"Rido seharusnya kamu tidak melakukan ini," ujar Arini. Dirinya tidak mau kembali disalahkan oleh orang tua Rido karena membuat mereka semua keluar dari rumah besar itu. "Seharusnya kamu tidak perlu membelaku, jadi kamu bisa tetap bekerja bersama dengan tuan Elsyam," papar Arini kembali saat mereka berempat sudah keluar dari gerbang rumah besar tersebut.
"Bagaimana aku bisa bekerja dengan orang yang tidak mempercayaiku, Nyonya?" tanya Rido. Menurutnya tidak ada gunanya ia bekerja dengan orang yang tidak memiliki rasa percaya kepada dirinya. "Rasanya sangat tidak nyaman karena dicurigai lebih baik jika aku keluar bukan?"Orang tua Rido pun, masih dalam kebingungan karena mereka semua diusir dari kediaman Elsyam. Wajah tuanya menyiratkan akan banyak pertanyaan yang terbelenggu di dalam mulut, tetapi langkah mereka tetap saja mengikuti kemanapun anaknya pergi.Mereka berempat melangkah menyusuri jalanan dengan hari yang mulai terik itu tanpa arah dan tujuan."Tolong bersihkan kamar tamu dan bawa Haruni beristirahat di sana," ujar Elsyam sebelum melangkah pergi.Haruni pun terkejut mengapa dirinya harus tinggal di kamar tamu padahal Arini sudah tidak ada di rumah ini. Ia kira dirinya akan langsung bisa tinggal di kamar utama dengan lelaki itu ternyata salah, dirinya tidak mendapatkan kamar utama lagi. Walaupun dengan enggan dirinya tetap menuruti perintah Elsyam melangkah menuju kamar tamu dibantu oleh ibu mertuanya."Pelan-pelan," ujar Bu Widuri.Elsyam juga memberikan seorang babysitter untuk menjaga Hans.Setiap hari pelayan memang selalu membersihkan kamar tamu jadi mereka tidak lama-lama lagi untuk menyiapkannya saat Haruni masuk kamar pun telah siap.Dirinya tak pernah membayangkan jika akan kembali tinggal di rumah besar ini bahkan dulu dirinya tak pernah masuk ke kamar tamu yang ukurannya cukup kecil dibandingkan dengan kamar utama. 'Sabar, sabar Haruni. Kamu tinggal menunggu saja Elsy
"Aku mau keluar dulu sebentar, ada janji dengan seseorang apakah ada yang menitip sesuatu untuk dibawa pulang?" tanya Rido. Biasanya lelaki itu selalu berpakaian rapi dengan kemeja jas dan juga celana panjang serta sepatu pantofelnya, kini penampilannya terlihat begitu santai dengan memakai kaos dan celana jeans saja.Arini dan juga bu Mawar tengah praktek untuk menu baru di outlet salad buahnya."Tidak, coba tanya Arini apakah dia ingin menitip sesuatu?" tanya Bu Mawar yang langsung mendapat gelengan dari Arini wanita itu tengah fokus dengan jagungnya karena ia ingin membuat jasuke sebagai menu andalan baru di setiap outletnya.Rido segera pamit pergi karena tidak ada yang mau menitip sesuatu kepadanya, biasanya ia menggunakan mobil kini dirinya menggunakan kendaraan umum ini gaji yang diberikan oleh Elsyam sangatlah tinggi kepadanya. Sebenarnya ia bisa saja membeli mobil ataupun rumah, tetapi tidak untuk sekarang-sekarang ini karena menurutnya dia belum
Arini terdiam sembari mengelus perutnya, mengapa di saat seperti ini justru dirinya dinyatakan hamil ada rasa senang bercampur dengan rasa sedih yang tak berkesudahan. Untung saja kartu atm-nya waktu itu ia berikan kepada Dira jadi dirinya tidak terlalu memusingkan perihal keuangan karena masih memiliki tabungan."Kak, ini ponselnya merk yang kakak inginkan," ungkap Dira.Ya, dirinya juga memang memerlukan ponsel untuk menunjang pekerjaannya apalagi sekarang dirinya tidak boleh terlalu capek dalam bekerja maka ia harus memutar otak memanfaatkan sosial media untuknya. "Terima kasih," ujar Arini. Ponsel baru beserta dengan nomor yang baru juga karena ponselnya yang dulu yang bernilai jutaan rupiah itu sengaja dirinya tinggalkan di rumah Elsyam karena itu memang ponsel milik sang lelaki.Arini langsung saja memasangkan kartu ponselnya itu dan menyalakannya, dirinya memang tidak merasa kesepian karena sudah sejak dulu dirinya sendiri dia juga sudah terbiasa ditinggalkan karena orang tuanya
"Siapa yang mengizinkanmu masuk ke kamar ini!" Elsyam sudah geram karena bisa-bisanya Haruni memasuki kamarnya dan juga Arini tanpa seizinnya sama sekali. Dirinya melihat wanita itu tengah memegang tas yang ia belikan untuk Arini. Langsung saja ia merebut tas tersebut. "Tak ada yang memberikanmu izin boleh menyentuh barang di kamar ini," ujar Elsyam tegas. Matanya telah memerah dan urat-urat pun terlihat jelas di dahinya. "El ... maaf," ujar Haruni. Padahal tadi dirinya mengira jika lelaki itu akan pulang larut malam kembali, ternyata perkiraannya salah justru Elsyam pulang cepat hari ini membuat dirinya harus tertangkap basah karena berada di kamar utama. "Aku— aku." Haruni bingung dirinya harus membuat alasan seperti apa."Siapa yang memberikanmu izin untuk masuk ke kamar ini, aku memberikanmu izin untuk tinggal di rumah ini, tetapi jangan pernah lancang kamu masuk ke kamarku!" seru Elsyam. Dirinya sudah dipusingkan dengan urusan pekerjaan karena biasanya di han
"Aku ikut, ya, hari ini karena aku ingin melihat bagaimana konsumen dengan menu-menu baru kita ini," ungkap Arini lagi. dirinya sengaja mandi gasik untuk bisa ikut dengan Dira karena kata gadis itu ada salah satu outlet yang tak pernah sepi setiap jamnya selalu saja ada yang mengantri. Maka dari itu Dira selalu membantu di outlet tersebut.Kini usia kehamilannya memasuki Minggu ke-14, tak ada keluhan yang berarti bahkan makanan apa saja selalu masuk dan tidak membuatnya mual membuat ia mudah dalam beraktivitas tak ada halangan apapun hanya saja dirinya sedikit merasa lelah."Tidak!" seru Dira. Gadis bertopi dan berpikir satu itupun menggeleng pertanda menolak permintaan Arini. "Di outlet satu sudah ada aku, Rania dan dua orang yang menjaga jadi kami tidak memerlukan bantuanmu Kak Arini lebih baik Kakak di rumah saja tunggu rumah," ungkap Dira. Dirinya tidak ingin jika Arini merasa kelelahan apalagi ia mengetahui apabila wanita itu Tengah hamil anak kembar karena banyak kasus-kasus oran
"Apa salahku sampai bayi sekecil itu pun dibuang olehmu?" tanya Arini kembali setelah dirinya duduk dan berhadapan dengan wanita bernama bu Hapsari itu. Sakit hati jelas karena dirinya tahu sejak bayi telah dibuang, apa salah dari bayi itu sampai-sampai ia ditelantarkan begitu saja di panti asuhan. "Kenapa, kenapa aku harus dibuang ke panti asuhan?" Padahal dari penampilannya saja ia tahu jika ibunya adalah orang yang berkecukupan lantas mengapa dulu dirinya dibuang? Apakah dirinya bayi yang lahir dari hasil zina ataupun hubungan gelap sampai-sampai ibunya sendiri pun tidak mau merawatnya.Bu Hapsari menetap ke arah Arini kini bayi yang dulu dirinya buang sudah menjelma seperti ia, sangat banyak kemiripan di antara keduanya walaupun tanpa tes DNA dirinya yakin jika yang ada di hadapannya itu adalah memang putrinya sendiri. "Maafkan Mama, Arini," ujar Bu Hapsari.Bahkan nama Arini Griselda pun dirinya yang memberikan, lewat sepucuk surat yang ia tulis agar bayi
"Jadi kamu sedang hamil Arini?" tanya Abraham.Arini sudah menceritakan tentang kehidupan yang sudah dirinya jalani selama ini perihal pernikahannya dengan Elsyam yang sudah berada di ujung tanduk tanpa kejelasan apapun. Walaupun bibir wanita itu tersenyum, tetapi tatapannya penuh dengan luka dan juga rasa kecewa apalagi jika dirinya harus mengingat momen-momen menyakitkan yang baru saja dilalui, luka itu masih terlalu basah untuk ia jelaskan. Namun, wanita itu mengelus perutnya pertanda jika kedua anaknya itu adalah penguat untuk dirinya. "Elsyam, tidak mempercayaiku dia justru lebih membela wanita itu wanita yang dulu melukainya bahkan dia begitu percaya kepadanya," ungkap Arini kembali.Bu Hapsari langsung saja mendekati ke arah putrinya itu, mereka semua duduk di karpet berbulu karena memang lebih nyaman seperti itu semua orang bisa berkumpul bersama. Dirinya tidak menyangka jika kisah percintaan dari putrinya itu sama seperti apa yang dulu dirinya rasakan rum
"Tuan Elsyam, bagaimana dengan pendapat Anda mengenai infrastruktur yang akan saya bangun ini apakah Anda keberatan?"Elsyam, terkejut karena selama meeting dirinya tidak pernah memperhatikan apa yang diucapkan oleh salah satu rekan kerjanya itu. Dirinya ingin menjalin kerjasama dengan sebuah perusahaan ternama karena menurutnya kesempatan emas tidak akan datang kedua kalinya. "Ya, saya setuju dengan rencana Anda, tetapi saya masih belum memahami bagaimana benefit yang akan saya terima jika saya setuju kita menjalin kerjasama Pak Abraham," ujar Elsyam. Ia bisa menanyakan hal tersebut kepada sekretarisnya.Abraham tersenyum, kini dirinya dihadapkan dengan suami sang adik, tidak menyangka sebelumnya jika orang yang akan menjalin kerjasama dengan dirinya adalah suami dari adiknya Arini tak pernah terpikirkan jika adiknya akan menikah dengan Elsyam pengusaha muda. Lelaki itu melirik ke arah jam di tangannya. "Sudah waktunya makan siang, lebih baik kita makan siang bersama dan meeting kita
"Selamat, ya," ujar Arini. Wanita itu merentangkan tangan kepada sang kakak dan juga Santira.Abraham benar-benar merasa heran dengan reaksi yang diberikan oleh adiknya itu. Walaupun demikian, dirinya tetap saja membalas ucapan selamat dari adiknya tersebut.Arini juga langsung saja memberikan pelukan kepada Santira.Bu Widuri yang sejak tadi terheran-heran dengan kehadiran wanita yang dahulu hampir saja bertunangan dengan anaknya itupun, tidak tahan lagi dan akhirnya bertanya sebenarnya ada apa semua ini.Abraham langsung saja menjelaskan semuanya, perihal peristiwa dahulu tentang penculikan Elsyam dan tentang penangkapan Yordan yang semua itu dibantu oleh Santira. Dirinya memang ingin membersihkan cap buruk tentang calon istrinya itu di mata orang-orang. Mereka hanya mampu melihat Santira yang dulu saja, padahal Santira yang sekarang sudah sangat jauh berbeda."Mungkin semua orang memiliki masa lalu buruk, tetapi semua orang juga bisa berubah. Kita hanya manusia biasa, bukan Tuhan y
Arini yang baru saja meninggalkan kursi, ia langsung berpapasan dengan kakaknya Abraham yang tengah menggendong sang putri."Kenapa maksain harus menggendong, sedangkan tangan Kakak saja masih sakit seperti ini." Arini langsung saja merebut Elea dari gendongan kakaknya, ia takut jika sakit di tangan kakaknya semakin parah dan juga dirinya takut juga sang anak terjatuh.Abraham, hanya menyengir saja walaupun tangannya memang masih sakit. Namun, dirinya sudah sangat merindukan sang keponakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya maka dirinya tadi langsung saja menggendong Elea walaupun tangannya memang masih sangat sakit. "Aku hanya merindukannya, aku ya jamin dia tidak akan jatuh kok Arini."Elsyam dan juga Ridho, tiba-tiba muncul dari belakang. Mereka berdua tengah asyik mengobrol satu sama lain. Keduanya juga langsung berhenti tepat di sisi Arini dan juga Abraham."Ada apa Sayang, kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Elsyam.Arini langsung saja menatap ke ara
Elea, gadis berpipi gembil itu tampil dengan cukup menawan. Balutan gaun putih, lalu rambut yang diikat dua benar-benar membuatnya nampak begitu seperti boneka hidup. Orang-orang yang melihat putri dari Arini itu pun mereka terlihat sangat gemas. Apalagi Elea anak itu selalu tersenyum ramah kepada siapapun orang yang menyapanya."Anaknya Pak Elsyam benar-benar sangat cantik."Arini dan juga suaminya memang tengah menghadiri sebuah acara besar tahunan. Di mana, di sana banyak sekali rekan-rekan bisnis dari Elsyam. "Sini biar aku yang gendong." Elsyam merentangkan tangannya, ia langsung saja mengambil putrinya ke dalam gendongan. Tak mungkin dirinya melepaskan Elea, di tengah-tengah keramaian seperti ini.Elea memang sering diajak untuk menghadiri acara-acara penting perusahaan dari ayahnya. Karena si kembar sudah sering menolak, mereka memiliki kegiatan lain dan lebih senang bersama dengan kakek neneknya karena selalu mau menuruti keinginan mereka berdua. Sedangkan, Elea lebih memilih
"Bagaimana keadaannya?"Arini bertanya kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya itu. Tadi memang suaminya ditelepon oleh pihak rumah sakit jika Abraham mengalami sebuah insiden kecelakaan. Mereka berdua langsung saja menuju ke rumah sakit, karena memang hanya mereka berdualah pihak keluarga dari Abraham.Dokter mencoba menenangkan Arini yang terlihat begitu panik, memang saat suaminya menjelaskan jika pihak rumah sakit menelpon dirinya karena Abraham kecelakaan. Wanita itu langsung saja menjadi begitu sangat khawatir kepada kakaknya tersebut."Pasien sudah boleh dijenguk, mungkin untuk beberapa hari ini dia hanya perlu waktu untuk istirahat saja."Arini menggangguk begitu juga dengan Elsyam mereka langsung saja memilih untuk masuk ke ruangan di mana Abraham dirawat.Wajah panik dari Arini berubah seketika menjadi masam lagi, saat melihat seorang wanita yang tengah berdiri di samping kakaknya itu.Abraham pun langsung saja menoleh ia melihat Arini dan juga suam
Setelah Arini berhasil menidurkan sang putri, yang memilih untuk bermain dengan ponselnya. Di seberang dirinya ada Elsyam yang tengah berkutat dengan laptopnya.Lelaki itu memang sudah paham bagaimana cara menangani amarah sang istri, ia memilih untuk diam karena jika dirinya terus berkata pasti hari ini akan semakin marah dan kesal saja. Dirinya yakin jika esok pagi pasti amarah dari istrinya sudah reda maka dari itu ia memilih untuk diam.Arini pun memilih untuk melihat-lihat aplikasi orange tempat di mana dirinya berbelanja bahkan 1 bulan ia bisa menghabiskan puluhan juta karena menurutnya. Lebih baik berbelanja online karena ia tidak perlu harus repot-repot datang ke toko dan memilih, mungkin bedanya jika berbelanja online kita harus sabar menunggu.Ia tidak mempedulikan tentang pesan-pesan yang dikirimkan oleh kakaknya itu. Dirinya masih sangat marah dan ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini. Maka dari itu hal ini memilih untuk diam daripada ia berkata dan just
Elsyam memegangi Arini, ia takut jika sampai istrinya itu justru berbuat yang tidak-tidak kepada kakaknya. Tatapan dari Arini benar-benar terlihat begitu murka kepada kakaknya itu, sejak tadi Ia terus saja menuntut sang kakak untuk menceritakan semuanya."Aku tidak menyangka jika selama ini Kakak bisa membohongi adiknya sendiri sampai sebegitu lamanya," ungkap Arini.Abraham yang sejak tadi terus saja diberondong pertanyaan oleh Arini pun, ia benar-benar perangainya sebagai orang yang tegas langsung sirna seketika di hadapan Arini. Memang sejak dirinya mengetahui jika Arini adalah adiknya, ia benar-benar menganggap Arini seperti ibunya sendiri, apalagi saat adiknya marah wanita itu pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.Lelaki itu sejak tadi berusaha memberikan isyarat kepada Elsyam, ia berharap jika adik iparnya itu dapat membantu.Arini masih menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menyangka jika ternyata mereka bisa menyimpan rahasia yang begitu besar, pantas saja selama ini
Abraham benar-benar merasa begitu gelisah. Sudah satu minggu, Santira mengabaikannya bahkan wanita itu tidak mau berbicara dengannya dan di kantor pun saat berpapasan bahkan Santira langsung saja membuang wajah tidak mau menatap ke arahnya.Ketukan di pintu membuat lamunan dari Abraham pun buyar, ia langsung saja menatap di mana orang yang sedang dirinya nanti sudah berada di ambang pintu."Ada apa Pak Abraham memanggil saya?" Memang seperti biasa jika di kantor Santira akan bersikap formal dan mereka pun seolah-olah tidak saling mengenal satu sama lain. Semua itu karena mereka berdua menjunjung tinggi profesionalitas saat bekerja.Abraham benar-benar sangat merindukan wanita itu, bahkan Santira pun sudah tidak mau lagi mengangkat dan membalas chat serta panggilan telepon dari dirinya. Lelaki itu langsung saja melangkah menuju pintu dan langsung mengunci pintu dari dalam, ia tidak mau lagi jika sampai Santira melarikan diri karena menurutnya sangat sulit sekali untuk berbicara dengan
Elsyam benar-benar seperti tengah mendengarkan seorang ABG yang sedang bercerita mengenai kisah asmaranya. Lelaki itu terus saja menahan tawa, mendengar cerita Abraham yang dituntut meminta kepastian oleh Santira.Dirinya juga benar-benar merasa heran kepada kakak iparnya tersebut, bagaimana bisa ia menggantungkan perasaan seorang wanita hampir 2 tahun. Padahal selama ini mereka seperti layaknya sepasang kekasih yang tengah backstreet saja karena memang tidak ada orang yang mengetahuinya selain dirinya itu.Elsyam juga memang sering mengatakan kepada Abraham agar dia mau memberikan penjelasan dan juga kebenaran ini kepada istrinya Arini, dirinya takut jika sampai Arini tahu dari orang lain justru akan marah."Oh, jadi sekarang kalian berdua sudah resmi pacaran?"Abraham melirik ke arah Elsyam dengan tatapan yang begitu aneh. Mereka berdua memang berada di ruang kerja dari lelaki itu, untung saja tadi elea menangis jadi Arini tidak ikut nimbrung bersama dan memilih untuk kembali lagi k
Walaupun Abraham sudah mengatakan jika dirinya memang mencintai Santira dan juga ingin menikahinya, tetapi tetap saja wanita itu masih merajuk kepada Abraham atas apa yang selama ini dilakukan oleh dirinya. Mungkin rumus matematika memang sulit untuk dipahami, dihafal. Namun, memahami hati wanita jauhlah lebih sulit daripada itu.Abraham benar-benar merasa sangat pusing, karena sejak pulang dari restoran itu Santira tidak memberikan jawaban apapun dan wajahnya masih sangat masam.Dirinya sudah meminta maaf berulang kali kepada Santira, tetapi tetap saja wanita itu masih kesal dan juga marah. Dirinya juga sangat merasa bingung, sebenarnya apa yang diinginkan oleh seorang wanita. Tadi Santira meminta dirinya sebuah kepastian, lalu ia sudah memberikan kepastian. Lantas di saat ia sudah memberikan jawaban apa yang diinginkan oleh Santira mengapa wanita itu justru berbalik merajuk kepadanya."Santira, kamu tahu jika aku sangat tidak suka didiamkan kenapa kamu melakukan itu?" Dirinya bukan