Beranda / Romansa / Simpanan Nyonya CEO / Bab 5. Saran Diko

Share

Bab 5. Saran Diko

Penulis: Andy Lorenza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-08 23:33:30

“Sebenarnya, biasa aja, malahan lebih asyik makan di rumah makan sederhana seperti ini,” jawab Roy tak ada sedikitpun menunjukan rasa gembiranya akan ditraktir Cindy kemarin siang, justru batinnya merasa tak nyaman karenanya.

Diko merasa heran akan sikap Roy yang sama sekali tak merasa surprise sedikitpun diajak oleh CEO perusahaan tempat mereka bekerja itu. “Masa sih? Bukannya Bu Cindy kalau makan siang selalu di restoran mewah?”

“Emang Bu Cindy siang kemarin itu ngajakku ke restoran mewah, tapi jujur aja di samping kurang nyaman makan di sana aku juga merasa karenanya orang-orang di kantor mempermasalahkannya.” 

“Mempersalahkan gimana?” tanya Diko penasaran.

Sepertinya, dia tak tahu atau memang tak mau tahu akan para rekan sesama OB mengunjingin Roy.

“Ada yang bertanya ada hubungan apa antara aku dan Bu Cindy hingga aku sampai diajak makan siang di luar, padahal aku baru aja masuk kerja.” 

Roy menarik napasnya dalam-dalam mengingat kejadian kemarin.

“Loh, emangnya kenapa kalau Bu Cindy ngajak kamu makan siang bareng di luar? Kalau aku sih nggak jadi masalah. Siapa sih yang bertanya dan mempermasalahkan itu, Roy?” Kembali Diko bertanya.

“Pertama Dion, dia menghampiriku di ruangan belakang saat bersih-bersih. Kemudian Pak Yudi sore kemarin, sewaktu jam kerja kantor usai.” 

"Aneh, apa yang membuat mereka mempermasalahkan itu!” ujar Diko sembari geleng-gelengkan kepalanya.

“Entahlah, mungkin karena aku karyawan baru lalu dianggap diperlakukan spesial oleh Bu Cindy. Padahal aku sama sekali nggak ingin begitu, jika aku tolak ajakan Bu Cindy kemarin tentu juga nggak baik.” 

“Ah, nggak usah dihiraukan mereka Roy. Barang kali mereka itu hanya sirik aja, karena emang selama ini Bu Cindy nggak pernah ngajak karyawannya makan siang di luar.” 

Diko tampak sekali tak respek  akan sikap para karyawan yang mempermasalahkan hal itu.

“Ya, tapi aku ngerasa nggak enak aja. Menurutmu apa yang musti aku lakuin?” 

“Maksudnya?” Diko balik bertanya.

“Apa perlu aku beri tahu hal ini pada Bu Cindy, agar nanti hal yang kemarin itu nggak dipermasalahkan lagi? Soalnya kebanyakan dari para karyawan di kantor kita merasa kurang senang dan selalu bertanya.” Roy meminta pendapat Diko.

“Aku rasa nggak ada salahnya kamu beri tahu itu sama Bu Cindy, biar semua permasalahan itu clear.”

“Tapi aku kuatir nanti Bu Cindy memarahi mereka, Diko. Jika aku diam aja, bukan nggak mungkin masalah ini akan berlarut-larut,” ulas Roy merasa bimbang.

“Kalau menurutiku sih, ada baiknya kamu beri tahu Bu Cindy. Tentang mereka yang akan dimarahi Bu Cindy nantinya itu bukan masalahmu lagi, dari pada kamu dibuat pusing akan sikap mereka. Sebenarnya aku nggak mau ikut-ikutan bertanya, tapi kalau boleh tahu antara kamu dan Bu Cindy ada hubungan saudara ya?” 

“Ya, boleh dikatakan begitulah,” jawab Roy sekenanya saja, karena memang dia tak tahu harus menjawab apa.

“Nah, mending juga kamu jawab jika kamu dan Bu Cindy ada hubungan saudara kalau nanti ada yang bertanya lagi sama kamu.”

Mendengar saran Diko, Roy hanya menanggapi dengan menganggukan kepala.

Hanya saja, percakapannya dengan Diko membuatnya lebih tenang.

Sore itu Roy lebih sigap dalam melakukan pekerjaannya.

Begitu waktu jam kerja usai, Roy bergegas ke luar menuju tempat parkiran di mana di sana mobil Cindy terparkir.

“Eh, Roy. Ngapain kamu di sini?” sapa Cindy merasa heran saat ia tiba di dekat mobilnya dan melihat Roy berdiri di sana.

“Aku sengaja nunggu Tante di sini, ada yang ingin aku bicarakan.” 

“Oh, ya udah ngomong aja ada apa?” tanya Cindy, tampak bingung.

“Kalau boleh jangan di sini Tante, nanti ada yang dengar.”

Mendengar permintaan Roy, Cindy nampak kerutkan kening.

Wanita itu sangat penasaran akan hal yang akan disampaikan Roy bersifat rahasia itu!

Bab terkait

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 6. Penjelasan

    “Oke, ayo naik ke mobil nanti kita bicara di suatu tempat.” Tak butuh waktu lama, Roy pun naik mobil mewah milik Cindy.Keduanya lalu menuju salah satu cafe yang bukan hanya menyediakan berbagai macam minuman, tapi juga tersedia berbagai makanan.“Kamu mau pesan apa, Roy?” tanya Cindy saat mereka telah berada di dalam cafe itu.“Terserah Tante aja, tapi cukup minuman aja karena aku masih kenyang tadi siang makan bareng Diko.” “Oke.”Cindy lalu memanggil pelayan cafe itu untuk menyediakan dua jenis minuman segar.“Nah, kamu bisa ngomong di sini perihal sesuatu yang ingin kamu sampaikan tadi,” sambung Cindy ketika pelayan cafe telah berlalu dari meja mereka menyiapkan minuman yang mereka pesan.“Begini Tante, tapi sebelumnya aku harap Tante Cindy nggak marah,” pinta Roy yang tiba-tiba saja ia kembali merasa ragu dan kuatir akan hal yang hendak ia sampaikan pada Cindy.“Nggak, aku janji nggak akan marah. Ayo, bicaralah!”Roy menarik napasnya dalam-dalam sebelum berkata, “Begini Tante,

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 7. Bahan Gunjingan

    “Aku dengar baru hari pertama kamu kerja di sini udah diajak Bu Cindy makan siang bareng di luar dan itu tentunya amat menyenangkan sekali. Selama ini kami yang udah kerja belasan tahun di sini belum pernah ada yang sampai diajak Bu Cindy makan siang bareng di luar selain tamu dan rekan bisnisnya, kalau boleh tahu ada hubungan apa antara kamu dengan Bu Cindy sampai-sampai Bu Cindy di hari pertama kerjamu di sini udah diajak makan siang di luar?” Kembali Riki bertanya. Selain rasa penasaran Riki juga merasa tidak habis pikir akan Roy yang notabenenya hanya seorang OB baru di kantor itu diperlakukan spesial oleh atasannya. “Aku keponakannya Bu Cindy.” “Hah?! Masa sih?” Riki terkejut dan tak percaya, sementara Roy memastikan kembali jawabannya dengan menganggukan kepalanya sembari tersenyum ramah. “Oh, pantas aja kamu diperlakukan spesial secara kamu keponakan Bu Cindy,” sambung Riki, meskipun di hatinya masih tak percaya dan ragu akan jawaban yang diberikan Roy itu. “Ada yang per

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 8. Marah

    “Kalau itu saya juga tidak tahu Bu, katanya salah seorang karyawan di dalam.” Satpam itu tampak tak enak juga. Terlebih kala menyadari, raut wajah Nyonya CEO itu tampak kesal.“Oh gitu, ya udah aku akan tunggu dia di dalam,” balas Cindy cepat. Di sisi lain, tak seorang karyawan di lantai dasar itu yang mengetahui jika Cindy berada di luar ruangan mereka.Wanita itu bahkan sekarang duduk di sebuah kursi tepat di depan ruangan yang dijadikan tempat tinggal Roy.Cindy bahkan tampak geram. “Kurang ajar! Siapa karyawan yang menyuruh Roy untuk membeli pena dan memfoto copy ke luar? Bukankah di kantor peratan tulis udah tersedia begitu juga buat memfoto copy berkas-berkas.” Untungnya, tak berselang lama, Roy pun datang dan bermaksud mengantarkan pena dan hasil foto copy berkas ke dalam ruangan di mana salah seorang karyawan menyuruhnya untuk membeli pena sekaligus memfoto copy beberapa lembar berkas kerjaannya itu.“Roy..!” panggil Cindy cepat.“Eh, Bu Cindy?” “Dari mana kamu?” tanya Ci

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 9. Memanggil Tari

    “Kamu udah makan siang?” tanya Cindy. “Belum Tante.” jawab Roy, kembali Cindy geleng-geleng kepala. “Ya udah, sekarang naik ke mobil kita makan siang di luar!” Ajak Cindy, Roy menganggukan kepalanya lalu naik ke mobil mewah milik CEO perusahaan itu. Seperti makan siang bareng beberapa hari yang lalu, Cindy kembali mengajak Roy ngobrol sembari menikmati menu yang dipesan. “Kamu tahu nggak jika Dion dan teman-temannya tadi telah memperlakukan kamu tak sepantasnya?” tanya Cindy, Roy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Lain kali jangan pernah kamu ulangi lagi, sampai-sampai kamu mengabaikan jam istirahat dan makan siang. Tadi kamu dengarkan? Aku udah memperingatkan mereka untuk tidak mengulanginya lagi menyuruh kamu di luar ketentuan kerjamu sebagai OB di kantorku,” ujar Cindy. “Ya Tante, aku nggak akan bersedia lagi mereka suruh ke luar karena itu bukan tugas dan tanggung jawabku sebagai OB di kantor Tante.” ulas Roy. “Bagus, dengar ya Roy tugasmu sebagai OB di kantorku sesuai d

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 10. Kos-kosan

    “Lantas bagaimana solusi yang tepat menurut Bu Cindy untuk Roy?” tanya Tari. “Aku mau menguliahkan dia agar nanti bisa aku tempati di posisi yang strategis di kantor ini, untuk sementara waktu dia aku jadikan pembantu pribadiku aja di sini. Jika dia tetap aku pekerjakan sebagai OB, bukan tidak mungkin tanpa sepengetauanku dia akan diperlakukan seenaknya lagi oleh para karyawan,” tutur Cindy. Tari terlihat mengangguk-anggukan kepalanya “Iya Bu, saya rasa itu solusi yang terbaik.” “Aku juga akan mencari kos-kosan buat dia yang lokasinya dekat dari kantor ini,” tambah Cindy. “Benar Bu, tinggal di kos-kosan atau rumah kontrakan akan lebih nyaman dibandingkan tinggal di salah satu ruangan kantor perusahaan ini yang tentunya terlalu tertutup dan bisa jadi sewaktu-waktu dia akan merasa pengap karena bersekat dengan dinding ruangan lainnya,” ujar Tari selaku sekretaris merangkap kepala personalia perusahaan Cindy. Jam istirahat siang kantor masih akan tiba 15 menit lagi, akan tetapi Cind

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 11. Berhutang Budi

    “Ada apa Tante? Kok Tante Cindy senyum-senyum sendiri?” tanya Roy membuat Cindy yang baru saja membantin jadi tersentak. “Nggak ada apa-apa Roy, barusan Pak Dimo bilang kalau kos-kosan kamu udah dapat dan letaknya nggak jauh dari kantor,” jawab Cindy. “Oh, aku kira ada apa? Ngapain sih Tante pakai repot-repot segala mencari kos-kosan, di salah satu ruangan yang aku tempati itu aku rasa udah cukup dan aku senang kok tinggal di sana,” ujar Roy. “Nggak, menurutku alangkah lebih baiknya kamu tinggal di luar. Seperti yang tadi aku katakan, kamu akan lebih merasa nyaman tinggal di kos-kosan karena jika di dalam ruangan kantor ruang gerakmu terbatas. Seperti orang tawanan aja, terlebih ketika malam datang kamu nggak akan bisa ke luar karena pagar gedung kantor di kunci oleh satpam penjaga di luar,” jelas Cindy. “Bisa kok Tante, buktinya aku bisa minta izin ke luar buat beli nasi bungkus dan rokok,” ujar Roy. “Iya, tapi kamu kan nggak bisa ke luar lama-lama karena pastinya satpam di sana

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 12. Mantan Majikan

    “Kamu harus tetap fokus dan rajin bekerja sesuai dengan pekerjaan yang aku percayakan padamu sekarang,” ulas Cindy.“Tentu Tante, aku janji akan bekerja sebaik mungkin dan berusaha untuk tidak mengecewakan Tante nantinya,” janji Roy.“Oh ya Roy, besok aku akan beliin kamu HP agar sewaktu-waktu dapat aku hubungi baik saat aku berada di luar kantor maupun saat kamu berada di kos-kosan ini,” ujar Cindy.“Nggak usah Tante, aku punya HP kok. Hanya saja HP ku itu ketinggalan di rumah majikanku sebelum aku jadi gembel di bawah jembatan, besok sepulang dari kantor aku jemput,” tutur Roy, Cindy terlihat kerutkan keningnya.“Majikan? Jadi sebelum kamu jadi gembel di bawah jembatan itu, kamu bekerja dengan seseorang?” tanya Cindy, Roy menganggukan kepalanya.Cindy sebenarnya ingin bertanya lebih jauh lagi mengenai Roy yang sebelumnya memiliki majikan, akan tetapi karena ia musti pulang ke rumah maka ia urungkan.“Ya udah kalau begitu aku pamit pulang dulu, Roy. Soal kamu yang akan menjemput HP d

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 13. Bertemu Kembali

    “Iya Bi, namanya Supri. Katanya dia ke sini ingin meminta barang-barang Mas Roy berupa dompet dan Hp nya yang ketinggalan, benarkah dompet dan HP Mas Roy ketinggalan Bi?” tanya Pak Rudi.“Iya benar, Pak Rudi. Dompet dan HP Mas Roy yang ketinggalan di kamarnya itu sekarang ada di kamar kami, sebentar aku akan ambilkan lalu kita bareng-bareng temui teman Mas Roy itu.” ujar Bi Surti, Pak Rudi menanggapinya dengan menganggukan kepala.Seperti yang tadi dikatakan Bi Surti begitu ia telah mengambil dompet dan HP milik Roy di kamar, mereka pun sama-sama menemui Supri yang masih berdiri di depan pos satpam.Rupanya Roy sengaja minta tolong pada supir taksi yang bernama Supri itu untuk meminta HP dan dompetnya pada penghuni rumah mewah itu, sementara dia menunggu di dalam mobil taksi itu.“Benar Mas temannya Mas Roy?” sapa dan tanya Bi Surti pada Supri saat pembantu mantan majikan Roy bernama Angel itu tiba di depan pos satpam.“Benar Bi, aku memang temannya Bang Roy. Oh ya, dompet dan HP Bang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12

Bab terbaru

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 156. Viola Akan Dijodohkan

    Satu Tahun Kemudian......Di sebuah meja makan mewah di dalam rumah yang super mewah pula, terlihat sepasang suami istri tengah menikmati menu-menu makan malam mereka. Yang pria berparas tampan berwajah pria timur tengah, sementara wanita berwajah cantik seperti wanita asia pada umumnya.Mereka tidak lain adalah kedua orang Viola yang berada di Qatar, di sela-sela makan malam itu mereka selingi dengan obrolan.“Sampai saat ini kita belum juga mendapat kabar dari Viola tentang seorang pria yang akan ia jadikan pendamping hidup, padahal saat ini usianya sudah cukup untuk berumah tangga.” Papi Viola yang bernama Husein membuka obrolan.“Iya Pi, Mami juga sepemikiran dengan Papi. Setiap kali Mami tanya Viola selalu saja menjawab jika nanti ia telah menemukan seorang pria yang dia rasa sesuai dengannya, dia akan memberi tahu kita.” Mami Viola yang bernama Astrid menanggapi.“Tapi Mi, harus sampai kapan kita menunggu? Papi udah nggak sabar ingin memiliki cucu yang tentu saja nanti sebagai p

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 155. Sama-sama Merasa Surprise

    “Iya, setiap bulannya Mas memang musti memberi laporan tentang pekerjaan atau kegiatan Mas Roy di luar. Akan tetapi nggak ada salahnya jika bulan ini Mas Roy langsung memberi laporan pada beliau, sebentar aku akan memberi tahunya jika mulai bulan ini Mas Roy akan memberi laporan langsung kepadanya.” habis berkata, Puspa langsung meraih gagang telpon kantor yang ada di atas mejanya untuk menghubungi atasannya yang berada di ruangan sebelah.Selama Puspa menelpon Roy hanya duduk diam saja sembari mendengarkan percakapan mereka, Puspa yang masih ingin menyembunyikan identitas atasannya itu sengaja tak menyertai nama setelah memanggil Bu agar Roy tidak tahu jika Viola lah CEO perusahaan pariwisata itu. Selain itu tujuan Puspa ingin memberi kejutan pada Roy, meskipun ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu Roy akan merasa surprise atau sebaliknya merasa kecewa karena selama ini disangkanya Viola telah membohonginya tentang indentitas sebenarnya kekasihnya itu.“Oh ya udah kalau gitu a

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 154. Terjalinnya Hubungan Kasih

    Seiring berjalannya waktu Roy dan Viola pun menjalin hubungan spesialnya layaknya sepasang kekasih, hal itu terjalin secara alami karena semakin kerapnya mereka bertemu dan jalan bareng.Cukup lama juga Roy merasa risih dengan hubungan itu, secara sejak dulunya Roy memang tak pernah jatuh hati pada wanita selain menggauli mereka karena pengaruh hubungan terlarangnya dengan Angel pertama kali ia datang ke Kota Jakarta.Namun entah kenapa rasa risih dan canggung itu perlahan sirna dan Roy benar-benar merasakan ada getaran berbeda di relung hatinya yang terdalam, getaran itu sama sekali tak ada hasrat nakal yang sering muncul hingga memancingnya untuk melakukan hal yang sepatutnya dilakukan pasangan suami istri.Getaran itu melarikan rasa sayang yang tak pernah ia duga akan hadir di hatinya pada Viola, sementara Viola sendiri tentu saja semakin senang karena perasaan cintanya yang selama ini ia pendam pada Roy terwujud.Hari-hari Viola lalui dengan penuh keceriaan seperti halnya wanita m

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 153. Kaget Dan Bingung

    Karena sering bertemu dan jalan bareng di luar, Roy pun merasa ada perbedaan sikap yang ditunjukan Viola padanya. Akan tetapi sejauh ini Roy tak berani menduga-duga apalagi yakin jika sikap Viola itu menunjukan jika CEO cantik pemilik perusahaan pariwisata itu suka padanya.Sejauh ini Roy juga belum mengetahui jika Viola sebenarnya adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan pariwisata tempat ia bekerja itu, hingga akhirnya melalui Puspa sebagai kepala bagian personalia, Roy mendapat keterangan jika Viola suka padanya.“Jadi Bu Puspa memanggil ku ke sini hanya ingin menyampaikan hal itu?” tanya Roy ketika Puspa meminta menghadap ke ruangannya.“Hemmm, iya Mas Roy. Sahabatku itu curhat ke aku beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu di salah satu cafe,” jawab Puspa mengarang cerita, padahal Viola curhat dengannya di ruangan CEO cantik itu saat Viola memanggilnya kemarin siang.Untuk beberapa saat Roy hanya nampak terdiam, sepertinya ia bingung harus berkata apalagi untuk menanggapi h

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 152. Balas Ditraktir CEO Cantik

    “Viola..!” panggil Roy, Viola yang baru ke luar dari salah satu ruangan dan akan berjalan menuju lift seketika hentikan langkah dan membalikan badannya.“Eh, Bang Roy.” Ulasnya sembari tersenyum.“Ngapain kamu ke sini Viola? Apa Oma dan Opa pengen nginap di salah satu hotel di pulau ini sembari liburan? Kalau emang benar biar aku aja yang mengantar mereka ke manapun mereka mau,” tanya dan tawar Roy.“Hemmm, nggak kok Bang. Aku ke sini ingin bertemu dengan temanku,” jawab Viola.“Siapa temannya? Dan apa kamu udah ketemu dengannya?” tanya Roy lagi.“Udah Bang, kata temanku Bang Roy selalu sibuk tugas di luar mengantar para turis yang baru datang ke pulau ini?” Viola balik bertanya.“Iya, sebentar lagi aku akan ke luar mengantar mereka. Tadi karena aku melihat kamu ke luar dari salah satu ruangan kantor ini, makanya aku menghampiri kamu.” Jawab Roy.“Oh ya, temanku juga bilang bahwa selama Bang Roy kerja di sini pendapatan perusahaan ini meningkat drastis karena ramainya para pengunjung

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 151. Blesteran Jawa - Qatar

    “Orang tuaku tinggal di Qatar, Mama asli Jawa dan Papa orang Qatar.” Jawab Viola.“Oh gitu? Pantas aja wajahmu blasteran timur tengah, aku tadinya malah sempat berfikir kamu itu turis yang liburan ke pulau ini.” ujar Roy.“Hemmm, bukan Mas aja yang bilang gitu dulu juga banyak yang menyangka kalau aku ini turis. Terkecuali di lingkungan tempat tinggalku bareng Oma dan Opa, di sana mereka semua udah tahu kalau aku asli orang Indonesia dan tinggal di pulau ini.” tutur Viola diiringi senyumnya.“Jadi dari kecil kamu tinggal bareng Oma Opamu di sini?” tanya Roy lagi.“Nggak Mas, aku menetap di sini setelah aku menamatkan S2 ku di Qatar. Aku ingin tinggal bareng Oma dan Opa, sementara kedua adikku memilih tinggal di Qatar bersama Mama dan Papa.” Jelas Viola.“Oh, jadi kamu lulusan S2 di Qatar? Lalu di sini kamu kerja atau di rumah aja?” kembali Roy bertanya karena penasaran melihat megahnya rumah yang ditempati Viola.“Aku kerja Mas.” Jawab Viola singkat.“Kerja di mana?”“Aku memiliki seb

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 150. Viola Ditraktir

    ”Loh, kenapa buru-buru? Masuklah dulu, ntar lagi baru kita jalan.” Kembali Viola menawarkan Roy masuk ke dalam rumah megah miliknya itu.Karena tak enak kembali menolak, akhirnya Roy memenuhi ajakan Viola untuk masuk ke rumah meskipun Roy merasa sangat sungkan.Roy bukannya tak pernah melihat bangunan mewah dan megah, sejak ia datang ke Jakarta ia pun langsung ditawari dan tinggal di rumah mewah milik Angel. Begitu pula rumah milik Cindy serta hotel berbintang tempat ia bekerja sebelumnya, akan tetapi rumah milik Viola benar-benar lebih megah dan jauh lebih mewah kesannya hingga ia terlihat sungkan dan gerogi ketika melangkah masuk ke dalam rumah itu.Tak lama setelah Roy dipersilahkan duduk di kursi tamu yang juga super mewah, Viola yang tadi mohon diri ke ruangan tegah kembali ke ruangan tamu itu dengan pria dan seorang wanita yang usianya lebih dari 70 tahunan akan tetapi mereka berdua belum tampak tua sesuai dengan usia mereka.“Perkenalkan ini Opa dan Omaku, Mas.” Ujar Viola memp

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 149. Ke Rumah Viola

    Bahkan Roy mendapatkan bonus di luar gaji yang ia terima di bulan pertama itu, semua itu bukan saja perintah Viola melainkan juga karena prestasi yang ditunjukan Roy sebagai karyawan yang bertugas sebagai pemandu para pengunjung untuk memakai jasa pelayanan perusahaan pariwisata itu.****Malam itu setelah magrib, Roy yang berada di tempat tinggal yang disediakan itu nampak menelpon seseorang dengan ponselnya.“Hallo Mas Roy,” sapa seorang wanita setelah mengangkat panggilan di ponsel Roy.“Hallo juga Viola, gimana kabarmu?” balas dan tanya Roy.“Alhamdulillah baik, Mas Roy sendiri gimana?” Viola balik bertanya.“Alhamdulillah baik juga,” ucap Roy.“Oh ya Viola, kamu ada acara nggak malam ini?” sambung Roy.“Acara? Kayaknya nggak ada tuh, emangnya kenapa Mas?” jawab dan Viola balik bertanya.“Aku mau traktir kamu makan malam karena aku tadi pagi menerima gaji pertamaku, gimana kamu mau kan?” harap Roy.“Wah.. Yang baru aja nerima ngaji pertama, nggak usahlah repot-repot ngetraktirku s

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 148. Dicarikan Kerja

    Sebuah gedung perkantoran bertingkat 5 melebar seperti bangunan hotel, mobil yang dikemudikan Viola pun berhenti. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus, Viola mengajak Roy untuk turun dan masuk ke dalam gedung perkantoran yang megah itu.“Bukankah ini perusahaan pariwisata yang dikenal terbesar di Pulau Bali ini?” tanya Roy setelah melihat merek perusahaan tertera besar di tengah-tengah bangunan megah itu di antara tepatnya di lantai 3.“Hemmm, ya. Aku ingin memasukan Mas Roy bekerja di kantor ini,” jawab Viola diiringi senyumnya.“Wah.. Yang benar aja Viola? Mana mungkin aku diterima bekerja di perusahaan semegah ini,” Roy merasa tak yakin.“Kita coba aja dulu masuk dan menanyakannya pada bagian personalia kantor perusahaan ini, siapa tahu Mas diterima.” Ujar Viola kembali diiringi senyumnya.Setelah naik lift tepatnya di lantai paling atas, Roy diajak ke sebuah ruangan yang di pintunya tertera Kepala Bagian Personalia.“Mas tunggu di sini biar aku yang masuk menanyaka

DMCA.com Protection Status