Share

Bab 163

Author: Miss Secret
last update Huling Na-update: 2025-01-31 17:58:59

Alan sebenarnya curiga jika Kanaya sudah tahu tentang apa yang dilakukan oleh Arumi. Hal tersebut, terbukti dengan foto, dan video yang tersimpan pada email, bukan pada galeri di ponsel Kenan.

Rasanya mustahil Kenan yang melakukannya. Anak seusia Kenan, tak mungkin memiliki pemikiran untuk menyembunyikan file tersebut, dan menyimpannya ke tempat aman yang baru bisa dipikirkan oleh orang-orang dewasa.

"Kanaya, apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan tentang Kenan? Tolong jangan ada yang ditutupi lagi, Naya. Please ...."

Alan menatap Kanaya dengan sorot mata penuh pengharapan. "Kanaya ...!"

Kanaya menggeleng sembari tersenyum getir. Seketika, dia baru menyadari kesalahannya, yang tak bisa mengontrol emosi, hingga mungkin membuat Alan curiga. Rasanya dia belum mampu, Kanaya belum sanggup membuka rahasia ini. Kanaya terlalu takut jika Alan terluka.

"Naya, kenapa kamu masih saja merahasiakan sesuatu dariku? Memangnya kamu anggap, aku ini apa?" timpal Alan kembali, seolah sedang mengintimidas
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nando Hillan Varga
entah knpa gue sebel bgt sama kanaya
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 164

    Kanaya hanya memperhatikan Alan dengan cermat, menyadari betapa redupnya tatapan Alan. Dia pun bisa merasakan, bagaimana sakitnya Alan saat ini.Perlahan, Kanaya menggenggam jemari Alan, berharap menciptakan suasana hati yang lebih nyaman. "Mas, apapun hasilnya, Kenan tetap anak kamu. Kita akan rawat Kenan bersama." Suara lembut Kanaya, terdengar penuh perhatian.Alan menarik napas dalam-dalam, seolah sedang menyalami bagaimana sakitnya nanti jika kemungkinan buruk yang harus dia hadapi.Alan masih terdiam. Namun, Kanaya tak ingin mendesak untuk menanggapi perkataannya. Dia terus menunggu dengan sabar, sampai Alan benar-benar tenang."Hal ini benar-benar di luar dugaanku, Naya. Aku nggak nyangka semua ini akan terjadi. Rasanya semua semakin berat ...."Kanaya mengangguk, menandakan bahwa dia benar-benar mendengarkan. Kanaya tidak buru-buru memberi nasihat atau menyela, hanya membiarkan Alan mengeluarkan apa yang mengganjal di hatinya.Ketika akhirnya Alan menunduk, Kanaya tahu, Alan s

    Huling Na-update : 2025-02-01
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 165

    Wajah Arumi terlihat kaku, matanya penuh bara. menatap Rain yang saat ini memeluknya sembari berkata dengan nada bicara, dan ekspresi memohon, seperti pria yang tak tahu kapan harus menyerah."Apa kau bilang, jangan pernah bermimpi! Aku sama sekali nggak pernah tertarik padamu! Dulu, aku mau melakukan semua yang kau minta karena terpaksa!" bentak Arumi, sembari melepaskan dekapan hangat Rain.Tak hanya itu, Arumi juga mendorong tubuh laki-laki yang masih dipenuhi luka lebam akibat pukulan Alan tadi pagi."Arumi, kumohon dengarkan aku. Aku kembali dengan ketulusan. Aku datang bukan untuk membuatmu marah, tapi karena aku mencintaimu. Aku tahu, pernikahanmu sudah selesai dengan Alan, dan dia juga ternyata berselingkuh di belakangmu, 'kan? Jadi, lebih baik lupakan masa lalumu, dan mulailah kehidupan yang baru denganku.""Cinta? Itu yang selalu kau katakan, Rain. Tapi kau tak pernah peduli pada perasaanku! Kau hanya bisa memaksa, padahal berulang kali aku bilang aku tidak pernah mencintaim

    Huling Na-update : 2025-02-01
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 166

    Beberapa Saat Sebelumnya ....Pak Rama duduk di dalam mobil, sembari menatap sebuah rumah kecil. Beberapa saat yang lalu, anak buahnya memberi tahu tentang keberadaan Arumi yang saat ini tinggal di alamat yang saat ini dia tuju.Sebenarnya Pak Rama ingin turun. Namun, dari sudut pandangnya, Pak Rama melihat anak perempuannya, Arumi, sedang berbincang dengan seorang laki-laki di depan rumah kecil tersebut.Pak Rama sebenarnya sudah mulai memperhatikan saat laki-laki itu memeluk, tapi dilepas begitu saja oleh Arumi.Jujur saja Pak Rama terkejut dengan interaksi keduanya, yang boleh dibilang cukup intim. Namun, yang menjadi tanda tanya besar dalam benak Pak Rama adalah, sosok yang saat ini cukup dekat dengan Arumi itu, sosok yang berbeda dengan laki-laki yang fotonya tersebar di media sosial.Pak Rama mencoba kembali mengingat, dan wajah lelaki itu, bukan wajah yang akrab baginya.Pak Rama merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan. Antara perasaan bingung, cemas, dan kesal, karena ternyata

    Huling Na-update : 2025-02-02
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 167

    Pagi ini, sinar matahari menerobos lembut melalui celah tirai kamar. Udara masih terasa dingin, sisa embun malam yang belum sepenuhnya menguap. Dengan mata yang masih berat, Arumi menggeliat perlahan, mencoba mengumpulkan kesadaran setelah terlelap semalaman.Namun, ketenangan pagi itu buyar seketika saat terdengar suara ketukan di pintu. Arumi ragu-ragu, dan cemas jika sosok yang datang, adalah laki-laki yang semalaman datang dan mengusik ketenangannya. Jantung Arumi berdegup lebih cepat. "Siapa yang datang sepagi ini?"Arumi bergumam lirih. Dengan langkah enggan, dia berjalan menuju pintu, masih dengan kantuk yang menggantung di kelopak matanya.Saat daun pintu terbuka, waktu seakan berhenti. Di hadapannya berdiri sosok yang begitu dikenalnya—ayahnya. Pak Rama saat ini berdiri di depannya. Mata laki-laki paruh baya itu, memancarkan sesuatu yang sulit dijelaskan. Arumi tahu, ayahnya pasti sangat marah padanya. Namun, dia tampak mencoba mengendalikan perasaannya.Arumi tercekat, bib

    Huling Na-update : 2025-02-02
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 168

    Pagi ini, udara terasa lebih berat dari biasanya. Langit kelabu seakan memahami kegundahan yang menyelimuti hati Arumi.Saat ini, dia duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah tirai jendela yang bergoyang pelan ditiup angin. Setelah perdebatannya dengan Pak Rama kemarin, Arumi memutuskan untuk menyetujui semua perintah ayahnya, termasuk salah satunya pulang ke rumah.Akan tetapi, yang membuat dirinya semakin pilu adalah hari ini merupakan, hari sidang pertama perceraiannya dengan Alan.Hari yang selama ini coba dia tolak, dengan berbagai cara. Namun semua itu terasa sia-sia, dan kini, dia tak bisa lagi menghindari.Tangan Arumi gemetar saat meraih cangkir kopi yang sejak tadi tak disentuh. Pahitnya kopi itu, seolah mencerminkan rasa di hatinya. Dia menarik napas dalam-dalam, berharap bisa menenangkan gelombang emosi yang terus menghantamnya. Ada sedih, ada marah, ada ketakutan yang menyesak di dada.Bukan ini yang dia bayangkan ketika dulu pertama kali menjalani rumah tangga denga

    Huling Na-update : 2025-02-02
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 169

    Pagi ini, langit tampak mendung. Dengan langkah berat, Alan turun dari mobil, matanya nanar menatap gedung pengadilan yang berdiri kokoh di depannya. Dadanya terasa sesak, seperti ada batu besar yang menekan, membuat napasnya tersengal meski udara begitu sejuk. Tangannya gemetar saat merapikan kancing kemeja, bukan karena dingin, ataupun tak rela berpisah.Namun, karena gelombang emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Marah, dan kecewa, semua bercampur menjadi satu, tak berbentuk, tak terlihat, tapi begitu nyata dirasa. Rasanya Alan masih enggan untuk bertemu dengan wanita yang hari ini dia gugat cerai. Rasanya hati Alan masih sulit untuk berdamai, dan bersikap biasa saja pada Arumi.Arumi, wanita yang dulu sangat dia cintai dengan sepenuh hati, dan dia pilih untuk menjadi ibu dari anak-anaknya, telah mengkhianati kepercayaannya. Meskipun, Alan juga melakukan hal yang sama, tapi dia melakukan semua itu, karena sikap Arumi yang begitu egois padanya. Padahal, dulu Alan sangat mencint

    Huling Na-update : 2025-02-03
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 170

    "Bukan apa-apa, Mas. Aku cuma salah ngomong," sahut Arumi gagap.Sedangkan Alan tersenyum kecut, seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Arumi. Laki-laki itu, kini menatap Arumi dengan tatapan nyalang.Arumi kian gugup, dia memilih diam dengan perasaan campur aduk. Dia masih berharap ada sedikit celah untuk memperbaiki pernikahannya dengan Alan, laki-laki yang sudah mengarungi rumah tangga dengannya selama belasan tahun. Namun, setelah lebih dari satu jam berbicara di hadapan mediator, semuanya terasa sia-sia. Alan tetap pada pendiriannya, ingin bercerai. Tidak ada kompromi, tidak ada celah untuk bertahan.Arumi menghela napas panjang, menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. Dia mencoba menahan air matanya, tetapi hatinya terasa begitu berat. Inilah akhirnya. Harapan yang tersisa kini sirna."Baik, setelah sesi mediasi ini, kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada kesepakatan untuk mempertahankan pernikahan. Apakah kalian berdua yakin dengan keputusan ini?""Mas, ini benar

    Huling Na-update : 2025-02-03
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 171

    Pak Rama menarik napas panjang, menggenggam jemari tangan Arumi dengan lembut."Papa tahu, ini pasti membingungkan dan berat untukmu. Mama kamu sedang berjuang melawan penyakit yang tidak terlihat."Nada bicara Pak Rama terdengar bergetar, rasanya berat untuk menjelaskan keadaan Bu Dahlia. Namun, dia sadar, cepat atau lambat, Arumi pasti tahu keadaan ibunya."Apa maksud Papa?" sahut Arumi yang tak mengerti dengan perkataan Pak Rama. Ingin rasanya menolak praduga yang sedari tadi berkecamuk di dalam dada."Mama kamu mengalami tekanan mental, sampai menggangu kejiwaannya.""Maksud Papa, Mama ...."Arumi tak melanjutkan perkataannya. Wanita itu, tampak begitu syok. Seolah tahu maksud Arumi, Pak Rama pun menganggukkan kepalanya.Sebenarnya, Pak Rama pun tidak tega harus mengatakan ini pada Arumi, yang pasti mentalnya sedang tidak baik-baik saja, karena perceraian yang sedang dia jalani."Nggak, nggak mungkin ....""Arumi, kamu juga sebenarnya sudah menyadari perubahan Mama kamu, 'kan? Seb

    Huling Na-update : 2025-02-04

Pinakabagong kabanata

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 243

    Rain melirik Arumi, kekasihnya, yang tampak sendu saat menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Tatapan wanita itu kosong, seolah pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Rain mengeratkan genggamannya di tangan Arumi, mencoba mengalirkan kehangatan, tetapi Arumi tetap terpaku.Alan, mantan suami Arumi, duduk dengan tenang di seberang mereka, mengucapkan ijab kabul dengan suara mantap. Setiap kata yang keluar dari bibir pria itu seperti bilah pisau yang mengiris perasaan Arumi. Rain bisa merasakan tarikan napas berat dari kekasihnya, seolah dia sedang berjuang keras menahan sesuatu di dalam hatinya.Rain tahu, meski kini Arumi adalah miliknya, ada bagian dari hati wanita itu yang masih berdamai dengan luka lama, dan di momen ini, Rain yakin, luka itu kembali menganga.Wanita itu masih terpaku menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Wajahnya terlihat tenang, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang sulit diartikan.Perlahan, Rain meraih tangan Arumi, menggenggamnya dengan lembut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 242

    Pagi ini, mentari bersinar lembut, menyapa dengan kehangatan yang membalut langit dalam semburat jingga keemasan. Angin sepoi-sepoi berbisik di antara dedaunan, menyertai aroma bunga-bunga segar yang menghiasi pelataran rumah besar tempat pernikahan Kanaya berlangsung.Kanaya baru saja selesai dirias. Wajahnya tampak begitu cantik dengan balutan make-up pernikahan yang sempurna. Dia menatap bayangannya di cermin, mengagumi bagaimana setiap detail dirancang untuk hari istimewanya. Jemarinya perlahan merapikan gaun yang membalut tubuhnya, memastikan segalanya tampak sempurna.Senyum manisnya merekah seperti mawar yang baru bermekaran. Matanya berbinar, mencerminkan harapan dan kebahagiaan yang memenuhi hatinya. Hari ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya, dan dia siap melangkah dengan penuh keyakinan.Saat ini, gadis itu berdiri di depan cermin dengan gaun pengantinnya yang anggun. Jemarinya sedikit gemetar saat merapikan kerudung yang menjuntai indah. Dia menatap bayangannya de

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 241

    Di sudut taman rumah sakit jiwa, di bawah pohon kamboja yang bunganya mulai berguguran, seorang wanita tua duduk sendiri di bangku besi yang mulai berkarat.Rambutnya kusut, sebagian telah memutih, dan gaun lusuh yang dia kenakan tampak terlalu besar untuk tubuhnya yang semakin kurus. Namun, ada sesuatu yang menenangkan dalam caranya duduk, tenang, dan anggun, seolah dunia yang dulu pernah menghancurkannya kini tak lagi punya kuasa atasnya.Dia tersenyum, senyum yang bukan dibuat-buat. Senyum yang bukan karena bahagia, tetapi karena menerima. Matanya kosong, tapi di kedalaman sorotnya, ada sesuatu yang sulit dijelaskan—keikhlasan. Seakan semua luka, semua kepedihan yang pernah membawanya ke tempat ini, telah dia genggam, lalu dia lepaskan dengan ringan.Angin sore berembus lembut, mengayun ujung selendangnya yang lusuh. Beberapa pasien lain berjalan mondar-mandir di taman itu, beberapa berbicara sendiri, beberapa hanya diam seperti patung. Namun, Bu Dahlia berbeda, dia tidak berbicara

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 240

    Hujan turun dengan lembut, membasahi dedaunan di halaman rumah Rain. Hawa dingin menyusup melalui celah jendela, menciptakan suasana sendu yang seolah menggambarkan isi hatinya.Sudah beberapa hari sejak Arumi kembali, kepulangannya tidak seperti yang diharapkan Rain. Wanita yang dia cintai selalu berdiri di depannya dengan tatapan kosong, tak lagi mengenalnya, tak lagi mengingat kisah mereka. Yang lebih menyakitkan, ingatan yang tersisa justru tentang pria lain, mantan suaminya, Alan.Hal tersebut, membuat Rain ragu untuk menemui Arumi, dan beberapa hari terakhir, dia memilih tak datang ke rumah kekasihnya. Padahal Arumi sudah menunggunya. Malam itu, Arumi pun memutuskan untuk datang ke rumah Rain. Gadis itu berdiri di ambang pintu, mengetuk pelan pintu rumah tersebut. Lalu, tak berapa lama, pintu itu pun terbuka, dan Bu Hani berdiri di depannya."Selamat malam, Bu.""Oh Arumi, ayo masuk, Nak." Bu Hani menyuruh Arumi masuk ke dalam rumah dengan lembut, sambil memperhatikan wajah ga

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 239

    Arumi menatap secangkir cappuccino di hadapannya, uap hangat mengepul pelan, seolah menari di udara. Namun, pikirannya jauh lebih dingin dan berkabut daripada minuman itu. Di depannya, Kanaya duduk dengan tenang, sesekali mengaduk minumannya tanpa benar-benar meminumnya."Jadi ...." Arumi membuka suara, suaranya terdengar ragu. "Apa aku benar-benar mencintainya?"Kanaya mengangkat wajahnya, menatap kakak tirinya dengan sorot lembut tapi penuh berhati-hati. "Yang aku tahu, kalian sudah menjalin hubungan cukup lama. Kalau tentang bagaimana perasaanmu padanya, aku nggak tahu."Arumi mengangguk pelan, mencoba mencerna kata-kata itu. Kekasih, kata itu terdengar begitu asing. Dia menggigit bibir, menatap jemarinya sendiri yang menggenggam sendok kecil. "Tapi, aku sama sekali nggak ingat sedikitpun tentang dia. Bahkan, saat berada di sampingnya tak ada sama sekali getaran layaknya orang jatuh cinta."Kanaya menghela napas. "Itu wajar. Amnesiamu membuatmu melupakan banyak hal. Tapi Rain ....

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 238

    Arumi terdiam di dalam mobil yang berhenti di depan rumah megah itu, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi bukan itu yang membuatnya gemetar, melainkan ketakutan yang mencengkeram hatinya. Setelah sekian lama, akhirnya dia memberanikan diri datang ke rumah mantan mertuanya, tempat Kenan kini tinggal.Di sampingnya, Kanaya menyentuh lengannya pelan. “Kak, kalau belum siap, kita bisa balik,” bisiknya, suaranya lembut tapi penuh dukungan. Kayana mengatakan itu bukannya tanpa alasan, karena pesan yang dikirimkan Alan pun terlihat ambigu.Alan tak mengatakan Kenan mau bertemu dengan Arumi atau tidak, hanya menyuruh mereka untuk datang.Arumi menghela napas panjang. “Aku harus melakukan ini, Nay. Aku sudah terlalu lama membiarkan jarak di antara kami.”Kanaya mengangguk, meski dia tahu ini tidak akan mudah. Dia tahu, Kenan, yang selama ini menyimpan luka dan kebencian, mungkin tidak akan menerima Arumi begitu saja dengan mudah.Keduanya pun turun dari

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 237

    Alan dan Bu Sinta duduk berhadapan dengan Kenan di ruang tengah. Wajah mereka penuh harap, sementara Kenan menundukkan kepala, tangannya erat menggenggam mobil-mobilan birunya.“Mama mau ketemu kamu, Kenan.”Suara Bu Sinta terdengar lembut, seolah takut membuatnya marah. Namun, Kenan menggeleng cepat. “Nggak mau.”Anak itu masih menolak, meskipun sudah lama dia tak bertemu dengan Arumi. Alan sebenarnya paham, memang hal tersebut membuat luka yang besar di dalam hati. Kejadian itu memang sudah lama berlalu, tapi Kenan masih ingat malam itu, di mana dia melihat Arumi bermesraan dengan pria lain yang bukan ayahnya. Meskipun sebenarnya laki-laki itu adalah ayah kandungnya sendiri. Namun, Kenan tak mengetahui itu, yang Kenan tahu, ayah kandungnya hanyalah Alan.Sejak saat itu, Arumi menjadi sesuatu yang asing baginya. Kenan seolah membuat jauh-jauh wanita itu dalam hidupnya.“Tapi, Kenan. Mama Arumi kangen sama kamu,” bujuk Bu Sinta lagi. Meskipun Bu Sinta tak terlalu menyukai Arumi. Nam

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 236

    Di dalam kamar milik Arumi yang berwarna pastel dengan pencahayaan temaram dari lampu meja, Arumi dan Kanaya, duduk di atas sofa. Arumi bersandar pada sofa tersebut, sementara Kanaya duduk dengan gelagat canggung di sampingnya, memainkan ujung pakaian yang dia kenakan dengan jemarinya.Kanaya tak tahu apa yang akan Arumi bicarakan. Sejujurnya di dalam hati Kanaya, ada rasa cemas dengan apa yang akan dikatakan oleh Arumi. Kanaya menggigit bibirnya, menahan perasaan yang campur aduk.Sedangkan Arumi, menghela napas pelan, menatap langit-langit sejenak sebelum mengalihkan pandangannya pada Kanaya."Aku minta maaf ...."Suara lirih Arumi memutus keheningan. Matanya kini tampak berkaca-kaca, menggenggam gelas kopi yang mulai mendingin. Beberapa minggu terakhir adalah mimpi buruk baginya—kehilangan ingatan, perasaan kacau, dan prasangka yang salah terhadap Kanaya."Minta maaf untuk apa, Kak?"Kanaya menatap Arumi dengan sabar, meskipun jelas ada luka di matanya. Arumi menarik napas dalam, m

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 235

    Arumi menatap wajah lelaki paruh baya di depannya dengan mata nanar. Ayahnya baru saja menceritakan tentang siapa dirinya sebelum amnesia merenggut sebagian ingatannya. Namun, alih-alih menemukan ketenangan, yang dia rasakan justru kesedihan yang begitu dalam.Apalagi saat mengetahui jika ternyata ibunya masuk rumah sakit jiwa akibat tekanan batin karena telah berbuat jahat pada ibu kandung Kanaya sampai meninggal. Arumi benar-benar tak menyangka jika kehidupan masa lalunya seburuk itu."Dulu Mama kamu juga sengaja suruh kamu buat angkat Kanaya sebagai anak, beberapa hari setelah ibunya Kanaya meninggal. Dia melakukan itu karena merasa bersalah, apalagi saat itu Kanaya juga menjadi gelandang."Arumi memejamkan mata, hatinya seakan teriris mendengar penuturan demi penuturan ayahnya yang terasa begitu menyakitkan."Jadi, aku dulu seperti itu?" Suara Arumi bergetar, nyaris tak terdengar.Pak Rama mengangguk perlahan, wajahnya penuh luka yang tak kasat mata. "Kau pernah menjadi wanita yan

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status