Di dalam mobil sedan Camry hitam yang melaju di tengah hiruk pikuk jalan raya ibu kota. Anita mengajak sopirnya yang merangkap pria simpanannya itu berbincang."Mas Agus, nanti siang anterin aku makan mie ayam bakso ya, tapi jangan yang di mall. Aku pengin yang asli kampung gitu, Mas!" pinta Anita sembari mengamati pemandangan di sebelah kaca jendela mobilnya.Sebenarnya Agus jarang kelayapan keliling kota sendirian. Dia menggaruk-garuk kepalanya bingung mau mengajak majikannya makan mie ayam bakso dimana? Lalu ia pun teringat warung mie ayam bakso milik Lik Supriyadi yang ada di daerah Tanah Abang."Kalau mie ayam bakso tempat teman saya yang di daerah Tanah Abang apa mau, Mbak?" tanya Agus."Boleh, nggakpapa dicoba aja ke sana nanti siang, Mas! Oya, ada latihan bola nggak, Mas Agus hari ini?" balas Anita.Agus masih melajukan mobil yang ia kemudikan dengan kecepatan stabil menuju ke Mall Plaza Senayan. "Hari ini ada tanding sore. Nanti sesudah mengantar makan siang saya izin ya, Mba
Saat tengah hari, Agus menjemput Anita ke butik milik majikannya itu. Dengan senyum riang Anita berpamitan kepada karyawannya lalu menghampiri sopirnya yang ganteng itu."Yuk berangkat, Mas!" ucapnya lalu menggandeng lengan kekar Agus sembari berjalan ke arah lift untuk turun ke tempat parkiran mobilnya di lantai bawah.Jam makan siang lalu lintas kota Jakarta cukup padat merayap, tapi Agus tidak keberatan mengantar Anita ke daerah Tanah Abang yang agak jauh sebenarnya dari Mall Plaza Senayan. Akhirnya mereka pun sampai di warung Mie Ayam Bakso Urat Asli Cak Supri. Itu adalah warung milik Lik Supriyadi, teman sekampung Agus dari Bojonegoro.Mereka dua duduk berseberangan di meja makan kayu yang tidak terlalu lebar. Badrunmendatangi meja mereka lalu sedikit terkejut saat melihat Agus berpakaian necis ala eksekutif muda yang menjadi pelanggan di warungnya."Ehh ... Gus, beneran Agus tho? Kok ndemes koen saiki, Gus!" (Kok keren kamu sekarang, Gus!) sapa Badrun dengan ceria dan kagum meli
Sore itu Anita memang belum pulang dari butiknya, dia menunggu Agus menjemputnya seusai tanding sepak bola. Kebetulan butik juga ramai, ada beberapa pelanggan yang datang berbelanja pakaian pesta. Anita turun tangan membantu pramuniaganya melayani para pelanggan butik itu. Hingga ..."NITA!" seru Radit galak seraya bergegas mendekatinya di dekat rak display baju pesta.Anita pun sedang memegang 2 gantungan long dress di tangannya kanan kiri karena ia sedang memilihkan baju untuk kliennya. Dia melihat Radit datang bersama Sheila ke butiknya dan bingung dengan apa yang mereka berdua inginkan."Kita harus bicara sekarang!" ucap Radit dengan nada tinggi sambil melotot berkacak pinggang.Segera Anita memanggil karyawati butiknya. "Alena, tolong bantu Tante Indah memilih gaun pesta ya? Aku ada sedikit urusan ...," ujar Anita tenang di hadapan kliennya.Setelah menyerahkan dua gantungan baju di tangannya, Anita masuk ke dalam ruang kantornya bersama Radit dan juga Sheila, ia menutup pintu ka
"TING."Lift yang dinaiki Agus berhenti di lantai 2, dia segera berlari-lari kecil ke butik majikannya dengan perasaan kuatir. "Permisi, Mbak Desi. Apa Mbak Anita masih di kantornya?" tanya Agus ke bagian kasir butik milik Anita."Ohh, iya. Masih kok, Mas. Coba diketok aja pintu kantornya," jawab Desi dengan ramah.Agus pun berjalan ke depan pintu kaca kantor Anita, dia mengetok pintu itu lalu masuk ke dalam saat dipersilakan masuk oleh majikannya itu.Saat ia melihat wajah wanita itu, hatinya seolah tercubit. Pipi kanan Anita bengkak dan memar sepertinya bekas dipukul keras. Agus segera berjalan ke sisi wanita itu dan menyentuh perlahan pipi Anita sebelah kanan. "Ini pipinya kenapa, Mbak?" tanyanya."Ditempeleng suami, Mas," jawab Anita ringan sembari tersenyum lalu meringis kesakitan."Apa mau saya anterin ke dokter, Mbak? Bengkak lho!" ujar Agus dengan hati cemas. Wajah halus majikannya berantakan begitu."Coba ke IGD aja ya kali, Mas. Butuh disalep aja mungkin, tapi nggak tahu me
"Paaa ... Maaa ... Nita pulang!" seru Anita ketika dia sampai di kediaman Hadinegoro. Papa mamanya yang sedang bersantai menonton TV pun berdiri menyambut puteri semata wayang mereka itu. "Lho ... tumben, Nit kok malam-malam ke sini? Mana Radit?" tanya Nyonya Laksmi penasaran sambil celingukan mencari sosok Radit menantunya.Namun, papanya yang sangat menyayangi Anita melihat wajah puterinya dengan teliti. "Ini siapa yang gampar mukamu, Nak? Memar dan bengkak begini. Tsskkk!" ujar Pak Subroto kesal."Mas Radit, Pa."Pak Subroto melotot lalu berseru, "RADIT?!""Kamu salah apa, Nit kok sampai suami kamu main tangan begini? Apa kamu masih dekat-dekat sama si Agus, sopir kamu itu?" cecar Nyonya Laksmi yang lebih membela menantu kesayangannya itu.Nita menundukkan kepalanya di hadapan papa mamanya. Mereka duduk bertiga di ruang tengah. Dia merasa bersalah sudah ikut-ikutan berselingkuh seperti suaminya. Namun, suaminya itu memang patut dipertanyakan rasa cintanya selama ini."Jawab, Nit
"Nita Sayang, karena kita sudah rujuk. Mas minta kamu pecat aja sopir kamu, nanti Mas carikan sopir pengganti yang baru ya?!" ujar Radit duduk sarapan pagi bersama Anita di ruang makan rumah mereka.Anita sontak menoleh ke arah suaminya dan mengerutkan alisnya seolah keberatan dengan permintaan Radit itu. Mereka baru dua minggu ini tinggal serumah lagi setelah Anita pulang ke rumah papa mamanya."Memang kenapa, Mas sama Mas Agus?" tanya Anita bernada ketus lalu melanjutkan makannya.Radit pun menyalakan rokoknya lalu mengisap dan mengepulkan asapnya. "Dia selingkuhanmu, aku nggak suka kamu deket-deket dia, Nit!" "Uhukk ... uhukk ..." Anita terbatuk-batuk menghirup asap rokok suaminya yang duduk di sampingnya. Dia pun lalu bangkit berdiri. "Nggak mau, Mas. Aku suka kerjaannya bagus. Nita berangkat kerja dulu ya. Bye.""Tsskkk!" Radit berdecak kesal menatap kepergian istrinya yang kini kerap membangkang kepadanya.Saat melewati Radit di ruang makan, Agus menganggukkan kepalanya untuk m
Pertandingan sepak bola sore ini bukan turnamen sembarangan, ini adalah ajang perebutan Piala Bergilir Gubernur DKI Jakarta untuk liga bola seri C di Indonesia. Lawan tanding Harum Tanurie FC pada babak final kali ini bukan kelas ecek-ecek, juara bertahan turnamen seri C yaitu Bintaro Jaya FC."Ayo semuanya semangat, lakukan kerja sama tim yang baik karena ini kali pertama tim Harum Tanurie FC masuk babak final pertandingan sepak bola Piala Gubernur. Kalian pasti bisa menang. Berjuang!" Yan Mulyadi, manager sekaligus pelatih Harum Tanurie FC memompa semangat anak-anak didiknya dengan penuh semangat.Pasukan punggawa Harum Tanurie FC berseru kompak. "SIAP, PELATIH!"Peluit wasit ditiup panjang dan kencang menandakan pertandingan siap dimulai. Kedua kapten tim berhadapan mengadu nasib di tengah lapangan hijau berebut bola sepak pertama kali yang akan memulai pertandingan babak pertama."BUUUKKK!" Sepakan keras kaki Endro Bagaskara, kapten Harum Tanurie FC mengoper bola ke arah depan ga
Usai acara penyerahan Piala Bergilir Gubernur DKI Jakarta di podium, para penonton pertandingan final seri C petang itu akan dihibur oleh deretan artis dangdut goyang Pantura yang disponsori oleh Pemda DKI Jakarta.Agus justru buru-buru kabur ke ruang ganti atlet untuk mandi dan berganti pakaian bersih. Dia harus menjemput majikannya di Mall Plaza Senayan. Setelah mandi bersih dan wangi, ia tak lupa menyemprotkan AXE for Men, kesan pertama begitu menggoda ... slogan itu begitu melekat di benaknya hingga tak pernah lupa memakai body mist pria itu sesudah mandi."Buru-buru amat, Gus? Loe kagak nonton dangdut nih? Seru, Bro, nyesel kagak ikutan!" ujar Endro, kapten Harum Tanurie FC yang baru saja mau mandi dan berjalan ke bilik kamar mandi.Dengan segera Agus menjawab, "Jemput si cantik di mall dulu, Capt. Ntar pasti aku balik kok ke mari. Udahan dulu ya keburu bubar!"Pemuda itu berlarian menuju ke parkiran kendaraan pemain kesebelasan yang bertanding. Agus mengendarai sepeda motor Yama
Gustav Gonzales berdiri menatap piala Copa Del Rey yang berdiri tegak di rak kaca pajang di kantornya. Di dinding hall of fame ruangan itu terpajang momen-momen selebrasi kemenangan tak terlupakan yang telah dijalani oleh sang kapten Agus Sampurna.Sepuluh tahun sudah pemuda asal sebuah kampung di Indonesia membela timnya. Pria itu membawa kejayaan bagi FC Barcelona dalam setiap tetes peluh perjuangannya. Kini tiba saatnya untuk mengucap sebuah kata perpisahan dengannya."TOK TOK TOK.""Masuk!" sahut Gustav dari dalam ruang kantornya. Dia sudah menunggu kedatangan pria yang dia kasihinya selama 10 tahun belakangan, yang menjadi kesayangan Barcelonistas juga."Selamat siang, Señor Gustav," sapa Agus dengan tatapan sendu dibarengi hati yang tegar. Baginya saat ini sungguh berat, separuh jiwanya telah ada bersama Barça selama satu dasawarsa.Pria berdarah Spanyol itu bergegas mendekati Agus dan memberikan pelukan eratnya. Dia menepuk-nepuk punggung Agus dengan mata basah. Rasanya terlalu
Sebuah kejutan yang terjadi di Final Match Copa Del Rey (Piala Raja Spanyol) musim kali ini, klub FC Levante berhasil naik kelas dengan bertemu juara bertahan FC Barcelona di babak puncak perjuangan itu.Mantan kapten FC Barcelona yaitu William Aufbahn rupanya membuktikan performa terbaiknya bersama tim barunya, FC Levante. Pria asal Perancis itu bermain dengan sangat mengesankan, membuat gol-gol jitunya bersama rekan-rekannya dalam setiap pertandingan.Kekecewaannya terhadap Barça dalam hal ini mantan bosnya yang melecut semangatnya untuk bangkit. Bahkan, William Aufbahn masih belum bisa move on dengan perasaan cintanya kepada Paula Simona Gonzales, adik perempuan bos Barça yang justru menikahi striker baru asal Argentina itu yang kini merumput bersama tim Blaugrana di Barcelona.William Aufbahn sekali lagi berhadapan dengan Agus Sampurna memperebutkan bola tendangan pertama di garis tengah lapangan hijau setelah peluit wasit berbunyi."Priiittt!"Bola bergulir ke kaki Jorge Barrocel
"Pak ... mohon sedekah ... saya belum makan sejak kemarin ...," ucap Radit dengan tangan menengadah di depan kaca jendela mobil yang berhenti di lampu lalu lintas yang menyala merah.Tiba-tiba beberapa pria berseragam Satpol PP ibukota bergegas mendekat ke arah Radit dengan tatapan tak bersahabat."Hey, kamu! Dilarang mengemis di lampu merah, jangan kabur kamu! Ayo ikut ke kantor!" teriak petugas Satpol PP mengacungkan tongkat hitamnya yang keras ke arah Radit yang lari tunggang langgang menghindari kejaran Satpol PP itu.Sayangnya Radit tertangkap dan kedua petugas Satpol PP itu sudah bersiap memukulinya dengan tongkat hitam yang keras. "TIDAAAAKKKKK!!!" jerit Radit kencang yang membangunkan ketiga rekan satu selnya jelang pagi itu.Pak Untung Saripan dan Pak Bintoro Wasesa mendekati ranjang Radit lalu menepuk-nepuk badan Radit agar pria itu terbangun daru mimpi buruknya yang membuatnya sampai mengigau berteriak-teriak."Pak ... Pak ... bangun, Pak Radit!" ujar Pak Bintoro yang beru
"Hey Satria, papa kamu keren banget! Dia idolaku," ucap Jordan Ralleigh, teman sekolah Satria Sampurna di sekolah Taman Kanak-kanak di Barri Gothic."Aku juga ngefans dengan Kapten Agus, tendangannya jitu dan jarang sekali meleset dari gawang!" timpal anak yang lain.Sementara bocah yang ayahnya dipuji oleh teman-temannya itu tersenyum lebar. "Tentu saja, papaku memang keren. Larinya secepat kilat dan badannya seperti Hercules!" sahut Satria dengan bangga.Sesampainya di depan butik mamanya, Satria pun melambaikan tangannya kepada rombongan teman-teman sekolahnya yang berjalan kaki menjauh meneruskan perjalanan pulang ke rumah mereka masing-masing yang terletak tak jauh dari situ."TING." Bel pintu butik penanda ada tamu yang datang berbunyi."Mamaaa ...," panggil Satria manja lalu menubruk tubuh ramping mamanya yang cantik itu di belakang konter meja kasir.Sambil mengusap-usap kepala puteranya, Anita bertanya, "Apa sekolahnya asik, Sayang?"Bocah laki-laki kesayangan Anita itu menja
Yuni Sahara menggendong puterinya yang masih berusia 5 bulan saat menghadiri sidang vonis suaminya atas kasus suap perundangan megaproyek. "Terdakwa Raditya Poncobuwono terbukti bersalah terlibat dalam kasus suap PT. DPU, PT. SKC, PT. UBM, PT. GGA, PT. KPA. Sanksi yang akan diterima adalah sebagai berikut; denda senilai 1 milyar rupiah dan penjara selama 10 tahun. Ada pun barang bukti berupa hasil korupsi akan disita oleh negara. TOK TOK TOK!" Hakim ketua persidangan tipikor mengetuk palu 3 kali untuk mengesahkan putusan vonis untuk kasus yang menjerat Radit.Sang terdakwa yang mengenakan baju oranye pun tertunduk lesu di kursi pesakitan. Dalam benak Radit masa depannya terasa gelap, kebahagiaan yang seharusnya dia nikmati bersama istrinya yang beberapa bulan lalu melahirkan puterinya, Juwita seolah sirna.Petugas kepolisian menggelandang pria berperawakan tegap itu keluar dari ruang persidangan di antara serbuan kilat blitz kamera kuli tinta dan reporter pencari berita utama. Radit
"TING." Bunyi bel penanda ada tamu yang masuk ke butik Bohemian Twilight itu terdengar nyaring.Kepala Anita dan Claudia sontak menoleh ke arah pintu butik mereka. Keduanya pun tersenyum menyambut kedatangan kedua suami mereka masing-masing. Mereka berdua sedang melayani pelanggan yang membayar belanjaan."Terima kasih, Nyonya Anderson!" ucap Anita melepas kepergian klien langganannya.Kedua pemuda tampan berpakaian setelan jas necis itu mendekati pasangan mereka masing-masing di meja konter kasir."Hallo Liefje!" (Halo Sayangku!) sapa Pedro dalam bahasa Belanda lalu memeluk dan mengecup bibir Claudia dengan mesra.Claudia Bijlow pun bertanya, "Apa menang tadi pertandingannya, Bebe?" "Kapten dan Argentine Boy membuat gol. Barça menang lagi, Cloud," jawab Pedro santai lalu dia bertanya, "apa kau suka model rambutku yang baru?""Itu cute, Pedro," jawab Claudia terkikik geli menatap wajah suaminya yang kali ini berganti model rambut spike Harajuku, sedikit funky dan kekanak-kanakan.Sem
La Liga Espanol yang dimainkan sore ini adalah pertandingan tengah musim antara FC Barcelona versus Deportivo La Coruña di Stadion Riazor yang berkapasitas hingga 34.000 penonton. Beberapa pemain yang sudah memiliki anak menggandeng anaknya masuk ke lapangan sebelum pertandingan dimulai sambil menyanyikan lagu mars tim kesebelasan di tengah lapangan. Agus pun tak sabar menantikan Satria, puteranya bisa digandeng masuk ke lapangan hijau sebelum bertanding, pasti sangat membanggakan bila anak itu kelak dewasa dan mengenangnya.Sayangnya bayi itu masih berusia 3 bulan. Sedangkan, rekan satu timnya Pedro Van Bergen juga tengah menantikan kelahiran putera pertamanya bersama Claudia. Pasangan pengantin baru yang fenomenal Paula Simona Gonzales dan Diego Martinez juga kabarnya akan segera memiliki anak setelah menikah beberapa minggu, adik bos Barça itu hamil.Karena performa Diego Martinez yang bagus di setiap pertandingan, Senhor Jose Mourinho memilih untuk menaruh posisi pemuda Argentina
"Ouuhh ... Diego ... sube sube ... akkh!" racau señorita cantik itu meminta pemuda Argentina itu bergerak menaikkan bibirnya dari betis mulus hingga ke pangkal pahanya. (sube=naik)Permainan cinta Paula Simona Gonzales bersama pemain libero Barça itu selalu liar. Malam-malam panas di Barcelona membuat Diego Martinez terperangkap dalam gairah si nona muda adik bosnya.Tubuh kekar Diego bersimbah peluh hingga nampak seperti sehabis mandi. Dia main di atas berjam-jam dengan berbagai posisi dan Simona tak kunjung lelah melayani pemain sepak bola yang tangguh staminanya itu. "Señorita, Espero que disfrutes de nuestro amor!" (Nona, saya harap Anda menikmati percintaan kita!) Diego terengah dengan jantung berpacu memagut bibir ranum wanita binal itu yang kini tengah menindih tubuh Diego."Milikmu keras terus dan aku suka, Argentine Boy! Kupikir lebih baik kita menikah saja, kau membuatku kecanduan tubuh tangguhmu ini, Diego. Uhmm ... akkh!" Simona bergerak menghentakkan tubuhnya dengan liar
Pagi itu pesawat Malaysia Airlines yang membawa Bu Rodiyah dari Jakarta menuju ke Barcelona baru saja mendarat. Wanita desa berusia setengah abad lebih itu berusaha tetap tenang dan mengikuti panduan pramugari hingga berhasil keluar dari gerbang kedatangan penumpang internasional di Bandara International Barcelona El-Prat."Ibuuu!" sambut Anita bergegas mendekati Bu Rodiyah lalu saling bertukar cium peluk dengan ibu suaminya itu."Syukur kalau nggak nyasar, Bu! Hahaha," tukas Agus sembari tertawa berderai. Sebenarnya dia sudah cemas sedari semalam karena ibunya baru sekali pergi keluar negeri sendirian.Bu Rodiyah pun tertawa gembira dan menjawab, "Aslinya Ibu juga grogi, Gus. Di pesawat akeh londo-ne (banyak bule-nya), nggak paham omong apa. Ibu cuma senyum ngangguk-ngangguk aja kalau diajak ngomong.""Kita ke tempat tinggal Agus ya, Bu. Sini tas jinjingnya Agus bawakan saja," ujar puteranya lalu mengangkat tas berisi baju ganti yang berukuran sedang itu.Mereka bertiga berkendara de