Tadinya Naka mau mengantarkan Ivanka kontrol, tapi karena Lika menawarkan diri makanya dia memilih tidak ikut, dengan alasan ada meeting mendadak.Naka hanya tidak mau ada kekakuan diantara mereka bertiga, walau Ivanka mengatakan ikhlas, siapa yang tahu hati seseorang.“Ditemani Lika ya. Aku pergi dulu.” Dengan cepat Naka pamit, tanpa bersentuhan dengan keduanya.Lika meringis, biasanya dia di sun. Ini tidak, ah mungkin karena ada Ivanka.“Buru-buru sekali,” ucap Ivanka pelan.Lika mengajak Ivanka berangkat ke rumah sakit, tentu ditemani Suster Mirna juga.Di dalam mobil yang melaju menuju rumah sakit, suasana menjadi hening. Lika duduk di samping Ivanka, mencoba menawarkan senyum penuh dukungan meski hatinya gundah. Ivanka, yang wajahnya pucat pasi, hanya menatap lurus ke depan, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang bersarang dalam dirinya. Di antara deru mesin, sesekali terdengar batuk halus dari Ivanka yang semakin membuat Lika merasa tidak berdaya."Kak Iva, kamu mau dengarkan
Mata Naka berbinar saat melihat kotak hadiah yang diulurkan oleh Ivanka. Dengan hati penuh haru, ia membuka kotak tersebut dan menemukan sebuah dasi yang elegan."Terima kasih," ucapnya dengan suara yang bergetar, menerima hadiah itu dengan penuh penghargaan.Ivanka, yang berbaring di ranjang, tersenyum lebar, kebahagiaan terpancar dari wajahnya. "Aku suka lihat kamu pakai dasi, makin ganteng," candanya ringan, mencoba mengalihkan pikiran dari rasa sakit yang seringkali menghantui.Naka mengangguk, senyumnya semakin menghangatkan ruangan, lalu dengan lembut menanyakan, "Tadi di dokter gimana, kemonya?" Kecemasan tersembunyi di balik pertanyaannya, mencerminkan kekhawatiran yang mendalam untuk sang istri.Ivanka menghela napas, sebelum menjawab dengan suara yang mencoba terdengar ceria, "Lancar, kata dokter aku sudah sehat. Lika yang mengatakan itu dari dokter," katanya, berusaha menenangkan hati suaminya. Namun, Naka bisa melihat ada kilauan lain di balik mata Ivanka, sesuatu yang leb
Ceklek..Deg..Ah Naka mau pingsan. Rasanya darah langsung naik ke kepala, melihat Lika hanya mengenakan handuk saja. Lupa bawa baju ganti, makanya keluar hanya dengan handuk saja.“Sayang,” panggilnya, mendesah.Melihat Lika ya ampun, dapat ide darimana keluar hanya mengenakan handuk didepan singa yang selalu kelaparan itu.Handuk sebatas paha, dengan perut yang sudah terlihat membesar.Auw seksi sekali ..Bagian dadanya ditutupi handuk itu, Naka lihat menyembul keluar.“Kenapa mas?” tanya Lika, heran.Naka tersenyum nakal. Matanya mengerjap, tanda dia ingin menubruk tubuh istrinya.Oh Anulika Gasendra.. Menggoda sekali..“Sini sayang,” panggilnya.“Ih, aku mau pakai baju ah.” Lika menolak, nanti dia masuk angin kalau tidak cepat pakai baju. Malah dipanggil suaminya, mau apa sih.“Nggak usah, sayang.”“Mas, jangan nakal deh!” seru Lika, pelan tapi tegas.Jangan bilang suaminya mau nganu. Jangan gila dong, ada Ivanka dirumah ini. Tidak mau Lika, mungkin lebih tepatnya tidak enak. Lika
“Sial!” umpat Naka ketika melihat rekaman video yang ramai di sosial media.Ketika Sarah melabrak dirinya dan Lika, dengan mengatakan perebut suami kakaknya. Sontak saja, video itu ramai dan jadi perbincangan khalayak. Ternyata kejadian itu ada yang merekam dan menyebarkannya. Bukan hanya Naka yang cemas, Lika juga begitu.Dikamar Ivanka, dia melihat dengan tangan yang gemetar. Ivanka berusaha menenangkan Lika, karena tahu itu perbuatan adiknya, Sarah.“Tenang Lika, Kak Iva yakin Naka akan mengurusnya,” ucap Ivanka mengenggam tangan Lika.Lika hanya terdiam, bagaimana ini. Jika sudah tersebar maka semua akan tahu, dan potensi sang mama yang berada di Bandung juga pasti akan tahu. Sedangkan mamanya saja tidak tahu akan keadaan Lika sekarang.“Nona, ada Pak Naka.” Laporan dari pelayan membuat Lika langsung berlari turun ke bawah.Begitu menemukan sang suami disana, Lika langsung menghambur ke pelukan Naka.“Mas,” panggilnya.“Sayang jangan lari!” pekik Naka, khawatir dengan kehamilan sa
Padahal Naka sudah mengatakan tidak lagi mau menerima Adela dan putrinya, Sarah di kantornya. Tapi tetap saja mereka maksa datang, pasalnya mereka datang bersama sang mama, Nyra Gasendra yang tidak mungkin diusir Bara. Minta dipecat asisten Naka itu kalau berani mengusir Nyonya besar.“Aku sedang sibuk!” ketus Naka.Nyra berdecak, anaknya ini pembangkang sekali.“Sayang, Adela dan Sarah hanya mengatakan sesuatu,” tahan Nyra Ketika Naka hendak mengusir mereka.“I-iya Naka, mama hanya ingin meminta maaf atas nama Sarah,” selak Adela, menarik putrinya untuk meminta maaf.Sarah yang masih kesal, mau tak mau meminta maaf soal kejadi dia melabrak Naka dan Lika di sebuah restoran, dan menjadikan kejadian itu direkam orang lalu viral.“Naka.. A-aku, aku minta maaf sama kamu atas perbuatanku waktu itu. Tapi sungguh, bukan aku yang merekam atau memviralkannya,” jelas Sarah, menjelaskan agar dimaafkan.Adela dan Sarah memohon agar Naka memaafkan mereka, ternyata dampak dari kejadian itu adalah N
Benedito Gasendra merasakan kepalanya berdenyut, ketika Nyra tanpa ekspresi memberikan alasan mengapa ia memilih Sarah sebagai calon istri Naka. Ruangan itu terasa begitu sesak bagi Ben. "Dimana empatimu, Nyra? Sarah itu adik Ivanka!" teriak Ben, suaranya bergema di dinding-dinding rumah mereka yang luas.Nyra menundukkan kepala, rambutnya yang panjang menutupi sebagian wajahnya yang masih bugar meski sudah berusia senja. Dia telah membuat janji dengan Adela, sahabatnya, untuk menjodohkan Naka dengan Sarah. Namun, keadaan menjadi rumit ketika Naka diam-diam menikah lagi dengan Lika, yang kini sedang mengandung anak pertama mereka."Aku tidak suka gadis itu, Ben. Dia hanya mengincar harta Naka," ucap Nyra dengan nada tegas, matanya tak berkedip menatap suaminya."Lalu bagaimana dengan Adela? Apa mereka tidak juga mengincar harta kita?" sindir Ben, rasa frustrasi terpancar dari setiap kata yang diucapkannya.Ben bertekad, tak peduli apa yang dikatakan Nyra, Lika akan tetap menjadi istri
Papa Ben dan Naka menatap tajam pada sang mama, Nyra, yang mereka duga mengundang Adela dan Sarah dalam makan malam ini. Seharusnya, ini penyambutan untu Anulika sebagai istri dari Naka dan kehamilan Lika.Sayangnya, dua tamu itu dengan tidak tahu malunya ikut serta bersama mereka. Tidak mungkin juga Ben mengusirnya, mereka masih besan juga.“Kami senang bisa ikut makan malam ini, Ben. Selamat datang kembali.” Adela dengan ramahnya berkata pada sang besan.“Ya tentu saja, aku merayakan ini untuk menantuku. Yes, kedua menantuku, Ivanka dan Lika,” kata Ben santai.Adela tersenyum pahit, Nyra memang sudah mengatakan maksud dan tujuan makan malam ini.“Ah iya, Ivanka memang anak yang baik. Aku lihat Naka begitu memuja dan mencintai Ivanka, mengurusnya meski putriku sedang sakit,” ucap Adela, dan dia mengarahkan pandangannya pada sang menantu. “Terima kasih, Naka.” Adela tersenyum manis sekali.Naka tertawa getir, manis sekali mulut mertuanya ini.“Tentu aku akan selalu merawatnya. Karena
Lika terasa seperti bayang-bayang saat melangkah masuk ke toko pakaian hamil bersama Naka. "Aku berasa kaya istri simpanan, mas," gumamnya dengan suara serak, penuh kekhawatiran. Naka memandangnya dengan mata yang menyala, "Kamu istri aku, sayang," katanya tegas, mencoba menenangkan.Di mall, tatapan orang-orang tampak biasa saja, namun dalam benak Lika, setiap bisikan dan pandangan terasa menghakimi. Jantungnya berdegup kencang, pipinya merona, tanda rasa minder yang mendalam. Naka menyentuh bahunya, memberikan kekuatan melalui sentuhan hangatnya.Tidak ada yang tahu dia istri kedua, hanya saja Lika sudah merasa insecure duluan.“Sayang, jalannya yang benar ah,” ujar Naka karena Lika yang malas-malasan.Mereka mau beli baju hamil, karena perut Lika makin membesar. Sudah tidak ada yang muat, tadinya mau Lika sendiri. Tapi suaminya memaksa menemani, terpaksa ia mengiyakan. Mana dulu Naka mau ke mall, hanya untuk belanja baju. Hanya dengan Lika, dia seolah mendobrak semua aturan dalam h
Dug!Dug!Huaaaaaaa… “Mamiiiii…” jerit Galaxy saat galen menggetuk kepalanya dengan mainan.Lika menghela napas penuh kesabaran, si kembar berantem lagi. Namanya anak laki-laki, bermainnya selalu adu fisik memang.Merasa jantungnya berhenti sejenak melihat Gala dan Galen, anak kembarnya yang berusia dua tahun, saling dorong dan terjatuh bersamaan. Dari kejauhan, tangis mereka menggema, memecah kesunyian sore itu. Mama Nyra, yang baru tiba langsung mendengar keributan itu. Dari pintu masuk ia bergegas mencari sumber suara."Kenapa ini?" tanya Mama Nyra seraya memisahkan kedua cucunya yang masih saling tarik.Gala, dengan mata berkaca-kaca, menunjuk ke arah mainan truk kecil yang tergeletak di antara mereka. "Galen ambil mainan Gala, Oma!" ujarnya dengan suara terisak.Sementara Galen, yang juga tidak kalah sedihnya, menggenggam erat mainan itu. "Tapi Gala yang mulai, dia yang dorong Galen dulu!" sahutnya, mencoba membela diri.Mama Nyra menghela napas, hatinya terasa berat melihat cucu
Degh!Lika menggenggam lengan kemeja Naka dengan erat, matanya menyala seakan bisa membakar apa saja yang dilihatnya. Noda lipstik merah di kain putih itu seperti bukti pengkhianatan yang tidak bisa dipungkiri.“Mas…!” teriaknya memanggil sang suami yang sudah merebahkan diri di ranjang. Habis pulang bekerja, main dengan anak lalu masuk kamar.Naka kaget, ia kira istrinya jatuh di kamar mandi. Dengan berlari Naka menemui sang istri yang ternyata sudah ada di hadapannya.“Kenapa sayang, kamu kenapa?” desah Naka khawatir.Lika manyun, kesal sekali hati ini."Mas selingkuh ya? Siapa ini? Kenapa ada lipstik di kemeja kamu?" suaranya meninggi, penuh tuduhan.Naka terpaku, kebingungan menyelimuti wajahnya. Dia memandangi kemeja yang ditunjuk Lika, sama terkejutnya.Hah!Kenapa ada noda merah di bagian lengan kemejanya.“i-ini..”“Nggak ngaku? Tega kamu, mas!” pekik Lika.Naka menarik kemeja itu, melihat dengan seksama. "Sayang, aku nggak tahu noda ini darimana," katanya, suaranya mencoba me
Naka melingkarkan tangannya di pinggang sang istri, kemudian mengecupi leher jenjang Lika yang terekpose sempurna. Karena wanita itu hanya mengenakan dress hamil model kemben.“Senang kan?” tanya Naka memeluk istrinya dari belakang.Lika yang sedang mengeluarkan pakaian dari koper hanya bisa mengangguk dan melenguh dengan mesra.“Mandu dulu sana,” kata Lika lembut.Namun Naka menolak, dia hanya mau mandi Bersama istrinya. “Mandinya sama kamu,” bisiknya dan mengulum daun telinga Lika dengan penuh perasaan.“Mas ih, katanya dinas. Kok malah mesum sama aku sih,” ketus Lika berpura-pura. Naka tertawa, dia memang sengaja mengajak istrinya ke Bandung menemaninya dinas.Lika akan di dalam hotel, sedangkan Naka dengan pekerjaannya. Tidak begitu sibuk, makanya dia bisa mengajak Lika. Naka diminta jadi pembicara di sebuah seminar dan Naka juga akan melakukan pertemuan dengan klien bisnis di Bandung.“Mesum sama istri sendiri boleh banget,” kata Naka lagi, dekat sekali sampai Lika bisa merasakan
Ternyata wanita kalau sedang cemburu, terus saja cemberut. Dari Bali sampai Jakarta, rasa cemburu itu tetap dibawa Anulika. Meski Naka sudah berulang kali menjelaskan siapa Martha.Naka mencoba menggenggam tangan Lika yang terlipat di atas meja makan, namun Lika segera menariknya kembali. Wajahnya masih memendam amarah, bibirnya menggigit erat tanpa berkata-kata. "Sayang, cemburu itu wajar, tapi kita harus berbicara," ucap Naka dengan lembut, mencoba mencairkan suasana.“Habis klien kamu cantik,” ketus Lika.Naka menghela napasnya, namun terselip senyum tipis di bibirnya. Dicemburui, artinya kita dicintai. Dan Naka menyukai itu, ia selalu suka ketika Lika cemburu padanya. Menandakan bukan hanya dia yang cinta, tapi istrinya juga.“Tetap saja, tidak ada yang mengalahkan istri aku,” puji Naka.Dipuji malah makin manyun, “Kenapa lagi?”“Kalau kamu tergoda gimana, mas?” Suaranya bergetar, rasa cemburu dan ketakutan bercampur menjadi satu. Naka menghela napas, menatap istrinya yang sedang
Lika membuka pintu kamarnya yang mengarah ke balkon cottage, ia hendak keluar untuk makan pagi. Namun, ia menjadi kaget melihat sekian banyak bunga yang menghiasi. Sisi kiri kanan dihias bung-bunga indah yang hidup, aromanya terasa menyegarkan di hidung Lika.Lika memindai kesegala arah, kenapa jadi sepi. Kemarin banyak pelayan, karena ia tahu mama mertuanya tidak bisa hidup tanpa pelayan.Deg!Lika menunduk, dia melihat banyaknya kelopak bunga mawar merah di lantai, seperti tertarah ke suatu tempat.‘Ini ada apa sih?’ tanya hatinya, sedikit cemas.Lika terus berjalan, tujuannya malah pintu keluar. “Halo,” panggilnya pada siapa pun yang ada di dalam cottage.Jantungnya berdegup kencang, bertanya-tanya siapa yang mungkin melakukan ini. Dia berjalan menuju ruang tamu, dan napasnya tertahan. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma mawar putih, bunga kesukaannya, dan banner besar bertuliskan "Selamat Ulang Tahun, Istriku.. Anulia!" tergantung di dinding.Lika mengusap matanya, tidak percaya den
Lika bimbang, dia diajak pergi mertu ke Bali. Senang sekali, memang maunya jalan-jalan. Tapi Naka tidak bisa ikut, kata Mama Nyra, Naka akan ada pekerjaan di luar kota.“Tidak apa, sayang. Nanti kalau sudah selesai aku bisa nyusul,” kata Naka meredakan ketegangan antara mereka.“Kalau nggak bisa?” tanya balik Lika.“Yaa, kita ketemu di rumah,” kekehnya merasa geli dengan pertanyaan Lika.“Aku di Bali palingan tiga hari, mas. Masa enggak bisa nyusul sih?”Naka menghela napasnya, istri sudah mulai merajuk minta jalan-jalan. Naka tahu ini keinginan si baby. Karena baby ketiga ini, sering kali membuat maminya menjadi absurd.“Kamu tahu aku ingin sekali. Bersenang-senanglah sayang, ada mama dan si kembar.”Lika manyun, Naka tertawa geli dan menarik istrinya ke dalam pelukannya. “Jangan begini, belum pisah aja aku udah rindu,” kekeh Naka.“Aku maunya sama mas Naka.” Naka suka lemah kalau istrinya sudah merajuk manja seperti ini. Berasa sang istri tidak bisa berpisah jauh dengannya saja.Nak
Bumil ngidam maunya jalan-jalan terus, tapi bagaimana. Naka sedang sibuk-sibuknya di kantor, banyak pekerjaan. Apalagi beberapa bulan lalu, Naka sempat On-Off bekerjanya. Maklum sedang sindrom kehamilan, jadi selalu mual yang membuatnya tidak nyaman.Kalau meeting dengan beberapa klien yang menggunakan parfum segala rupa, makin-makin terasa mual perutnya. Daripada tidak enak, yang berujung sikap tidak sopan. Naka memutuskan cuti dua minggu, digantikan oleh Papa Ben yang merengut karena harus kembali bekerja.Tapi ketika Naka menjanjikan jika si kembar boleh diajak ke Belanda, Papa Ben langsung semangat. Mau mengenalkan beberapa Sejarah keluarga pada si kembar, Papa Ben. Tapi belum dapat izin dari putranya, karena merasa Gala dan Galen masih terlalu kecil untuk terbang jauh.“Mas kerja lagi?” tanya Lika dengan wajah sendunya.“Iya sayang, banyak banget lagi meetingnya.”“Kapan jalan-jalannya?”“Bukannya kemarin sudah jalan sama Mama Nyra ke mall?” Lika memang izin jalan sama Naka, tapi
Hari itu, ruangan klinik kandungan dipenuhi dengan rasa harap dan cemas. Naka memegang tangan Lika dengan erat saat mereka menunggu hasil USG. Cahaya lembut dari layar monitor memantulkan bayangan kecil yang bergerak-gerak, sebuah tanda kehidupan baru yang sedang tumbuh. Mata Lika berbinar, senyumnya merekah saat dokter mengonfirmasi bahwa ia hamil empat minggu."Kembar lagi tidak, Dok?" tanya Naka penuh harap, mengingat kenangan manis saat mereka dikaruniai anak kembar sebelumnya.Sayangnya, dokter menggeleng, "Untuk saat ini hanya satu, Pak Naka."Kekecewaan sejenak terlukis di wajah Naka, namun segera digantikan oleh senyum tulus. Satu atau dua, setiap kehadiran anak adalah berkah yang tak terhingga.Namun, ada hal lain yang mengusik Naka. Belakangan ini, ia sering merasa mual dan bahkan muntah. Ia mencurahkan perasaannya pada dokter yang memeriksanya dengan seksama."Ah, ini wajar, Pak Naka. Anda terkena sindrom kehamilan, sering terjadi pada suami yang sangat mencemaskan istrinya
Lika memegang tangan Naka yang tampak pucat di atas ranjang sederhana mereka. suaminya sudah pulang dari rumah sakit, tidak dilakukan rawat inap. Dokter menyatakan suaminya kelelahan saja, lambung semua organ tubuh sudah dilakukan pengecekan dan aman.Keningnya berkerut ketika melihat suaminya itu muntah lagi. Naka hanya bisa meringis, mencoba menahan rasa mual yang tak kunjung reda. Ruangan itu seketika dipenuhi aroma parfum si kembar yang bermain di sudut kamar, membuat Naka mengerang pelan.“Nyengat banget sih Yang, si kembar parfumnya,” desis Naka."Mas, sakit apa sih?" Lika mengusap punggung Naka perlahan, suaranya terdengar bergetar karena kekhawatiran.Naka mencoba tersenyum lemah, "Aku nggak tahu,sayang. Tapi aku merasa lebih baik kalau kamu di sampingku." Ucapannya terhenti ketika mual datang lagi, memaksanya untuk menutup mulut dengan tangan.Lika semakin frustasi, matanya berkaca-kaca melihat suaminya yang tak kunjung membaik. Si kembar, yang sejak tadi asyik dengan permain