membangun istana pasir di tepi pantai, sementara Lana duduk di sampingnya sambil menikmati pemandangan lautan yang biru dan langit yang cerah. "Aiden, lihat, kita bisa membuat istana pasir yang sangat besar di sini," kata Raka, tersenyum pada anaknya."Papa, bisakah kita membuat menara yang sangat tinggi?" tanya Aiden dengan antusias."Tentu saja, Nak, kita bisa coba!" jawab Raka, sambil membantu Aiden mengumpulkan pasir.Sementara itu, Lana duduk di sebelah mereka dengan senyuman, merasakan kebahagiaan yang menyelimuti hatinya. "Kalian berdua benar-benar pandai membuat istana pasir," kata Lana dengan penuh k
Raka merasakan denyutan hangat dari tubuh Lana saat tangannya menyusuri lembut punggung wanita itu. Gaun tipis yang dipakai Lana hanya memperkuat sentuhan mereka yang intim di bawah bintang-bintang Santorini yang gemerlap. Sementara itu, suara ombak yang tenang di kejauhan mengiringi momen romantis mereka di balkon kamar.Dalam pelukannya, Lana merasakan denyut jantung Raka yang berdegup kencang, mencerminkan keinginan dan keintiman yang sama seperti dirinya. Dia menangkap pandangan hangat dari matanya yang penuh cinta, dan bibirnya yang bergerak perlahan mendekati bibir Lana dengan penuh gairah. Setiap sentuhan bibir Raka terasa seperti menyala dan membangkitkan keinginan yang terpendam.Lana membalas ciuman Raka dengan penuh kehangatan, menyerahkan dirinya sepenuhnya pada keintiman yang mereka bagikan. Tubuh mereka menyatu dalam dekapan hangat, menciptakan dunia mereka sendiri di tengah malam yang sunyi. Sinar bulan memancarkan cahaya lembut, menerangi wajah mereka yang bersatu dala
Setelah menghabiskan momen indah di Santorini, Lana, Raka, dan Aiden bersiap-siap untuk melanjutkan petualangan mereka ke Swiss. Mereka merasa gembira dan penuh antusiasme untuk mengeksplorasi destinasi baru mereka. Ketika tiba di bandara, Lana memimpikan bahwa perjalanan ini mungkin bisa membantu Raka mengingat beberapa kenangan mereka yang terlelap."Aiden, kamu sudah siap untuk melihat gunung es dan danau yang indah di Swiss?" tanya Lana dengan ceria, memamerkan peta dan brosur yang sudah dia siapkan."Ya! Aku ingin sekali bermain ski dan melihat salju!" jawab Aiden dengan antusias.Raka tersenyum melihat semangat putranya. "Kami pasti akan memiliki waktu yang luar biasa di sana."Sementara itu, di pesawat, Lana duduk di samping Raka, berharap dapat menciptakan momen berharga yang bisa membantu menghidupkan kembali kenangan suaminya. "Kamu tahu, Raka, Swiss selalu menjadi tempat istimewa bagi kita. Kita punya banyak kenangan di sana," ucap Lana dengan lembut.Raka mengangguk, meski
Setelah momen indah di tepi Danau Zurich, Lana dan Raka kembali ke penginapan mereka, sebuah villa yang terletak di pinggiran kota. Cahaya lilin berwarna hangat menyambut kedatangan mereka, menciptakan atmosfer yang romantis di sekitar kamar tidur.Lana tersenyum manis pada Raka saat mereka masuk ke dalam kamar, merasa bahagia karena momen-momen yang mereka bagikan bersama sepanjang hari itu begitu berarti baginya.Raka mendekati Lana dengan langkah lembut, tangannya meraih pinggang wanita yang dia cintai. Dia mendekap Lana dalam pelukannya dengan penuh kasih sayang, mencium lembut bibirnya dalam kehangatan cinta."Malam ini begitu indah, Lana," ucap Raka dengan suara yang penuh kelembutan. "Aku bahagia bisa berada di sini bersamamu."Lana tersenyum, menatap mata Raka dengan penuh kasih. "Aku juga, Raka. Nggak ada tempat yang lebih aku sukai daripada berada di sini sama kamu."Namun, momen romantis mereka terputus tiba-tiba ketika suara kecil terdengar dari pintu kamar. Mereka berdua