Share

Bab 113

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2024-12-31 10:10:45

"Fotografer itu bernama Rain."

Perkataan Leo terus terngiang di telinga Alan, hingga membuatnya malam ini sangat sulit untuk memejamkan mata.

Perlahan, Alan bangkit dari atas ranjang. Lalu berjalan ke arah balkon, dan mengambil sebatang rokok.

Tepat ketika Alan menghembuskan asap putih dari mulutnya, tiba-tiba seseorang memeluknya dari arah belakang.

"Papa pulang jam berapa? Kenapa sekarang belum tidur?"

"Jam sebelas malam. Tadi kamu udah bobo jadi Papa nggak bangunin kamu."

Alan kemudian membalikkan tubuh, menghadap pada Kanaya.

"Kenapa kamu malah bangun?"

"Aku mau nemenin Papa, sekaligus mau cerita satu hal."

"Cerita apa?" sahut Alan penasaran.

"Tadi Mama telepon aku, terus tanya alamat Tante Chyntia."

"Terus kamu kasih tahu?"

Kanaya mengangguk ragu, takut jika keputusannya membuat Alan marah.

"Papa marah kalo aku kasih tau Mama?"

Alan menggelengkan kepala, seraya berkata, "Nggak, biarkan saja, itu jadi urusan mereka. "

"Apa Mama mendatangi Tante Chyntia, karena ada hubungannya sama
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 114

    Arumi menyesap latte yang baru saja dia pesan, setelah beberapa kali melihat arloji di tangan. Beberapa saat yang lalu, ketika Kanaya mengatakan jika dirinya sedikit terlambat, karena sedang mengurus Alan, dan Kenan terlebih dulu, Arumi memutuskan untuk memindah tempat pertemuannya dengan Kanaya, yang awalnya di taman ke sebuah cafe."Ma, maaf aku telat."Ketika Arumi baru saja meletakkan cangkirnya, Kanaya kini sudah berdiri di samping, sembari tersenyum getir, seolah menyiratkan penyesalan telah membuat Arumi terlalu lama menunggu."Nggak apa-apa, sini duduk!"Arumi menepuk sofa di sampingnya, menyuruh Kanaya untuk duduk."Kamu mau pesen apa?""Sama kaya Mama aja."Arumi pun memberi kode pada salah seorang pelayan untuk mendekat, dan memesankan minuman untuk Kanaya."Gimana kabar rumah?" tanya Arumi, beberapa saat kemudian."Baik, Ma. Papa lagi nganter Kenan ke rumah Oma Sinta. Oma sama Opa ngajak Kenan ke kebun binatang."Jawaban Kanaya, sebenarnya membuat Arumi sedikit kesal, kare

    Last Updated : 2025-01-01
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 115

    "Jadi, kamu udah talak Arumi, dan kembalikan dia ke rumah orang tuanya?" tanya Bu Sinta pada Alan, saat baru saja mengantar Kenan ke rumahnya. "Ya, aku juga sudah menghubungi pengacaraku untuk mengurus perceraian kami."Bu Sinta pun mengangguk. "Mama mendukung apapun keputusan kamu. Lakukan saja yang menurut kamu baik, dan tentang Kenan, kamu nggak perlu khawatir, dia pasti nggak akan kekurangan kasih sayang sedikitpun. Kami semua sayang sama Kenan.""Makasih Ma. Kenan juga nggak terlalu dekat sama Arumi. Dia justru lebih nyaman bersama Kanaya.""Mama tahu itu. Lalu, apa rencana kamu kedepan? Kamu masih muda, Alan."Alan mengernyitkan kening, tak mengerti dengan perkataan ibunya. "Maksud Mama?""Kamu masih muda, masa depan kamu masih panjang. Kamu bisa memilih wanita manapun yang kamu mau. Mama, sama adik kamu punya banyak teman ....""Ma, Mama mau jodohin aku lagi?" sahut Alan, sebelum Bu Sinta menyelesaikan perkataannya. Wanita paruh baya itu pun mengangguk."Ma, apa Mama nggak lia

    Last Updated : 2025-01-01
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 116

    "Ck, dasar tukang adu domba, lo pikir gue nggak tau lo siapa, Naomi? Lo pasti ngadu kaya gini buat adu domba, dan bikin gue kesel, 'kan?" gerutu Arumi, sembari menutup pesan tersebut, sama sekali tak ingin membalas pesan dari Naomi.Setelah itu, Arumi bangkit dari atas ranjang, lalu turun ke bawah, untuk meminta pembantunya membuatkan makanan.Di kehamilan Arumi yang sekarang, dia tak merasakan nyidam apapun. Mungkin, akibat terlalu banyak masalah yang dia pikirkan, sampai kehamilannya terabaikan. Untung saja, kandungan itu kuat."Bi, tolong bikinin salad buah ya!" pinta Arumi pada pembantu rumah tangganya."Iya Non."Setelah itu, Arumi berjalan ke sebuah sofa di samping jendela, menatap hujan yang turun di luar sana.Tak berapa lama, sebuah pesan dari Naomi kembali masuk. Kali ini ternyata dia mengirimkan foto-foto Alan, dan Kanaya yang sedang berbelanja kebutuhan di supermarket. "Ih apaan sih ini orang, reseh banget!" gerutu Arumi kembali, tetap mengabaikan pesan tersebut. Karena b

    Last Updated : 2025-01-02
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 117

    "Kamu mau kita ke Bandung?" sahut Alan. Lalu, dijawab anggukan kepala oleh Kanaya. "Ya udah kita ke apartemen sekarang, istirahat sebentar terus nanti sore kita berangkat ke sana." "Makasih ya, Pa. Nanti Naya kasih tahu Bi Asih di rumah kalo kita nggak pulang, jadi mereka nggak nungguin kita. "Oke ...." Kanaya pun mengecup pipi Alan, hingga membuat laki-laki dewasa itu tersenyum. Lalu, tangan kirinya menggenggam jemari Kanaya, yang dia taruh di atas pahanya. Kanaya pun mengangkat wajah, lalu menatap Alan lekat. "Naya cinta sama Papa." Alan pun terkekeh. "Papa juga cinta sama Naya. Kamu nggak terpaksa 'kan jalani hubungan sama Papa?" "Kok Papa ngomong gitu sih?" sahut Kanaya, sembari terus menatap Alan yang fokus mengendarai mobil. "Kamu masih muda, baru masuk dunia kuliah. Di luar sana, banyak laki-laki tampan yang seumuran sama kamu. Misalnya, kaya tadi yang kita temui di cafe. Memangnya kamu nggak tertarik sama mereka?" Kanaya tertawa terbahak-bahak. "Kalo Kanaya te

    Last Updated : 2025-01-02
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 118

    "Cempaka Lestari. Aku sengaja panggil kamu dengan nama Tari, agar Dahlia nggak curiga kalau kamu adalah istri keduaku. Meskipun, aku yakin kalau dia udah tahu yang sebenarnya. Namun, dia menutupi semua ini."Pak Rama yang saat ini sedang duduk di ruang kerjanya, tampak mengusap sebuah foto usang di tangan. Air mata, tampak menetes dari kedua sudut matanya."Sebenarnya, aku ingin mencari kalian. Namun, saat ini, aku udah tua. Tenaga, dan kekuasaan yang kumiliki udah nggak kaya dulu lagi." Pak Rama menghembuskan napas panjang, mencoba melepaskan penat yang seolah mencengkram dadanya. "Aku benar-benar bingung, sampai harus minta tolong pada siapa. Pada Arumi? Nggak mungkin, begitu pula dengan Rio yang nggak pernah ada di rumah. Sampai akhirnya, saat melihat Kanaya hatiku tergerak, untuk meminta tolong padanya."Pak Rama kini menghapus air mata di wajah keriputnya."Namun, aku nggak berani cerita yang sebenarnya pada Kanaya. Aku cuma bilang, kalau kamu pergi setelah anak kita lahir. Aku

    Last Updated : 2025-01-02
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 119

    "Siapa yang telepon, Sayang?" tanya Alan, ketika Kanaya baru saja menutup panggilan di ponselnya. "Opa Rama, dia minta bertemu. Jadi, aku bilang pada Opa, biar kita ketemu di apartemen saja."Alan pun mengangguk setuju. "Selain karena lebih dekat dari rumah Opa, nggak tau kenapa, feelingku nggak enak kalo kit bicara di rumah. Meskipun, aku juga nggak tahu yang akan dibicarakan Opa."Kanaya kini menatap lekat pada Alan, seolah merasakan hal yang sama. "Ada dua kemungkinan, tentang Arumi dan juga ....""Anak kandung Opa?" potong Kanaya, yang baru mengingat janjinya pada laki-laki paruh baya itu."That's right, kamu benar, Sayang.""Astaga, aku sampe lupa pernah janji bantuin Opa buat cari anak kandungnya."Alan pun mengelus lengan Kanaya. "Nggak apa, kamu juga lagi sibuk."Kanaya mengangguk tenang. Namun, di dalam hatinya, dia tetap berkeinginan untuk membantu kekeknya tersebut. Tak berapa lama, mereka pun sudah sampai di apartemen milik Alan.Kanaya yang sudah cukup lapar, bergegas m

    Last Updated : 2025-01-03
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 120

    "Ma, Mama nggak usah panik gitu deh. Asal Kanaya masih dalam genggaman aku, nggak ada yang perlu dicemaskan. Kanaya nggak akan curiga apapun tentang jati dirinya. Apalagi, dia juga tahu, kalau dia cuma gelandangan."Arumi tampak menenangkan Bu Dahlia yang saat ini duduk di samping saat mereka, saat sedang berada di dalam mobil milik Arumi. Kedua jemari wanita paruh baya itu tampak saling meremas, disertai raut wajah cemas.Beberapa saat kemudian, mobil yang dikendarai oleh Arumi akhirnya sampai di tempat tujuan mereka.Keduanya bergegas turun dari mobil, lalu berjalan ke arah pintu, dan memencet bel di samping pintu rumah tersebut. Lalu, tak berapa lama, pintu rumah itu pun terbuka."Nyonya Arumi, Nyonya Dahlia. Silahkan masuk, tapi di rumah cuma ada kami, mereka semua lagi pada pergi.""Oh mungkin sebentar lagi pulang. Aku cuma mau ketemu sama Kanaya, Bi.""Tapi Non Naya, sama Tuan Alan bilang, hari ini mereka nggak pulang. Sedangkan Tuan Kenan, sedang menginap di rumah Nyonya Sinta.

    Last Updated : 2025-01-03
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 121

    Malamnya ...."Habis telepon siapa, Pa?" tanya Kanaya pada Alan yang baru saja menelepon anak buahnya.Malam ini, mereka memang sudah berada di Bandung. Setelah Pak Rama pulang, keduanya tak mau membuang banyak waktu, dan segera berkemas menuju ke Bandung. Apalagi, saat dalam perjalanan, tiba-tiba Pak Rama menghubungi, dan mengatakan jika Arumi, dan Bu Dahlia juga besok akan melakukan perjalanan menuju ke Bandung. Keduanya kian dirundung penasaran, tentang apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh Arumi, dan juga Bu Dahlia."Anak buahku. Tadi Papa kasih tahu kalo Mama sama Oma kamu mau berangkat pukul tujuh pagi. Jadi kusuruh anak buahku buat stay di depan rumah mereka, setengah jam sebelum mereka berangkat."Kanaya pun mengangguk. "Semoga ada petunjuk mengenai kepergian mereka ke Bandung.""Iya, nanti kalau mereka sudah memasuki kawasan Bandung, anak buahku akan memberi tahu arah tujuan mereka.""Padahal, mereka juga tahu kalau kita lagi ada di Bandung loh!" timpal Kanaya, sontak penu

    Last Updated : 2025-01-04

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 225

    Kakek Wang bergegas mengambil ponsel Rain yang menunjukkan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan Stela."Kakek, Rain bohong, bukti-bukti itu palsu!" seru Stela, mencoba meyakinkan kakeknya. Namun, pria paruh baya itu tak bergeming, dan tetap melihat semua bukti-bukti tersebut.Stela berniat mendekat, untuk mengambil ponsel milik Rain. Namun, buru-buru dicegah oleh dua orang bodyguard Kakek Wang.Sementara itu, bisik-bisik mulai menyebar di antara para tamu. Beberapa orang mencoba mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi, sementara yang lain memilih menjauh, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dalam hitungan menit, suasana kian tegang. Tuan rumah yang semula tersenyum ramah kini terlihat gelisah, keringat dingin membasahi dahinya."Ada apa?" tanya seseorang dengan suara hati-hati.Namun, sebelum ada jawaban, seorang anggota keluarga tuan rumah memberi isyarat agar para tamu segera meninggalkan tempat. Tanpa banyak bertanya, mereka mulai beringsut keluar, beberapa dengan langkah ter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 224

    "Kamu baru sembuh, aku nggak mungkin tega mengatakan bagian paling menyakitkan dalam rumah tangga kita.""Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Sepintas, aku masih ingat senyuman hangatmu padaku, tapi sekarang kenapa jadi seperti ini? Siapa yang salah, aku atau kamu?"Alan menghela napas, menatap keluar jendela sejenak sebelum kembali menatap Arumi."Nggak penting siapa yang salah, kita berdua memang sudah tidak satu tujuan. Terlalu banyak ketidakcocokan, dan pola pikir."Arumi mengernyit, merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Tapi kenapa tatapanmu begitu dingin padaku? Apa aku yang salah?"Alan menggeleng pelan. "Ini bukan tentang siapa yang salah. Kita memang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku, begitu pula kamu. Aku sering kali merasa diabaikan sebagai seorang suami, dan kau berpikir aku ngga pernah mengerti keadaanmu. Kita sering bertengkar, hal-hal kecil jadi besar. Kita lelah, tapi tidak ada yang mau mengalah."Arumi menatap

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 223

    Di Sisi Lain....Setelah memberi tahu Rain jika dia berhasil meyakinkan pihak rumah sakit untuk membawa pulang Arumi, Alan melangkah memasuki ruang perawatan dengan langkah ragu. Keraguan itu, bukan karena dia takut. Namun, lebih pada sosok yang akan dia temui.Di ranjang, seorang wanita duduk bersandar pada bantal, matanya kosong menatap jendela. Arumi, mantan istrinya. Wanita yang pernah dia cintai lebih dari apapun, tapi dulu. Bukan sekarang.Alan mendekat, menarik kursi, lalu duduk di depannya. "Arumi ...."Arumi mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap Alan dengan tatapan asing."Maaf, Anda?"Alan merasakan sesuatu yang mencengkeram hatinya. Ini aneh. Perempuan yang dulu dia kenal begitu dalam, kini menatapnya seperti orang asing."Aku Alan, aku temanmu dulu."Arumi mengerutkan kening, seolah mencoba menangkap sesuatu di pikirannya. Nama Alan memang terdengar tak asing. Apalagi, kemarin sosok laki-laki yang menemuinya juga mengatakan jika hari ini Alan akan menemuinya."Ala

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 222

    Malam itu, rumah besar milik Kakek Wang berubah menjadi pusat kemewahan dan kegembiraan. Dikelilingi taman yang luas dengan lampu-lampu berkelap-kelip, pesta yang diadakan di mansion megah itu bagaikan perayaan para bangsawan. Para tamu berdatangan dalam pakaian terbaik mereka—gaun berkilauan dan setelan jas mahal—sambil membawa gelas sampanye yang berkilauan di bawah cahaya lampu gantung kristal raksasa.Di tengah aula utama yang luas, sebuah orkestra memainkan musik klasik yang lembut, sementara para pelayan berlalu-lalang dengan nampan berisi hidangan mewah: kaviar, lobster, dan anggur terbaik dari seluruh dunia. Taman belakang yang dihiasi air mancur dan patung-patung marmer menjadi tempat bagi mereka yang ingin berbincang lebih santai, dengan suara tawa dan gelak kebahagiaan memenuhi udara.Kakek Wang, seorang miliarder yang dikenal karena kemurahan hatinya, berdiri di balkon lantai dua, mengangkat gelasnya dan menyampaikan pidato singkat. Dengan senyuman bijaksana, dia menyambut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 221

    Kanaya berdiri di depan cermin besar, tubuhnya dibalut gaun pengantin berwarna putih gading dengan renda yang halus. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dadanya yang berdebar.Cahaya dari lampu gantung di butik membuat wajahnya tampak lebih lembut, tapi tidak bisa menghilangkan bayangan kegundahan di matanya. Ocha, yang duduk di sofa butik, menatapnya penuh kagum."Ya ampun, Nay. Kamu cantik banget, aku yakin Mas Alan bakalan terpesona liat kamu. Aku foto ya, nanti kamu kirim ke calon suami kamu!" pekik Ocha, dengan sorot mata berbinar, kagum akan kecantikan sahabatnya.Kanaya tersenyum kecil, lalu merapikan bagian lengan gaunnya. "Tapi aku malu.""Ck ngapain malu sih. Aku aja yang cewek terpesona. Apalagi Mas Alan!" sahut Ocha, seraya tertawa kecil.Kanaya ikut tersenyum, tapi hanya sebentar. Matanya kembali menatap pantulan dirinya di cermin, seakan mencari sesuatu yang hilang."Nay, lo kenapa sih kaya sedih gitu? Nggak cocok sama gaunnya?"Kanaya menggeleng pelan. "

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 220

    Di sebuah ruang perawatan rumah sakit yang diterangi cahaya lembut dari jendela, Rain duduk di tepi ranjang pasien setelah beberapa saat berusaha menenangkan Arumi.Wajah itu, menyimpan kelelahan, tapi sorot matanya penuh harapan saat menatap perempuan yang duduk di depannya. Arumi—atau kini, yang hanya mengenal dirinya sebagai Celine—terlihat ragu. Tatapannya kosong, seolah berusaha mengaitkan kembali kepingan memori yang hilang."Dengarkan aku, kamu bukan Celine, kamu Arumi. Aku tahu ini membingungkan, tapi aku mohon, percayalah padaku.""A-aku nggak ngerti. Semua orang bilang aku Celine. Stela bilang jangan pernah percaya orang lain, kecuali dirinya.""Stela bohong. Namamu Arumi."Rain menggeleng, suaranya tegas tapi terdengar lembut. Arumi kemudian mengerutkan kening, matanya berkabut."Kalau benar, kenapa aku nggak ingat kalo aku Arumi?""Lalu, apa kau juga ingat jati dirimu sebagai Celine?" sahut Rain, kemudian menarik napas dalam, berusaha menahan emosi."Tapi kenapa Stela bila

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 219

    Di dalam ruang tengah, Rain menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Cahaya dari layar memantul di matanya yang penuh amarah dan kekecewaan. Napasnya memburu, dadanya naik turun seiring gelombang emosi yang meluap di dalam dirinya. Beberapa saat yang lalu, dia menyadap ponsel milik Stela, dan menemukan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan.Bukti, percakapan, rencana. Semua tertulis jelas. Stela adalah dalang di balik kecelakaan Arumi.Rain mengeratkan genggamannya pada ponselnya sendiri, seakan benda itu bisa membantunya mengendalikan amarah yang hampir meledak. Pikirannya berputar, mengulang-ulang momen saat dia melihat bagaimana mobil tersebut terbakar, bagaimana hancurnya dia saat mengira jika Arumi telah meninggal, dan ternyata semua itu palsu. Semua itu adalah konspirasi semata yang sangat menyakiti hatinya. Rain pikir itu kecelakaan biasa. Takdir buruk yang menimpa tanpa peringatan. Namun, tidak. Itu ulah Stela. Orang yang selama ini ada di dekatnya.Rahangnya mengera

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 218

    Atmosfer ruang tamu itu terasa panas meskipun AC yang menyala, menunjukkan suhu rendah. Lampu terang yang menyinari membuat bayangan wajah mereka terlihat lebih tegang.Alan duduk di sofa dengan tubuh sedikit condong ke depan, kedua tangannya saling menggenggam erat. Kanaya berdiri di dekat jendela, menggigit bibir bawahnya, sembari mendengar penjelasan Rain di ujung sambungan telepon.Sementara Pak Rama, duduk di kursi berhadapan dengan Alan. Wajahnya kusut, matanya merah dan penuh kecemasan.Di atas meja, secangkir kopi yang disajikan sejak tadi sudah dingin, tak ada yang sempat menyentuhnya. Udara di ruangan itu seperti membeku setelah Alan menyampaikan kabar yang baru saja ia dapatkan.Setelah Kanaya menutup sambungan telepon tersebut, gadis itu tampak menghela napas berat."Aku baru saja mendapat kabar dari Rain. Dia bilang, tadi saat menunggu ibunya yang masuk rumah sakit, Rain melihat seseorang yang mirip Arumi di sebuah rumah sakit tersenyum. Namun, saat Rain mendekat, wanita

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 217

    Di ruang makan yang luas dan elegan, sebuah meja panjang berhiaskan lilin serta peralatan makan berlapis perak tersusun rapi. Lampu kristal menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya keemasan yang hangat. Aroma hidangan menguar, memenuhi ruangan dengan keharuman menggoda.Pak Rama meletakkan garpunya dengan tenang, lalu menatap putrinya dengan penuh perhatian."Udah sampe sejauh mana persiapan pernikahan kamu sama Alan?"Kanaya tersenyum malu-malu, meletakkan sendoknya, lalu menatap ayahnya dengan sorot mata berbinar."Hampir 75 persen, Pa. Besok kita mau fitting baju pengantin. Kita nggak undang banyak tamu, karena lebih ke acara private party."Pak Rama mengangguk pelan, ekspresinya tenang, tapi penuh makna. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu menghela napas pendek sebelum berbicara."Pernikahan itu bukan sekedar tentang cinta, Kanaya. Tapi juga tentang kesiapan, tanggung jawab, dan kesabaran. Kamu harus ingat itu, dan jangan pernah melakukan kesalahan seperti yang perna

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status