Share

Bab 170

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2025-02-03 19:32:08

"Bukan apa-apa, Mas. Aku cuma salah ngomong," sahut Arumi gagap.

Sedangkan Alan tersenyum kecut, seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Arumi. Laki-laki itu, kini menatap Arumi dengan tatapan nyalang.

Arumi kian gugup, dia memilih diam dengan perasaan campur aduk. Dia masih berharap ada sedikit celah untuk memperbaiki pernikahannya dengan Alan, laki-laki yang sudah mengarungi rumah tangga dengannya selama belasan tahun.

Namun, setelah lebih dari satu jam berbicara di hadapan mediator, semuanya terasa sia-sia. Alan tetap pada pendiriannya, ingin bercerai. Tidak ada kompromi, tidak ada celah untuk bertahan.

Arumi menghela napas panjang, menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. Dia mencoba menahan air matanya, tetapi hatinya terasa begitu berat. Inilah akhirnya. Harapan yang tersisa kini sirna.

"Baik, setelah sesi mediasi ini, kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada kesepakatan untuk mempertahankan pernikahan. Apakah kalian berdua yakin dengan keputusan ini?"

"Mas, ini benar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
eni mbojo
buat rain lebih kaya dari mantan suaminya, biar Arumi nahagia
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 171

    Pak Rama menarik napas panjang, menggenggam jemari tangan Arumi dengan lembut."Papa tahu, ini pasti membingungkan dan berat untukmu. Mama kamu sedang berjuang melawan penyakit yang tidak terlihat."Nada bicara Pak Rama terdengar bergetar, rasanya berat untuk menjelaskan keadaan Bu Dahlia. Namun, dia sadar, cepat atau lambat, Arumi pasti tahu keadaan ibunya."Apa maksud Papa?" sahut Arumi yang tak mengerti dengan perkataan Pak Rama. Ingin rasanya menolak praduga yang sedari tadi berkecamuk di dalam dada."Mama kamu mengalami tekanan mental, sampai menggangu kejiwaannya.""Maksud Papa, Mama ...."Arumi tak melanjutkan perkataannya. Wanita itu, tampak begitu syok. Seolah tahu maksud Arumi, Pak Rama pun menganggukkan kepalanya.Sebenarnya, Pak Rama pun tidak tega harus mengatakan ini pada Arumi, yang pasti mentalnya sedang tidak baik-baik saja, karena perceraian yang sedang dia jalani."Nggak, nggak mungkin ....""Arumi, kamu juga sebenarnya sudah menyadari perubahan Mama kamu, 'kan? Seb

    Last Updated : 2025-02-04
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 172

    Di Sisi Lain ....Setelah Arumi keluar dari ruang mediasi, Alan masih berada di ruangan tersebut, bercakap-cakap dengan tim kuasa hukumnya.Hingga beberapa saat kemudian, setelah dirasa cukup berdiskusi, Alan bangkit. Lalu, dengan langkah yang terasa lebih ringan dari sebelumnya dia berjalan keluar dari ruangan tersebut.Udara yang dia hirup, terasa lebih segar, seolah dunia baru saja membuka lembaran baru untuknya. Proses mediasi yang beberapa saat lalu membebani pikiran akhirnya selesai, dan Alan tidak bisa menyangkal rasa lega yang memenuhi dada, ketika Arumi akhirnya menyetujui perceraian tersebut.Alan benar-benar bahagia, bisa lepas dari Arumi. Namun, bukan berarti dia tidak menghargai masa lalu. Ada waktu-waktu indah, ada kenangan yang pernah dia bangun bersama, tapi hubungannya, dan Arumi sudah terlalu lama menjadi ladang pertengkaran, yang juga diwarnai dengan ketidaksetiaan masing-masing pasangan.Setiap percakapan berubah menjadi perdebatan, setiap keputusan terasa seperti

    Last Updated : 2025-02-05
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 173

    Beberapa saat kemudian, Alan sudah sampai di rumah sakit. Kala itu, hujan masih turun dengan derasnya.Dengan langkah cepat, dia berjalan di koridor, diiringi senandung merdu rintik hujan yang membasahi atap rumah sakit. Napasnya tersengal, bajunya sedikit basah karena cipratan air hujan, tapi dia tidak peduli. Untuk saat ini, dia hanya ingin menemui Kanaya secepatnya.Alan benar-benar rindu pada kekasihnya itu, meskipun baru berpisah sebentar saja. Entah mengapa, sejak Kanaya kecelakaan, Alan tak bisa pergi terlalu lama dari Kanaya.Alan seolah masih trauma, dan takut, meninggalkan Kanaya terlalu lama, karena kecelakaan itu, hampir saja membuat dirinya hampir saja kehilangan Kanaya untuk selama-lamanya.Alan berjalan dengan langkah terburu-buru. Begitu tiba di depan pintu kamar, dia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan emosi yang berkecamuk di dada, seolah ingin meluapkan rindu yang dia pendam.Perlahan, dia membuka pintu dan melihat Kanaya yang sepertinya sedang tidur d

    Last Updated : 2025-02-06
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 174

    "Aku penasaran sama berita itu deh, aku boleh liat pemberitaan tentang Kak Arumi di TV, nggak, Mas?" tanya Kanaya, yang tak leluasa jika melihat berita tersebut dari ponsel Alan."Nggak sayang, aku nggak mau sesuatu terjadi sama kamu. Keadaan kamu masih gini, kalo tiba-tiba kamu sakit kepala gimana?"Alan memasang wajah galak. Jujur saja, dia khawatir jika di televisi, masih ada pemberitaan buruk tentang dirinya, dan Kanaya. Alan tak mau hal tersebut mengganggu psikologis Kanaya, yang saat ini sedang dalam masa pemulihan."Mas, please. Aku janji ga bakalan masukin ati sama pikiran kalo liat berita itu. Selama satu minggu ini, aku kayak hidup di gua. Ngga tahu tentang berita apapun di luar sana. Padahal, aku juga bisa kok filter berita, tanpa baca komentar netizen juga. Please, boleh ya ...."Alan hanya menghembuskan napas panjang, belum menyetujui permintaan Kanaya."Mas please. Katanya cinta ...."Rengekan, serta raut wajah Kanaya yang menggemaskan, akhirnya membuat Alan luluh."Ya u

    Last Updated : 2025-02-06
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 175

    Malam itu, suasana cukup tegang. Pak Rama menatap Rain dengan penuh kecurigaan. Sedangkan Rain, tetep kekeuh pada pendiriannya, jika dia sama sekali tak pernah berbuat hal yang dituduhkan Pak Rama."Anda tidak tahu seberapa banyak rasa sakit yang pernah saya derita karena mencintai putri Anda. Saya nggak mungkin berbuat seperti itu, Pak Rama."Rain tetap berusaha menghormati, meskipun sebenarnya merasa terpukul dengan tuduhan itu. Namun, ia tahu bahwa diam saja bukan pilihan. Dengan suara tenang, ia berusaha membela dirinya tanpa memperkeruh keadaan."Lalu siapa? Di foto yang tersebar, jelas sekali foto tersebut bersifat pribadi, dan sudut pengambilannya pun dari sudut pandangmu, bukan orang lain. Jadi, siapa lagi yang melakukan kalau bukan kamu?""Maaf, Pak, saya akui, foto-foto itu memang saya yang memilikinya. Namun, saya sama sekali tidak pernah melakukan itu. Saya tahu, kondisi Arumi sedang terpuruk, saya tidak mungkin berbuat hal seperti itu padanya.""Nggak usah kebanyakan alas

    Last Updated : 2025-02-07
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 176

    Keesokan Harinya ....Langit di luar jendela kamar rumah sakit tampak begitu cerah, udara di luar sana terasa begitu panas, hingga membuat Alan malas keluar dari kamar perawatan Kanaya. Meskipun saat ini gadis itu sedang tidur siang.Alan duduk di kursi samping ranjangnya, sesekali menggenggam tangan Naya yang terasa lebih dingin dari biasanya. Tepat di saat itulah, ponsel Alan berbunyi.[Ya halo.][Dengan Tuan Alan?][Iya benar.][Tuan, hasil tes DNA yang Anda ajukan sudah keluar hasilnya. Anda boleh mengambilnya sekarang juga.][Iya, terima kasih banyak.]Alan kemudian mengecup kening Kanaya yang saat ini sudah tertidur. "Aku keluar sebentar, Sayang."Tak berapa lama, Alan pun sudah sampai di depan laboratorium."Selamat siang, saya mau mengambil hasil tes DNA, atas nama Kenan," sapa Alan pada seorang staf rumah sakit, yang berada di depan laboratorium."Anda Tuan Alan?"Alan mengangguk cepat, menelan ludah yang terasa begitu kering. "Silahkan masuk ke ruang laboratorium."" Baik, t

    Last Updated : 2025-02-07
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 177

    Kanaya yang penasaran, lalu mengambil kertas yang dibawa oleh Alan yang dia letakkan begitu saja di samping tubuhnya. Kanaya lalu membaca kertas itu, dan betapa terkejutnya dia saat membaca kertas tersebut.Kanaya tampak menutup mulutnya sambil melirik Alan yang saat ini masih terisak. Kanaya paham, ditampar kenyataan sepahit ini pasti sangat menyakitkan.Rasanya memang tidak mudah menghadapi kenyataan tak terduga yang membuat hati Alan hancur berkeping-keping.Alan tak menyangka jika rumah tangganya selama ini, ternyata seperti sebuah lelocon yang membuat dirinya terlihat bodoh.Hasil tes itu seperti palu yang menghantam jiwanya, meremukkan segala kebanggaan yang selama ini ia genggam. Lima tahun lebih ia merawat, menyayangi, dan membesarkan Kenan dengan penuh kasih. Air matanya jatuh, bukan karena marah, tapi karena hancur. Ia bukan sekadar kehilangan status sebagai ayah, tapi kehilangan makna dari setiap pengorbanannya.Alan tahu, dalam menjalani rumah tangga mereka dulu, Arumi sa

    Last Updated : 2025-02-08
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 178

    Alan memarkir mobilnya di depan sebuah rumah mewah, yang dulu pernah menjadi tempat yang cukup istimewa baginya.Rumah tersebut, selalu membuat dadanya berdesir hebat tatkala hendak menemui seorang wanita yang membuat dirinya merasakan apa yang disebut cinta pertama. Saat ini, Alan memang mendatangi rumah Arumi. Tadi dia memang cuma berpamitan untuk menemui Kenan. Alan sengaja tak mengatakan hal tersebut pada Kanaya, karena jika Kanaya tahu Alan mendatangi Arumi untuk melupakan amarahnya, Kanaya pasti akan mencegah.Langkah Alan terasa berat saat mengetuk pintu. Hatinya masih dipenuhi amarah, kecewa, dan kebingungan setelah tahu kebenaran yang baru saja dia ketahui, tentang anak yang selama ini dia besarkan dengan penuh kasih ternyata bukan darah dagingnya.Pintu terbuka, seorang pembantu tampak berdiri di depan Alan."Bisa say bertemu dengan Arumi?" "Sebentar, Tuan. Silahkan Tuan Alan duduk dulu."Pembantu tersebut, lalu masuk ke dalam rumah. Sedangkan Alan masih berdiri di ambang

    Last Updated : 2025-02-08

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 243

    Rain melirik Arumi, kekasihnya, yang tampak sendu saat menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Tatapan wanita itu kosong, seolah pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Rain mengeratkan genggamannya di tangan Arumi, mencoba mengalirkan kehangatan, tetapi Arumi tetap terpaku.Alan, mantan suami Arumi, duduk dengan tenang di seberang mereka, mengucapkan ijab kabul dengan suara mantap. Setiap kata yang keluar dari bibir pria itu seperti bilah pisau yang mengiris perasaan Arumi. Rain bisa merasakan tarikan napas berat dari kekasihnya, seolah dia sedang berjuang keras menahan sesuatu di dalam hatinya.Rain tahu, meski kini Arumi adalah miliknya, ada bagian dari hati wanita itu yang masih berdamai dengan luka lama, dan di momen ini, Rain yakin, luka itu kembali menganga.Wanita itu masih terpaku menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Wajahnya terlihat tenang, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang sulit diartikan.Perlahan, Rain meraih tangan Arumi, menggenggamnya dengan lembut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 242

    Pagi ini, mentari bersinar lembut, menyapa dengan kehangatan yang membalut langit dalam semburat jingga keemasan. Angin sepoi-sepoi berbisik di antara dedaunan, menyertai aroma bunga-bunga segar yang menghiasi pelataran rumah besar tempat pernikahan Kanaya berlangsung.Kanaya baru saja selesai dirias. Wajahnya tampak begitu cantik dengan balutan make-up pernikahan yang sempurna. Dia menatap bayangannya di cermin, mengagumi bagaimana setiap detail dirancang untuk hari istimewanya. Jemarinya perlahan merapikan gaun yang membalut tubuhnya, memastikan segalanya tampak sempurna.Senyum manisnya merekah seperti mawar yang baru bermekaran. Matanya berbinar, mencerminkan harapan dan kebahagiaan yang memenuhi hatinya. Hari ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya, dan dia siap melangkah dengan penuh keyakinan.Saat ini, gadis itu berdiri di depan cermin dengan gaun pengantinnya yang anggun. Jemarinya sedikit gemetar saat merapikan kerudung yang menjuntai indah. Dia menatap bayangannya de

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 241

    Di sudut taman rumah sakit jiwa, di bawah pohon kamboja yang bunganya mulai berguguran, seorang wanita tua duduk sendiri di bangku besi yang mulai berkarat.Rambutnya kusut, sebagian telah memutih, dan gaun lusuh yang dia kenakan tampak terlalu besar untuk tubuhnya yang semakin kurus. Namun, ada sesuatu yang menenangkan dalam caranya duduk, tenang, dan anggun, seolah dunia yang dulu pernah menghancurkannya kini tak lagi punya kuasa atasnya.Dia tersenyum, senyum yang bukan dibuat-buat. Senyum yang bukan karena bahagia, tetapi karena menerima. Matanya kosong, tapi di kedalaman sorotnya, ada sesuatu yang sulit dijelaskan—keikhlasan. Seakan semua luka, semua kepedihan yang pernah membawanya ke tempat ini, telah dia genggam, lalu dia lepaskan dengan ringan.Angin sore berembus lembut, mengayun ujung selendangnya yang lusuh. Beberapa pasien lain berjalan mondar-mandir di taman itu, beberapa berbicara sendiri, beberapa hanya diam seperti patung. Namun, Bu Dahlia berbeda, dia tidak berbicara

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 240

    Hujan turun dengan lembut, membasahi dedaunan di halaman rumah Rain. Hawa dingin menyusup melalui celah jendela, menciptakan suasana sendu yang seolah menggambarkan isi hatinya.Sudah beberapa hari sejak Arumi kembali, kepulangannya tidak seperti yang diharapkan Rain. Wanita yang dia cintai selalu berdiri di depannya dengan tatapan kosong, tak lagi mengenalnya, tak lagi mengingat kisah mereka. Yang lebih menyakitkan, ingatan yang tersisa justru tentang pria lain, mantan suaminya, Alan.Hal tersebut, membuat Rain ragu untuk menemui Arumi, dan beberapa hari terakhir, dia memilih tak datang ke rumah kekasihnya. Padahal Arumi sudah menunggunya. Malam itu, Arumi pun memutuskan untuk datang ke rumah Rain. Gadis itu berdiri di ambang pintu, mengetuk pelan pintu rumah tersebut. Lalu, tak berapa lama, pintu itu pun terbuka, dan Bu Hani berdiri di depannya."Selamat malam, Bu.""Oh Arumi, ayo masuk, Nak." Bu Hani menyuruh Arumi masuk ke dalam rumah dengan lembut, sambil memperhatikan wajah ga

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 239

    Arumi menatap secangkir cappuccino di hadapannya, uap hangat mengepul pelan, seolah menari di udara. Namun, pikirannya jauh lebih dingin dan berkabut daripada minuman itu. Di depannya, Kanaya duduk dengan tenang, sesekali mengaduk minumannya tanpa benar-benar meminumnya."Jadi ...." Arumi membuka suara, suaranya terdengar ragu. "Apa aku benar-benar mencintainya?"Kanaya mengangkat wajahnya, menatap kakak tirinya dengan sorot lembut tapi penuh berhati-hati. "Yang aku tahu, kalian sudah menjalin hubungan cukup lama. Kalau tentang bagaimana perasaanmu padanya, aku nggak tahu."Arumi mengangguk pelan, mencoba mencerna kata-kata itu. Kekasih, kata itu terdengar begitu asing. Dia menggigit bibir, menatap jemarinya sendiri yang menggenggam sendok kecil. "Tapi, aku sama sekali nggak ingat sedikitpun tentang dia. Bahkan, saat berada di sampingnya tak ada sama sekali getaran layaknya orang jatuh cinta."Kanaya menghela napas. "Itu wajar. Amnesiamu membuatmu melupakan banyak hal. Tapi Rain ....

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 238

    Arumi terdiam di dalam mobil yang berhenti di depan rumah megah itu, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi bukan itu yang membuatnya gemetar, melainkan ketakutan yang mencengkeram hatinya. Setelah sekian lama, akhirnya dia memberanikan diri datang ke rumah mantan mertuanya, tempat Kenan kini tinggal.Di sampingnya, Kanaya menyentuh lengannya pelan. “Kak, kalau belum siap, kita bisa balik,” bisiknya, suaranya lembut tapi penuh dukungan. Kayana mengatakan itu bukannya tanpa alasan, karena pesan yang dikirimkan Alan pun terlihat ambigu.Alan tak mengatakan Kenan mau bertemu dengan Arumi atau tidak, hanya menyuruh mereka untuk datang.Arumi menghela napas panjang. “Aku harus melakukan ini, Nay. Aku sudah terlalu lama membiarkan jarak di antara kami.”Kanaya mengangguk, meski dia tahu ini tidak akan mudah. Dia tahu, Kenan, yang selama ini menyimpan luka dan kebencian, mungkin tidak akan menerima Arumi begitu saja dengan mudah.Keduanya pun turun dari

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 237

    Alan dan Bu Sinta duduk berhadapan dengan Kenan di ruang tengah. Wajah mereka penuh harap, sementara Kenan menundukkan kepala, tangannya erat menggenggam mobil-mobilan birunya.“Mama mau ketemu kamu, Kenan.”Suara Bu Sinta terdengar lembut, seolah takut membuatnya marah. Namun, Kenan menggeleng cepat. “Nggak mau.”Anak itu masih menolak, meskipun sudah lama dia tak bertemu dengan Arumi. Alan sebenarnya paham, memang hal tersebut membuat luka yang besar di dalam hati. Kejadian itu memang sudah lama berlalu, tapi Kenan masih ingat malam itu, di mana dia melihat Arumi bermesraan dengan pria lain yang bukan ayahnya. Meskipun sebenarnya laki-laki itu adalah ayah kandungnya sendiri. Namun, Kenan tak mengetahui itu, yang Kenan tahu, ayah kandungnya hanyalah Alan.Sejak saat itu, Arumi menjadi sesuatu yang asing baginya. Kenan seolah membuat jauh-jauh wanita itu dalam hidupnya.“Tapi, Kenan. Mama Arumi kangen sama kamu,” bujuk Bu Sinta lagi. Meskipun Bu Sinta tak terlalu menyukai Arumi. Nam

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 236

    Di dalam kamar milik Arumi yang berwarna pastel dengan pencahayaan temaram dari lampu meja, Arumi dan Kanaya, duduk di atas sofa. Arumi bersandar pada sofa tersebut, sementara Kanaya duduk dengan gelagat canggung di sampingnya, memainkan ujung pakaian yang dia kenakan dengan jemarinya.Kanaya tak tahu apa yang akan Arumi bicarakan. Sejujurnya di dalam hati Kanaya, ada rasa cemas dengan apa yang akan dikatakan oleh Arumi. Kanaya menggigit bibirnya, menahan perasaan yang campur aduk.Sedangkan Arumi, menghela napas pelan, menatap langit-langit sejenak sebelum mengalihkan pandangannya pada Kanaya."Aku minta maaf ...."Suara lirih Arumi memutus keheningan. Matanya kini tampak berkaca-kaca, menggenggam gelas kopi yang mulai mendingin. Beberapa minggu terakhir adalah mimpi buruk baginya—kehilangan ingatan, perasaan kacau, dan prasangka yang salah terhadap Kanaya."Minta maaf untuk apa, Kak?"Kanaya menatap Arumi dengan sabar, meskipun jelas ada luka di matanya. Arumi menarik napas dalam, m

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 235

    Arumi menatap wajah lelaki paruh baya di depannya dengan mata nanar. Ayahnya baru saja menceritakan tentang siapa dirinya sebelum amnesia merenggut sebagian ingatannya. Namun, alih-alih menemukan ketenangan, yang dia rasakan justru kesedihan yang begitu dalam.Apalagi saat mengetahui jika ternyata ibunya masuk rumah sakit jiwa akibat tekanan batin karena telah berbuat jahat pada ibu kandung Kanaya sampai meninggal. Arumi benar-benar tak menyangka jika kehidupan masa lalunya seburuk itu."Dulu Mama kamu juga sengaja suruh kamu buat angkat Kanaya sebagai anak, beberapa hari setelah ibunya Kanaya meninggal. Dia melakukan itu karena merasa bersalah, apalagi saat itu Kanaya juga menjadi gelandang."Arumi memejamkan mata, hatinya seakan teriris mendengar penuturan demi penuturan ayahnya yang terasa begitu menyakitkan."Jadi, aku dulu seperti itu?" Suara Arumi bergetar, nyaris tak terdengar.Pak Rama mengangguk perlahan, wajahnya penuh luka yang tak kasat mata. "Kau pernah menjadi wanita yan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status