"Sudah mual ini," ujar Arini. Pagi ini dirinya sarapan dengan bubur ayam, dirinya terus dipaksa untuk makan oleh Elsyam dan lelaki itu yang menyuapinya. "Aku sudah kenyang Tuan," ucap Arini kembali.
"Sekali lagi ayo, aaa ...." Elsyam mengerahkan kembali sendok itu kepadanya, mau tidak mau hari ini kembali membuka mulutnya setelah suapan terakhir itu, wanita itu langsung menutup mulutnya pertanda jika dirinya tidak mau lagi dipaksa untuk makan. "Sebentar lagi papa dan mama akan datang, semalam saat diberitahu jika kamu sudah sadarkan diri mereka sangat senang," ungkap Elsyam."Jadi bu Widuri itu orang tua dari tuan kok bisa diculik bu Sekar bagaima—" Arini tidak melanjutkan perkataannya, dirinya lupa mengatakan jika ia tidak perlu mencari tahu perihal lelaki itu maka dari itu dianya langsung menghentikan ucapannya itu takut jika nanti Elsyam justru kembali membentaknya lagi hal tersebut yang akan membuat ia sakit. "Hehe, tidak jadi," ujar Arini. Wanita itu juga sangMendengar pertanyaan Arini membuat semua orang hanya menahan tawanya saja wanita itu tidak tahu jika orang yang disindir oleh tuan Alfon adalah suaminya sendiri.Elsyam sudah sangat malu mendengar hal tersebut. "Sudahlah Pa jangan bercanda seperti itu Arini juga harus banyak istirahat lebih baik kalian pulang saja sana," ungkap Elsyam."Kok, disuruh pulang sih Tuan padahal kan aku bosan di sini jika hanya berdua saja," ujar Arini. Memang benar, dirinya takut jika hanya berdua saja akan salah bicara lagi dan lagi dan akan mengundang emosi dari lelaki itu lebih baik ramai jadi tidak ada kesempatan untuk Elsyam memarahinya. Apalagi dirinya merasa senang mengobrol dengan ibu dari lelaki itu yang begitu ramah dan juga sudah seperti ibunya sendiri membuat dirinya nyaman dengan bu Widuri."Kok, kamu memanggil elsam dengan sebutan tuan Arini?" tanya Bu Widuri.Mendengar pertanyaan dari sang ibu, membuat lelaki itu langsung berdiri dan melangkah
"Arini maaf, aku hanya bercanda. Jangan serius begitulah," ungkap Elsyam. Dirinya sangat takut saat melihat Arini memasang wajah sedih."Aku mau istirahat, lelah, mengantuk," ungkap Arini. Dirinya memang tidak bisa untuk tidak merasa tersinggung jika membahas perihal ibu, karena ia tidak pernah merasakan hal tersebut. "Tuan, tidak perlu meminta maaf seperti itu aku tidak apa-apa kok," ujar Arini. Dirinya juga merasa heran padahal sudah tidak ada orang tua ataupun orang lain di ruangan ini tanda kamu tetapi mengapa sikap suaminya masih sama. Bahkan menurutnya sekarang ini Elsyam lebih banyak bicara daripada dulu.Lelaki itu terdiam, begitu juga dengan Arini wanita itu sibuk dengan ponselnya yang sudah diaktifkan ia pun langsung mengecek grup outlet salad buahnya dan ternyata masih berjalan cukup lancar karena Dira berhasil mengkoordinir semuanya dengan baik.Elsyam masih belum bisa mengatakan perihal jika istrinya itu pernah hamil, karena kejadian
Elsyam dan Arini disidang oleh kedua orang tuanya yang meminta kejelasan tentang hubungan mereka. Lelaki yang biasanya terlihat tegas dan selalu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri maupun orang lain kini hanya bisa terdiam karena ia tidak bisa berkutik di hadapan ayahnya."Iya, aku dan Arini akan kembali lagi menikah dan meresmikan hubungan kami berdua," ujar Elsyam. Lelaki itu menggenggam tangan Arini yang terlihat begitu terkejut mendengar jawaban dari dirinya. "Aku juga akan mengadakan sebuah resepsi besar-besaran, tetapi setelah sidang hukuman dari Hendri dan ibunya selesai," ungkap Elsyam kembali. Mungkin sidang keputusan akhir adalah minggu depan karena mereka sudah melewati beberapa tahap persidangan dan dirinya sangat senang karena walaupun Hendri menyewa 15 pengacara, tetapi tetap saja tidak bisa melawannya karena sudah memiliki bukti-bukti kuat."Baiklah kita serahkan semuanya kepada EO untuk mengurus gedung dan lainnya mungkin kamu tidak
"Tuan ...." Mendengar hal tersebut hari ini tidak bisa berkata-kata lagi, dirinya hanya menatap Elsyam dan mengusap pipi lelaki itu dengan lembut. Tak pernah dia sangka jika lelaki itu akan mengatakan hal yang begitu manis bahkan membuat dirinya ingin terbang."Mas, Arini bukan tuan, kamu adalah istriku bukan pelayanku," ungkap Elsyam. Dirinya memang ingin segera memperjelas tentang status dan juga perasaannya kepada Arini. Ini semua bukan karena ulah ayahnya yang menuntut ia untuk segera meresmikan pernikahan dan mengumumkan kepada semua orang jika dirinya adalah suami dari Arini. "Arini, kamu jangan berpikir yang tidak-tidak aku mengatakan ini karena orang tuaku. Ini semua murni dari isi hatiku dan aku mencintaimu," ungkap Elsyam kembali."Mas Syam?" tanya Arini. Wanita itu juga membantu sang lelaki untuk bangkit, lalu dirinya jatuh ke dalam pelukan Elsyam menghirup aroma yang begitu menenangkan dari tubuh suaminya tersebut. "Kenapa Mas Syam, mencintai
Arini dan bu Widuri baru saja sampai di kontrakan Dira. "Dulu aku tinggal di sini, ruangan ini adalah kontrakanku," ujar Arini. Dirinya bercerita tentang apa yang dirinya lewati. "Dulu, aku itu sangat kesal dengan mas Syam masa gara-gara kucingnya dia yang bernama Muchi mati aku yang bertanggungjawab. Padahal saat itu aku hanya berniat membantu saja memang benar jika hari apes itu tidak ada dalam kalender," papar Arini.Bu Widuri sangat senang mendengarkan cerita tentang awal mula pertemuan putranya dan juga Arini menurutnya awal perjumpaan mereka sangatlah unik. "Pasti, wajahnya Elsyam sangat seram ya saat itu sampai kamu mau menikah dengan dia?" tanya Bu Widuri kembali."Benar, mana lagi dia terang-terangan mengatakan jika aku adalah istri keduanya, eh setelah aku tiba-tiba diberhentikan di rumah makan terus mendaftar pekerjaan baru ternyata aku bekerja di rumah besar itu dan merawat mas Syam yang berpura-pura lumpuh untuk membongkar kebusukan antara Haruni
"Sialan!" Elsyam merasa sangat kesal saat melihat tubuhnya sudah terbalut selimut putih di ranjang hotel, dilihatnya tubuh yang berada di sampingnya Haruni ....Haruni tersenyum licik, sudah lama ia tak mendapatkan belaian seorang lelaki dan kini ia sudah mendapatkannya. Dirinya memang sengaja merencanakan hal ini, memasukkan sebuah obat ke dalam minuman Elsyam saat jamuan makan malam di sebuah restoran. Kesempatan semakin besar karena lelaki itu datang seorang diri tanpa didampingi oleh Rido.***"Rido, aku akan datang pada sebuah jamuan makan malam persiapkan saja untuk launching mall terbaru kita itu biar ini aku yang urus," ungkap Elsyam kepada asisten yang sudah sangat dirinya percaya itu."Baik." Setelah mendapatkan perintah dan dokumen lelaki itu langsung saja segera keluar dari kamar tuannya tersebut.Arini langsung saja melingkarkan tangannya di pinggang sang suami dan aku mah entahlah rasanya malam ini dirinya tidak ingin m
"Kau pasti yang merencanakan ini semua bukan? Menjebakku seakan-akan semalam kita melakukan ah sialan!" Elsyam segera bangkit dari ranjang, ia mengambil ponselnya ternyata sudah pagi.Haruni pun duduk, ia menarik selimutnya untuk menutupi dada telanjangnya itu. Dirinya pun segera bangkit, membalut dirinya dengan selimut tadi lalu mengambil ponsel. "Coba lihat, permainan kita semalam sangat panas," ujar Haruni. Memang semalam dirinya sengaja memvideokan hal tersebut, dirinya ingin menjadikan itu sebagai senjata untuk membuat Elsyam kembali lagi takluk kepadanya.Elsyam mengecek-ngacak rambutnya frustrasi, semalam yang dirinya ingat adalah saat dirinya tidak sadarkan diri, lalu terbangun sudah berada di kamar dan dia hanya mengingat wajah Arini, tetapi mengapa justru dirinya menghabiskan malam dengan Haruni. "Kamu pasti bersekongkol dengan ayahmu bukan untuk menjebakku?" tanya Elsyam. Dirinya benar-benar diliputi emosi dan juga rasa bersalah yang mendalam, mengapa se
Elsyam langsung saja mandi, setelah dirinya menggendong tubuh sang istri untuk tidur di ranjang. Setelah mandi dan dirinya memakai pakaian lengkap dia langsung berbaring di sebelah Arini memeluk tubuh wanita itu dengan. Kini rasa bingung tengah menggelayuti hati dan pikirannya, bagaimana bisa semalam dirinya melakukan hal tersebut dengan Haruni. Apakah semalam itu larangan Arini adalah sebuah firasat jika hal ini akan terjadi, mengapa dirinya mengabaikan Arini yang terus menahannya di rumah seandainya ia mau menuruti keinginan Arini mungkin malam itu tidak akan terjadi. "Maafkan aku Arini," ujar Elsyam. Dirinya semakin mengeratkan pelukan pada diri Arini yang masih terlelap.Arini yang merasa tubuhnya tertimpa, ia segera membuka mata. Dilihatnya Elsyam dengan rambut basah memeluknya dengan erat. Semalaman dirinya menunggu tanda kumat bahkan hampir satu jam bersiap, memakai pakaian baru untuk pergi jalan bersama dengan suaminya menonton di bioskop. Namun, 2 jam ber
"Selamat, ya," ujar Arini. Wanita itu merentangkan tangan kepada sang kakak dan juga Santira.Abraham benar-benar merasa heran dengan reaksi yang diberikan oleh adiknya itu. Walaupun demikian, dirinya tetap saja membalas ucapan selamat dari adiknya tersebut.Arini juga langsung saja memberikan pelukan kepada Santira.Bu Widuri yang sejak tadi terheran-heran dengan kehadiran wanita yang dahulu hampir saja bertunangan dengan anaknya itupun, tidak tahan lagi dan akhirnya bertanya sebenarnya ada apa semua ini.Abraham langsung saja menjelaskan semuanya, perihal peristiwa dahulu tentang penculikan Elsyam dan tentang penangkapan Yordan yang semua itu dibantu oleh Santira. Dirinya memang ingin membersihkan cap buruk tentang calon istrinya itu di mata orang-orang. Mereka hanya mampu melihat Santira yang dulu saja, padahal Santira yang sekarang sudah sangat jauh berbeda."Mungkin semua orang memiliki masa lalu buruk, tetapi semua orang juga bisa berubah. Kita hanya manusia biasa, bukan Tuhan y
Arini yang baru saja meninggalkan kursi, ia langsung berpapasan dengan kakaknya Abraham yang tengah menggendong sang putri."Kenapa maksain harus menggendong, sedangkan tangan Kakak saja masih sakit seperti ini." Arini langsung saja merebut Elea dari gendongan kakaknya, ia takut jika sakit di tangan kakaknya semakin parah dan juga dirinya takut juga sang anak terjatuh.Abraham, hanya menyengir saja walaupun tangannya memang masih sakit. Namun, dirinya sudah sangat merindukan sang keponakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya maka dirinya tadi langsung saja menggendong Elea walaupun tangannya memang masih sangat sakit. "Aku hanya merindukannya, aku ya jamin dia tidak akan jatuh kok Arini."Elsyam dan juga Ridho, tiba-tiba muncul dari belakang. Mereka berdua tengah asyik mengobrol satu sama lain. Keduanya juga langsung berhenti tepat di sisi Arini dan juga Abraham."Ada apa Sayang, kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Elsyam.Arini langsung saja menatap ke ara
Elea, gadis berpipi gembil itu tampil dengan cukup menawan. Balutan gaun putih, lalu rambut yang diikat dua benar-benar membuatnya nampak begitu seperti boneka hidup. Orang-orang yang melihat putri dari Arini itu pun mereka terlihat sangat gemas. Apalagi Elea anak itu selalu tersenyum ramah kepada siapapun orang yang menyapanya."Anaknya Pak Elsyam benar-benar sangat cantik."Arini dan juga suaminya memang tengah menghadiri sebuah acara besar tahunan. Di mana, di sana banyak sekali rekan-rekan bisnis dari Elsyam. "Sini biar aku yang gendong." Elsyam merentangkan tangannya, ia langsung saja mengambil putrinya ke dalam gendongan. Tak mungkin dirinya melepaskan Elea, di tengah-tengah keramaian seperti ini.Elea memang sering diajak untuk menghadiri acara-acara penting perusahaan dari ayahnya. Karena si kembar sudah sering menolak, mereka memiliki kegiatan lain dan lebih senang bersama dengan kakek neneknya karena selalu mau menuruti keinginan mereka berdua. Sedangkan, Elea lebih memilih
"Bagaimana keadaannya?"Arini bertanya kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya itu. Tadi memang suaminya ditelepon oleh pihak rumah sakit jika Abraham mengalami sebuah insiden kecelakaan. Mereka berdua langsung saja menuju ke rumah sakit, karena memang hanya mereka berdualah pihak keluarga dari Abraham.Dokter mencoba menenangkan Arini yang terlihat begitu panik, memang saat suaminya menjelaskan jika pihak rumah sakit menelpon dirinya karena Abraham kecelakaan. Wanita itu langsung saja menjadi begitu sangat khawatir kepada kakaknya tersebut."Pasien sudah boleh dijenguk, mungkin untuk beberapa hari ini dia hanya perlu waktu untuk istirahat saja."Arini menggangguk begitu juga dengan Elsyam mereka langsung saja memilih untuk masuk ke ruangan di mana Abraham dirawat.Wajah panik dari Arini berubah seketika menjadi masam lagi, saat melihat seorang wanita yang tengah berdiri di samping kakaknya itu.Abraham pun langsung saja menoleh ia melihat Arini dan juga suam
Setelah Arini berhasil menidurkan sang putri, yang memilih untuk bermain dengan ponselnya. Di seberang dirinya ada Elsyam yang tengah berkutat dengan laptopnya.Lelaki itu memang sudah paham bagaimana cara menangani amarah sang istri, ia memilih untuk diam karena jika dirinya terus berkata pasti hari ini akan semakin marah dan kesal saja. Dirinya yakin jika esok pagi pasti amarah dari istrinya sudah reda maka dari itu ia memilih untuk diam.Arini pun memilih untuk melihat-lihat aplikasi orange tempat di mana dirinya berbelanja bahkan 1 bulan ia bisa menghabiskan puluhan juta karena menurutnya. Lebih baik berbelanja online karena ia tidak perlu harus repot-repot datang ke toko dan memilih, mungkin bedanya jika berbelanja online kita harus sabar menunggu.Ia tidak mempedulikan tentang pesan-pesan yang dikirimkan oleh kakaknya itu. Dirinya masih sangat marah dan ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini. Maka dari itu hal ini memilih untuk diam daripada ia berkata dan just
Elsyam memegangi Arini, ia takut jika sampai istrinya itu justru berbuat yang tidak-tidak kepada kakaknya. Tatapan dari Arini benar-benar terlihat begitu murka kepada kakaknya itu, sejak tadi Ia terus saja menuntut sang kakak untuk menceritakan semuanya."Aku tidak menyangka jika selama ini Kakak bisa membohongi adiknya sendiri sampai sebegitu lamanya," ungkap Arini.Abraham yang sejak tadi terus saja diberondong pertanyaan oleh Arini pun, ia benar-benar perangainya sebagai orang yang tegas langsung sirna seketika di hadapan Arini. Memang sejak dirinya mengetahui jika Arini adalah adiknya, ia benar-benar menganggap Arini seperti ibunya sendiri, apalagi saat adiknya marah wanita itu pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.Lelaki itu sejak tadi berusaha memberikan isyarat kepada Elsyam, ia berharap jika adik iparnya itu dapat membantu.Arini masih menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menyangka jika ternyata mereka bisa menyimpan rahasia yang begitu besar, pantas saja selama ini
Abraham benar-benar merasa begitu gelisah. Sudah satu minggu, Santira mengabaikannya bahkan wanita itu tidak mau berbicara dengannya dan di kantor pun saat berpapasan bahkan Santira langsung saja membuang wajah tidak mau menatap ke arahnya.Ketukan di pintu membuat lamunan dari Abraham pun buyar, ia langsung saja menatap di mana orang yang sedang dirinya nanti sudah berada di ambang pintu."Ada apa Pak Abraham memanggil saya?" Memang seperti biasa jika di kantor Santira akan bersikap formal dan mereka pun seolah-olah tidak saling mengenal satu sama lain. Semua itu karena mereka berdua menjunjung tinggi profesionalitas saat bekerja.Abraham benar-benar sangat merindukan wanita itu, bahkan Santira pun sudah tidak mau lagi mengangkat dan membalas chat serta panggilan telepon dari dirinya. Lelaki itu langsung saja melangkah menuju pintu dan langsung mengunci pintu dari dalam, ia tidak mau lagi jika sampai Santira melarikan diri karena menurutnya sangat sulit sekali untuk berbicara dengan
Elsyam benar-benar seperti tengah mendengarkan seorang ABG yang sedang bercerita mengenai kisah asmaranya. Lelaki itu terus saja menahan tawa, mendengar cerita Abraham yang dituntut meminta kepastian oleh Santira.Dirinya juga benar-benar merasa heran kepada kakak iparnya tersebut, bagaimana bisa ia menggantungkan perasaan seorang wanita hampir 2 tahun. Padahal selama ini mereka seperti layaknya sepasang kekasih yang tengah backstreet saja karena memang tidak ada orang yang mengetahuinya selain dirinya itu.Elsyam juga memang sering mengatakan kepada Abraham agar dia mau memberikan penjelasan dan juga kebenaran ini kepada istrinya Arini, dirinya takut jika sampai Arini tahu dari orang lain justru akan marah."Oh, jadi sekarang kalian berdua sudah resmi pacaran?"Abraham melirik ke arah Elsyam dengan tatapan yang begitu aneh. Mereka berdua memang berada di ruang kerja dari lelaki itu, untung saja tadi elea menangis jadi Arini tidak ikut nimbrung bersama dan memilih untuk kembali lagi k
Walaupun Abraham sudah mengatakan jika dirinya memang mencintai Santira dan juga ingin menikahinya, tetapi tetap saja wanita itu masih merajuk kepada Abraham atas apa yang selama ini dilakukan oleh dirinya. Mungkin rumus matematika memang sulit untuk dipahami, dihafal. Namun, memahami hati wanita jauhlah lebih sulit daripada itu.Abraham benar-benar merasa sangat pusing, karena sejak pulang dari restoran itu Santira tidak memberikan jawaban apapun dan wajahnya masih sangat masam.Dirinya sudah meminta maaf berulang kali kepada Santira, tetapi tetap saja wanita itu masih kesal dan juga marah. Dirinya juga sangat merasa bingung, sebenarnya apa yang diinginkan oleh seorang wanita. Tadi Santira meminta dirinya sebuah kepastian, lalu ia sudah memberikan kepastian. Lantas di saat ia sudah memberikan jawaban apa yang diinginkan oleh Santira mengapa wanita itu justru berbalik merajuk kepadanya."Santira, kamu tahu jika aku sangat tidak suka didiamkan kenapa kamu melakukan itu?" Dirinya bukan