Bab 34Kejadian malam tadi di atas ranjang masih terngiang di ingatan Kinanti, tatkala Brian memberikan sentuhan kecil di badannya, dilanjutkan dengan gerakan Brian yang membuat Kinanti tidak mampu menolak. Apalagi Brian melakukannya dengan penuh perasaan. Kinanti sendiri sampai tidak sadar kalau dia sangat menikmati setiap sentuhan Brian di badannya, dan rasanya itu masih terbayang hingga kini. Apalagi rasa ngilu dari tengah selangkangan itu masih terasa oleh Kinanti. Dia tidak mampu membayangkan kalau Brian sesemangat itu memainkan tubuhnya.“Kamu kenapa Kinanti? Mereka semua sudah menunggumu, ayo Kinanti,” kata Brian yang terpaksa kembali datang ke kamar hanya untuk memanggil Kinanti. Kinanti mengangguk lalu ia berjalan ke arah Brian, tapi Brian merasa ada yang aneh dari cara berjalan Kinanti. “Apa kamu baik-baik saja, Kinanti?”Kinanti malu untuk mengatakan ini, tapi kalau dia tidak jujur yang ada Brian tidak akan berhenti mengkhawatirkan nya. “Sakit,” jawab Kinanti dengan mena
Bab 35Mendengar kata paman tidak hanya membuat Kinanti terkejut, melainkan takut. Dan sangking takutnya sampai Kinanti segera mungkin berjalan ke belakang badan Brian. Awalnya Brian pikir Kinanti mau apa, tapi sekali melihat mimik muka Kinanti membuat Brian paham kalau Kinanti sedang merasa takut. “Apa kamu tidak mau bertemu dengan pamanmu itu Kinanti?” Kinanti yang ditanyakan menggelengkan kepalanya, jangankan untuk bicara untuk ketemu saja Kinanti tidak mau. Brian menenangkan Kinanti dengan memegang tangan Kinanti, dilanjutkan dengan Brian yang menengadahkan kepala Kinanti yang tertunduk di hadapan Brian. Kinanti serasa seperti sedang menyembunyikan ketakutannya di hadapan Brian. “Baiklah, kamu di sini saja.”“Tapi Brian,” cegah Kinanti.Brian langsung menatap lekat ke Kinanti, dilanjutkan dengan Brian yang berkata, “Ada apalagi Kinanti?”“Brian, jangan bunuh pamanku. Aku memang belum siap bertemu dengannya, tapi aku mohon jangan bunuh pamanku Brian.” Brian tidak berkata apa
Bab 36Segera mungkin Kinanti bersembunyi di balik jendela kamarnya, setelah keberadaannya diketahui oleh bibi dan pamannya, dan kebetulan Marco juga sempat melihat Kinanti dari jendela kamarnya. Tidak ingin keduanya melampaui batas akhirnya Marco mengeluarkan suara garangnya. Dia gusar dan berkata, “Kalian pergi dari sini atau kalian aku laporkan ke polisi karena sudah membuat keributan di tempat orang ha?” “Tapi itu … Kinanti,” sang bibi menunjuk ke arah jendela kamar Kinanti. “Tidak ada disini keponakan kalian, sana kalian pergi!” Mendengar suara Marco yang marah-marah membuat Brian datang mendekat sambil berkata, “Mereka belum pergi juga Marco?” “Belum nih Brian, bandel amat keduanya.”“Ya sudah, pakai cara kekerasan aja. Kalau dibilang pelan gak bisa maka pakai cara kekerasan saja Marco. Mudahkan.” Brian berkata sambil dia yang sedikit menyingsing bajunya. Hingga memperlihatkan pistol di samping celana Brian. Marco juga ikut-ikutan, tapi bedanya Marco sengaja mengeluarkan pi
Bab 37“Kenapa sih Brian itu, tidak boleh banget Mama membawa kamu jalan Kinanti? Apa dia takut kalau Mama akan meninggalkanmu begitu saja Kinanti, tapi itu tidak akan mungkin kan? Bagaimanapun kamu itu menantu Mama, ya sudahlah Kinanti. Mendingan kita pulang sekarang,” wanita yang selalu glamor dalam berpakaian itu marah-marah, saat Brian memintanya segera membawa Kinanti pulang. Dan saat itu juga Martha membawa Kinanti pulang. “Padahal Mama baru belanja sedikit Kinanti, lain kali kita harus pergi ke Paris untuk berbelanja Kinanti. Nanti Mama akan membawamu ke langganan Mama yang di sana. Pokoknya kamu pasti suka Kinanti, lihat aja nanti,” sambung Martha yang mengajak Kinanti ngobrol, tapi Kinanti hanya menjawab dengan senyum dan sesekali mengiyakan ucapan Martha. Dia tidak begitu tertarik dengan tawaran dari mama mertuanya itu, sekalipun keluarga Brian benar-benar baik dan sangat menghormatinya sebagai anggota keluarga mereka. Hal yang tidak Kinanti dapatkan dari keluarga pamannya
Bab 38Pagi ini Kinanti merasakan sesuatu yang beda dari biasanya, dia tidak melihat para asisten pribadi yang ditugaskan untuk mengurus keperluan Kinanti, dan tidak itu saja. Saat sarapan pagi pun hanya ada kedua orang tua Brian, Marco, Brian dan tentunya Kinanti sendiri. Tidak seperti biasanya yang mana setiap sudut ruang makan itu ada asisten pribadi Brian yang berdiri menjaga keluarga Brian. “Apa Brian meliburkan semua pekerjanya? Tumben gak banyak yang mengawasi saat sarapan. Bukankah itu bagus? Aku kurang nyaman juga karena mereka, tapi tadi pagi juga begitu. Gak ada yang masuk ke kamar untuk mengantar keperluanku? Lagian aku bukan anak kecil yang harus dimanjakan tapi aku juga bisa melakukan semuanya. Kalau begini terus kan enak,” gumam Kinanti di dalam hatinya, dan tidak berselang lama Brian datang menghampiri Kinanti dan langsung mencium pipi Kinanti. Kinanti sontak terkejut dan langsung menoleh ke arah Brian. “Kamu memikirkan apa sih, sayang?” Kinanti menggelengkan kepa
Bab 39Kinanti benar-benar jengkel dibuatnya, dia hanya ingin pergi bertemu dengan teman lama, tapi yang ikut sangat banyak. Bagaimana caranya Kinanti bisa berbicara dengan teman lamanya kalau begitu? Pasti rasanya sangat tidak nyaman saat dilihat oleh banyak orang. Kinanti tidak bisa membayangkan dia yang tiba-tiba bertemu dengan teman lamanya tapi seisi kafe itu memperhatikannya dengan teman lamanya. “Oh my God, kalau begitu mendingan aku gak usah pergi aja.” “Ayo Nona,” kata sang supir, bukannya masuk ke dalam mobil justru Kinanti putar arah menuju arah dalam rumah. Hatinya langsung jengkel melihat pengawasan yang ekstra ketat padanya, hingga moodnya secara spontan langsung hilang. “Apaan sih si Brian? Bisa-bisanya dia meminta semua anak buahnya untuk mengawal ku, memangnya aku apaan. Anak presiden enggak kan? Aku bukan anak presiden dan aku bukan putri raja apalagi permaisuri. Tapi Brian sudah berlebihan padaku. Dia meminta semua anak buahnya mengawal ku. Mendingan aku gak usah
Bab 40Helena langsung memberikan isyarat ke Kinanti untuk menoleh ke belakang mobil mereka, dan ternyata di belakang mobil mereka sudah banyak mobil yang berderet yang merupakan mobil anak buah Brian. “Gila, ini sangat gila Helena? Apa setiap kali kamu keluar seperti ini Helena?” “Hmmmm, tapi ini Lebih banyak daripada yang biasanya, dan biasanya cuman ada dua bodyguard yang menjagaku di belakang. Mungkin karena ada kakak dalam mobilku.”Kinanti yang tercengang langsung duduk dan bersandar di kursi mobil, dia memasang wajah frustasi melihat banyaknya bodyguard yang mengikuti mereka. “Ini kayak kita jadi buronan aja ini, Helena?” Helena langsung menanggapi ucapan Kinanti dengan tersenyum, dan dengan santainya Helena memainkan ponselnya kembali. “Gila, apa kamu nyaman dengan keadaan ini Helena?” Helena yang asyik dengan ponselnya menggelengkan kepala, tanda dia tidak nyaman dengan pengawalan ketat dari Brian. “Hah, apa kamu tidak bisa protes Helena?” “Kak Kinanti, kak Brian juga
Bab 41Pria yang sedang mabuk itu ingin melecehkan Kinanti, tapi saat itu juga anak buah Brian langsung turun tangan. Mereka menghajar habis-habisan pria yang hendak melecehkan istri bos mereka. Kinanti sendiri sempat terkejut, kenapa justru anak buah Brian banyak di tempatnya berada kini. Padahal tadi Kinanti merasa sangat yakin kalau tidak ada satupun yang mengikutinya dan ternyata dugaannya salah besar. “Kalian, kenapa?” Bugh bugh Suara pukulan yang berdentum mengenai sang pria, sampai pria itu benar-benar terluka. “Sudah hentikan, kalian bisa membunuhnya!” Kinanti menghalangi mereka yang hampir membunuh pria yang hendak melecehkannya. KlekSeseorang datang, dan seseorang itu tidak lain Sarah. “Ada apa ini?” *Sarah,” segera mungkin Kinanti berjalan menghampiri Sarah. “Kinanti, itu kakakku kenapa dipukuli Kinanti?” “Apa itu kakakmu, Sarah?” Sarah yang tengah panik langsung menganggukkan kepalanya, dia tidak kuasa melihat kakaknya di hajar oleh pria yang tidak dia kenal.