Promosi Jabatan
Merasa telah pensiun dini dari profesinya sebagai PSK dan tidak lagi kelayapan di diskotek, Rita memikirkan cara merekrut pekerja malam. Job desknya travelling menerbangi rute Jakarta – Penang atau Jakarta –Johor Bahru- Malaysia.
Berangkat naik pesawat, pulang lewat laut dengan rute berbeda, naik kapal feri via Penang Port menyeberangi selat selama dua jam. Begitu sampai di Pelabuhan Sri Junjungan Dumai, lanjut jalan darat dengan mobil travel menuju Pekanbaru yang akan ditempuh delapan jam. Bermalam semalam di Pekanbaru, paginya kemudian lanjut dengan pesawat ke Jakarta. Untuk rute Jakarta-Johor Bahru, berangkat naik pesawat ke Batam, menyeberangi selat naik feri dua jam dari Batam Center sampai ke Port Klang-Stulang Laut Johor Bahru. Pulangnya, lewat jalur yang sama.
“Cece, berangkatnya naik pesawat. Jakarta - KL, lanjut KL-Penang. Kok pulangnya kenapa harus susah-susah lewat jalur laut?”tanya Rita kritis, dijawab Melanie, ‘’Udah...ikutin aja sesuai arahan bos besar, gak usah banyak tanya’’.
Melanie menawarkan sebuah promosi jabatan, alias kenaikan pangkat. Jika kemarin dulu Rita adalah bawahan, kini Melanie mempromosikannya menjadi bos di bawah bos besar. Jika sebelumnya Melanie selalui memantau pergerakan traveling para kurir, maka tugas itu diserahkannya ke Rita.
“Rekrut orang, pantau perjalanannya. Aku mau liburan ke Belanda. Tugas mereka sama seperti apa yang kamu kerjakan dulu, bertukar koper di hotel. Koper yang dikasih orang di Malaysia itu buat kurir kamu, harus dibawa pulang ke Jakarta. Suruh kurir atur janji sama orang yang mau antar koper di kamar hotel.” Jelas Melanie sembari menegaskan bahwa tugas awal Rita harus dimulai dari mencari kurir.
Menyiapkan paspor dan booking tiket pesawat, itu tugas berikutnya. Rita putar otak mengingat sudah enggak kelayapan clubbing lagi. Sedangkan di club malam bekas tempat kerjanya terdahulu, ia hanya kenal 2-3 orang sexy dancer. Dari hasil mengontak mereka, hanya satu orang yang berminat. Sementara Melanie memintanya merekrut minimal 10 kurir sekaligus, selama satu minggu ini.
‘’Musti cari orang ke mana ya?” gumam Rita dalam hati. Maka ia coba-coba tawarkan lowongan kerja backpacker di f******k. Lumayan, lima puluh orang melamar. Dari sana, ia menyortir menurut CV yang masuk. Background pendidikan terlalu tinggi, ia buang. Juga yang background pekerjaannya kantoran, dia buang. Dari f*, ia merekrut 5 orang yang dianggapnya tidak berpendidikan, dan bukan dari kalangan kantoran. Supaya jangan banyak pertanyaan.
Siang itu, setelah mentok cari orang di f******k hanya dapat 5 calon kurir, ia keluar rumah melintasi terminal bus Manggarai Jakarta Selatan pagi itu, Rita minggir di tukang asong. Pura-pura beli tissue. Saat seorang kenek bus metromini juga membeli sesuatu di tukang asong, Rita memberanikan diri beramah tamah Sok Kenal Sok Dekat. Membaca logat bicara pria kenek bus metromini itu berlogat Jawa ngapak, ia berusaha memakai logat yang sama untuk mengakrabi si abang.
‘Lagi nyantai, Bang?” Pertanyaan itu dijawab senyuman si Abang kenek. “Punya keluarga perempuan yang mau ikut kerja sama saya, nggak Bang? Gaji lumayan, kok.” Tawar Rita disambut kooperatif si Abang Kenek.
“Saya minta nomor HP ibu boleh? Soalnya saya mau narik lagi. Itu metromini udah nunggu. Nanti malam jam 10, saya kelar narik, sih Bu. Jam segitu saya ada di rumah. Saya bisa telfon Ibu,’’jelas si Abang kenek. “Iya, itu kartu nama saya. Abang nanti telfon saya kalo sudah senggang. Nomor telfon saya ada di situ. Saya istirahat biasanya jam 12 malam. Gak papa telfon saya jam 10 malam,”jelas Rita.
Malam itu, Abang kenek yang bernama Anto menghubungi Rita yang di kartu namanya menyebut berprofesi sebagai export import trader. Hasil pembicaraan telfon malam itu, Anto akan membawa beberapa orang perempuan dalam keluarganya untuk bekerja ikut Ibu Rita. Esok hari, Anto membawa istrinya Osih, Romlah tantenya dan juga Yati ponakannya untuk ketemu Ibu Rita di food court Mall Pasaraya Manggarai, Jakarta Selatan.
“Kenalin Bu, ini istri saya, tante dan ponakan saya. Mereka emang pada lagi nyari kerja. Kemarin kerja di garmen, tapi kena PHK. Kalo cuman kerja ngambil sampel barang ke Malayia satu dua hari dapet gaji Rp 15 juta sih, semua pada mau, Bu,’’jelas Anto, pria berbadan gelap berusia 30 an itu sembari meremas bungkus rokok kosong, dibarengi anggukan ketiga perempuan yang adalah keluarga dekatnya.
Mereka menyerahkan berkas-berkas yang diminta Rita untuk syarat bikin paspor. “Iya, ini lengkap semua ya berkasnya. Seminggu lagi ikut saya. Wawancara di kantor imigrasi Jakarta Selatan. Kan, kerjanya nggak berat. Cuman ambil sampel barang di Malaysia. Paling besar ya, satu koli, atau satu koper sport atau koper besar,”jelas Rita.
Dalam seminggu ini, Rita berhasil merekrut 10 perempuan. Lima orang diantaranya dari f******k, tiga lagi dari koneksi Anto abang kenek metromini dan dua lagi dari bisnis menjalankan uang alias rentenir yang ia jalankan di lingkungan pekerja malam tempat ia bekerja dulu, ada dua orang yang terjerat hutang bunga berbunga dan akhirnya enggak bisa bayar. Yang ini, bersedia melunasi hutangnya dengan menerima tawaran kerja menjadi kurir ambil sampel barang ke malaysia. Hutang uang dibayar dengan tenaga.
Kesepuluh tenaga kurir yang berhasil direkrut, ada yang berlatar belakang ibu rumah tangga, kenek metromini, pekerja domestik Asisten Rumah Tangga (ART). Selebihnya ada yang korban PHK buruh pabrik, ada juga pekerja malam kelas diskotek dan kafe dangdut yang ingin tobat meninggalkan dunia bejat, dan ada juga pekerja malam yang juga ingin terbebas dari jerat hutang rentenir. Selain mereka, Rita berhasil merekrut PSK bantaran Kali Manggarai yang selama ini lelah bersaing berpindah lokasi lapak kerja dari sana ke bilangan jalanan seputar PRJ Kemayoran tergusur hebatnya persaingan pasar dengan para bencong.
Rita juga menyiapkan sesi training tiap kurirnya, dua jam, secara terpisah, guna menghindari saling kenal, saling kontak yang nantinya membahas hal-hal yang bukan-bukan. Itu saran Melanie.
Dalam sesi training per kurir yang berlangsung dua jam, ia mengajarkan cara berpakaian. Ia bahkan membelikan tiap mereka satu stel baju kantoran dan tas kerja, yang akan dikenakan selama perjalanan, lengkap dengan jam tangan dan perhiasan imitasi. Buat kurir berusia emak-emak, ia membelikan busana muslim mewah berbahan satin. Ia mengajarkan cara berpakaian yang elegan, juga merias wajah untuk meyakinkan petugas imigrasi di Malaysia bahwa mereka bukan pencari kerja atau TKI yang akan memasuki wilayah Malaysia dengan visa turis.
Rita juga meminta mereka menukarkan biaya akomodasi yang telah disiapkan dengan mengisi dompet mereka dengan mata uang Ringgit, sebanyak RM 4000. Uang tersebut akan ditunjukkan kepada petugas imigrasi Malaysia, jika para petugas itu menanyakan mana uang sakunya. ‘’Cukup tunjukin aja. Bukan dikasiin,’’terang Rita.
Jika petugas imigrasi menanyakan keperluan mereka datang ke Malaysia, Rita mengajarkan sejumlah jawaban. Deal bisnis minyak kelapa sawit CPO, jual beli karet alam, jual beli cacao atau coklat, jual beli alat berat dan sejumlah jawaban lain yang tidak lebih hanyalah karangan belaka. Penjelasan Rita dijawab anggukan tanda mengerti dan patuh para kurirnya.
‘’Tapi nanti, pulang dari Malaysia kalian harus bawa barang yang diserahkan sama orang Ibu di sana. Barangnya bisa berupa koper travel bag kosong, sport bag kosong, sepatu high wedges, mainan anak, lukisan kaligrafi, termos es besar berisi ikan, laptop, atau mungkin barang-barang lain. Itu semua sampel barang yang mau Ibu jual di Jakarta. Bawa aja, kalau naik pesawat, masukkan ke bagasi penumpang. Jangan taruh di kabin, soalnya size nya rada besar,’’jelas Rita dalam sesi trainingnya.
Kendati sesi training telah dipisah hanya Rita empat mata dengan satu orang calon kurir, kelompok kurir keluarga si abang kenek Anto, ternyata masih bisa mendiskusikannya usai sesi training, setelah mereka tiba di rumah masing-masing. “Tante Osih dan Emak Romlah dikasih wejangan juga, ya, sama Bu Rita? ‘’tanya Yati ke dua kerabatnya mengawali diskusi mereka.
“”Kok kayaknya ada yang aneh? Sampai kita didandanin dan diajarin bagaimana ngejawab pertanyaan petugas imigrasi. Padahal, jasa paketan luar negeri kan banyak, ya Tante Osih? Kenapa harus kita yang ngambil ke sana?’beber Yati kritis.
Mereka bertiga mendiskusikan job desk pekerjaan yang dipaparkan si bos. Namun di ending pembicaraan, mereka sepakat mengambil kesempatan kerja itu, wait and see. Jika pekerjaan itu baik-baik dan upahnya sesuai janji, mereka akan lanjutkan. Namun jika tidak, mereka akan kompakan mundur.
Hari demi hari berganti, Rita sibuk menyiapkan keberangkatan para kurirnya. Sehari yang hanya 24 jam itu serasa kurang buat Rita. Sebab dia harus memantau ke-10 kurirnya. Ada yang di pukul 24.00 masih dalam perjalanan malam via bus antar kota di Malaysia. Betapapun, mereka semua, baik yang on the way di kapal feri sinyal hilang muncul, atau yang baru check in counter di bandara, atau bahkan yang tengah menunggu transaksi serah terima koper, semuanya harus dia pantau. Jika ada yang alami kesulitan selama perjalanan, ia harus lapor ke atasannya, Melanie.
Di mata Rita, ini pekerjaan sederhana yang memberi dia komisi besar, Rp 25 juta per kurir. Komisi cair setelah kurir tiba di Jakarta dan koper bawaan mereka dia terima dengan baik. Memang, dibenaknya ada tanda tanya, kenapa pekerjaan sederhana ini memberinya penghasilan besar? Namun, lantaran takut dibilang ‘rewel’ oleh Melanie, ia memilih diam. Disisi lain yang sangat ekstrim, pekerjaan ini menawarkan nilai plus yang signifikan dibanding melayani bookingan pria hidung belang,
“Terima kasih, Bu Rita, saya bisa kerja ikut Ibu. Terima kasih dikasih gaji Rp 15 juta cuman kerja dua hari,’’jelas Osih, istri Anto si Abang Kenek Metromini, usai menyerahkan koper yang ia bawa dari Malaysia. Perempuan berusia 29 tahun yang selama ini bekerja juga sebagai kenek metromini itu merasa taraf hidupnya ditolong oleh Rita.
Diskursus Uang Gampang,Tak TerbantahkanSepuluh perempuan telah diberangkatkan ke Malaysia, dan semuanya pulang dengan selamat. Rita membukukan pendapatan kotor uang komisian seminggu itu Rp 250 juta. Dibandingkan travelling sendiri menerbangi Rio de Jenairo-Jakarta, yang hanya Rp 50 juta dua bulan sekali, menurut Rita, mendingan yang ini, merekrut dan mengontrol perjalanan kurir. Iming-iming pekerjaan yang menjanjikan selamat tinggal kemiskinan itu akhirnya menjadi kenyataan. “Wah kalau aku terus jalani pekerjaan ini, memang bener, Selamat Tinggal Kemiskinan....”gumam Rita dalam hati.Semua dari kesepuluh kurir ini merasakan berkah uang gampang, kerja ringan gaji besar dengan bekerja di Ibu Rita, yang mengaku sebagai bos trader ekspor impor. Gaji Rp 15 juta hanya dua hari kerja, dibandingkan upah tukang jahit di garmen Rp 500.000 seminggu, buat Yati, perempuan berusia 20 tahun, terasa bedanya. Ia memakai hari liburnya u
Lihai Penuh SiasatPernikahan Refan Vs Olive baru seumur jagung. Olive melontarkan kalimat pembuka membahas keanehan rumah tangganya. Suatu siang, ia curhat ke Tubagus. Di kalimat itu ada embel-embel versus di tengah nama mereka, bukannya ‘dan’. Versus artinya melawan. Seperti siaran kejuaraan tinju kelas berat Evander Holyfield Vs Mike Tyson. Pernikahan Refan melawan Olive.Pernikahan seumur jagung, sudah tidak ada kebersamaan dan kesehatian. Aroma pernikahan mereka penuh keanehan, bak masakan tanpa garam, suami tapi seperti orang lain bahkan orang asing, istri tapi serasa bukan. Menyisakan sebuah teka-teki besar dari sebuah kontradiksi. Bak teori psikoanalisa Sigmund Freud, kesadaran Olive akan keanehan dalam rumah tangganya ini, muncul ke permukaan seperti fenomena gunung es di tengah samudera. Kesadaran muncul hanya setitik nyembul.Topik curcol mengambil kalimat pembukaan dengan kata hubung
Teka-Teki Yang TerkuakOlive membaca gelagat aneh suaminya, saat menghadiri joint meeting kedua perusahaan tempat mereka bekerja, di kantor Olive. Refan terlihat gusar, siang itu. Sebentar-sebentar mengechek ponselnya, dilakukan Refan saat tengah mempresentasikan paparan inisialisasi proyek bersama ini.Refan menjelaskan kontribusi perusahaan PT Osfon dalam perencanaan awal proyek ini, memaparkan komposisi sumber daya manusia, alat-alat, metode serta hal teknis lainnya. Tiba-tiba Refan meminta izin kepada pimpinan rapat untuk meninggalkan ruangan karena keperluan mendadak. Padahal, semestinya ia yang menempati posisi strategis dalam proyek bersama itu, tak boleh meninggalkan tahapan penting pendiskusian draft perencanaan proyek.“Untuk penjelasan lebih lanjut dari perusahaan saya, akan dijelaskan oleh Bapak Rudy, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis, sebagai divisi langsung yang ikut bertanggung jawab atas kelancaran proy
Puzzle Siluet PerselingkuhanPagi itu, Olive tiba di kantor. Dengan sasaran utama segera menuju ruang kerja Tubagus. Ia bermaksud menunjukkan rekaman audio visual suaminya bersama perempuan yang diduga kuat adalah simpanannya, membawa bayi baru lahir pasca melahirkan di RS Jakarta. “”Suamiku diambil kuntilanak, Gus......’’ jerit Olive lirih seraya menangis.Saat membuka laptopnya, Bagus menyergah. “Bener, kan, apa kataku dulu?” Tiga rekaman video pendek-pendek dengan durasi total 15 menit itu membeberkan, betapa benar pria yang menikahinya hanya memerankan skenario pernikahan sandiwara.“Trus, mau difollow up lagi?”tanya Bagus. Olive mengungkapkan rasa penasarannya mengungkap identitas perempuan yang melahirkan bayi dari suaminya ini. “Gus, kamu kan ahli IT yang pakar di software. Bisa tolong retas email pribadi Refan? Siapa tahu dari situ aku bisa ambil kesimpulan identitas dia, siapa
Konsultasi Penasihat Kekacauan RanjangSetelah menunggu keluarnya hasil investigasi team agen paparazzi selama dua pekan, para paparazzi melaporkan bahwa kuntilanak itu telah resign dari tempat kerjanya sejak enam bulan lalu. Refan masih bertandang ke club itu, hanya mengantar atasannya, seorang pria bule. Tidak ada aroma perselingkuhan atau kedekatan dengan perempuan lain di club itu. Pasangan selingkuh Refan juga tidak pernah lagi mangkal di diskotek bekas tempat kerjanya. Kini Olive bingung, upaya menggali lebih jauh sepak terjang kuntilanak itupun mentok.Sedangkan menyerahkan nomer kontak WA dan HP suaminya ke polisi, kata Bagus, itu berisiko. ’Itu sama halnya, membeberkan hal-hal pribadi, termasuk sepak terjang suami kamu ke polisi. Apa kamu nggak takut, kamu bisa kebawa-bawa juga? Pertimbangkan baik-baik, Non,’’Kata Bagus menasehati.Meski telah diwanti-wanti, Olive merasa enggak paham juga. Bagaimanapun, r
Training Service RanjangSepuluh menit berselang, Mba Widya akhirnya kembali. Olive makin penasaran dengan apa yang dituturkan konsultan ini. Seumur-umur baru ia dengar sekarang.Pensiunan penari erotis ini, melanjutkan kisahnya. Ia mengaku pernah punya side job sebagai LC (lady companion/ yang bertugas nemenin tamu) dan therapist. Untuk pekerjaan side job sebagai therapist, ia bekerja sebagai tenaga pemijit di spa plus-plus. Ia membenarkan terkenal sebagai therapist sekwilda lantaran daya tariknya ada di sekitar wilayah dada. Mendengar penuturan panjang lebar Widya, Olive merasa begitu plain alias tawar, bloon, lantaran tak punya pegangan apapun untuk memuaskan suaminya di ranjang.‘’Pelanggan saya, hampir semua tipe pelanggan setia. Kalau saya enggak masuk kerja, yang mereka cari tetap saya dan tidak mau digantikan LC atau penari lain, atau therapist lain,’’jelasnya.Ia menjelaskan se
Gulana Yang Menyulut Petaka Mau dibawa ke mana rumah tangga kita? Kalimat itu menjadi pijakan Olive dalam menetapkan keputusan. Sikap apa yang akan ia kemukakan di hadapan Refan. Ia masih mempertimbangkan nasihat Tubagus, agar ia tak perlu melangkah jauh untuk menyadap percakapan telfon maupun WA. Sebab, konsultan IT yang Tubagus tawarkan adalah seorang polisi. Jika ia tak yakin Refan bersih, sebaiknya ia menahan diri. Olive mengingat nasihat itu. Makanya, ia memilih diam di enam bulan terakhir ini, mungkin sampai satu setengah tahun ke depan. Sampai joint project yang ia kepalai mencapai tahap penutupan. Kendati, ia menyadari, makin lama tidak ada lagi yang perlu dinanti dari pernikahannya ini. Menunggu jabang bayi, menurutnya itu jauh asap dari api. Ia tak kunjung digauli. Sudah setahun enam bulan. Ia menganggap pengabaian hak-haknya selaku istri, menjadi sepi omongan, sepi keributan, juga tidak ada mekanisme
Tertangkap BasahDunia tak selebar daun kelor. Suatu siang esok hari di hypermart Plaza Semanggi. Olive menggunakan jam makan siangnya yang sempit itu membeli bingkisan untuk Om Alex, rekan kerja yang adalah atasan Bagus. Om Alex baru mengkhitankan anaknya. Pikirnya, ia yang tak sempat datang ke acaran khitanan kemarin, akan menyerahkan bingkisan itu sebelum bubaran kantor.Namun sial, ia memergoki Refan tengah mendorong troli belanja menemani seorang perempuan muda yang ia tahu itu adalah si Kuntilanak Rita. Ia berpapasan di belokan salah satu lorong rak display pempers bayi. Moncong ketemu moncong. Refan tak bisa mengelak lagi.‘’Eh, Live. Aku nemenin pacar si Bos, belanja bentar. Tolong, kenalin ini Rita,’’jelas Refan yang sangat percaya diri memperkenalkan perempuan selingkuhannya itu sebagai pacar Jason, atasannya. Dalihnya, Bos Jason memang mengoleksi banyak wanita yang disebut teman kencan.‘&rsq
Perlawanan Sayap Patah, Suami Tertebus Sore itu cukup panas. Suhu udara Jakarta 28 derajat. Hangat tergolong panas. Namun, sore itu sangat sejuk buat Refan dan Olive. Sementara buat sebelas orang pengacara kuasa hukum pembela Refan, cuaca hari itu sangat segar menyemangati mereka. Detik-detik pelepasan klien mereka sedang berlangsung. Kemenangan mereka di depan mata. ‘’Selamat, Bapak Refan, buat prestasinya, luput dari jerat hukum,’’Kompol Agung menyalami Refan dengan sebuah senyuman. Refan membalas dengan senyuman asli, benar-benar tersenyum. ‘’Selamat, Pak Irawan. Sukses dalam tugas, ya, Pak?” Kompol Agung juga menyalami Ketua Tim Kuasa Hukum beranggotakan 10 orang pengacara ini. ‘’Terima kasih, Bapak Agung,’’balas Irawan. ‘’Saran dan masukan saya buat Bapak Refan dan juga 11 orang kuasa hukumnya. Barangkali bisa disampaikan ke khalayak yang lain. Tapi secara khusus siang ini saya pesan buat Bapak Refan. Bahwa jerat hukum narkoba itu sulit buat mengurainya, buat lepas dari itu.
Akhir dari Perang DinginIrawan dan Olive sedang mendiskusikan perihal keterkaitan keuangan suaminya dengan selingkuhannya. Namun, Irawan menggiring Olive agar ia memiliki strategi defensif yang lebih baik saat menghadapi suami yang berselingkuh. Irawan melihat Olive terlalu lembek menghadapi perselingkuhan suaminya. Sebagai akibatnya sangat fatal, kesehatan suaminya menjadi taruhan.‘’Saya punya klien orang-orang hebat sekelas Bapak Refan di habitat pekerjaannya masing-masing. Kasus pemakai narkoba. Kemiripannya sama. Mereka mengalami gangguan kejiwaan. Terlihat dari penjelasan keluarganya bahwa klien saya itu konsul ke dokter psikhiater. Umumnya mereka itu sama seperti Ibu, terlalu lembek, tidak mau sedikit galak. Akibatnya, racun narkoba masuk terus. Pemakaian narkoba jangka panjang bikin syaraf dan otak putus,’’ papar Irawan.‘’Bukannya Bapak pernah bilang, suami saya bukan sekedar dira
Pembuktian Dua Lacak Jejak TerakhirDari mana datangya lintah? Dari darat turun ke kali. Dari mana datangnya Rita? Dari diskotek turun ke kantor polisi. Ini peribahasa yang mencibir Refan sejak tadi. Ia mendengar seorang polisi berkelakar tentang perilaku selingkuhnya. Ia merasa sangat malu dan geram.Sepi kembali mencekam. Refan masih meniduri sofa panjang berlapis kain wool kuning. Berusaha tidur, namun ia gelisah. Dari terbaring, kembali berubah posisi ke duduk. Ia yakin Rita berada hanya berjarak beberapa meter dari gedung ini. Ia merasa sangat heran, kenapa kisah cinta yang ia tutup rapat seakan hanya dia dan iblis yang tahu, dipisahkan di tempat ini dengan cara ditelanjangi banyak pihak. Ketika rombongan pengacara, istri dan ibunya meninggalkannya di tempat itu seorang diri malam ini, ia merasakan lagi kesepian ini sebagai sebuah hukuman Tuhan. Sebuah karma. Jika bukan, tidak mungkin perasaan yang ia alami seperti ini.Ia mel
Harta Dalam Pernikahan dengan Mafia Narkoba, Disita Negara Refan adalah orang pertama yang kaget dan tidak bisa terima penjelasan itu. Namun ia menahan diri seolah tanpa ekspresi meski dalam batinnya marah, kecewa tak terperi. Yang jelas sedih mendengar hal itu adalah Olive. Ia berpikir, mulai malam ini ia beristirahat dari penat mengumpulkan data pembelaan untuk suaminya. Namun, Olive juga berusaha berwajah dingin seolah tak perlu bereaksi. Namun, yang wajahnya tak bisa dibohongi dan tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya adlah Tante Anita. ‘’Loh, kenapa?” Tanya Tante Anita. Irawan segera menghadap Kompol Agung dan membahas hal itu tidak di hadapan kliennya. Dari kejauhan terlihat Polisi dan Irawan terlibat negosiasi yang alot. Namun tak berapa lama kemudian, Irawan kembali ke ruangan di mana klien dan keluarganya sedang berkumpul. Tim kuasa hukum Refan berada di pihak yang diombang-ambingkan nasibnya. Di dalam hati s
Detik-Detik Penentuan ''Kutunggu Cinta.Apakah berpihak kepadaku. Ku meminta jawab saat ini.''Sebuah puisi yang dituliskan entah oleh siapa di sebuah brosur sekolah playgroup yang sengaja dimasukkan orang ke celah di bawah pintu unit apertemennya. Olive berterima kasih atas tanda alam yang dianugerahkan Tuhan lewat brosur ini. Ia meminggirkannya ke tong sampah. Brosur itu ia baca sesaat sebelum meninggalkan apartemennya, malam itu Waktu menunjukkan pukul 20.10. Langit Jakarta tak segelap rona hidup yang baru saja melewati rumah tangga Olive-Refan. Olive dan mertuanya sedang dalam perjalanan menuju BNN Cawang. Mercedes Benz S-Class Hitam bernomor polisi B 1988 RO itu memasuki jalan besar Gatot Subroto menuju arah Cawang. Mereka masih membahas perselingkuhan Refan dengan penari striptis mafia narkoba, Rita Anastasia ‘’Nak, kamu memang beda dibandingkan para istri kebanyakan. Ekspresi kamu itu melihat kelakuan anak Tant
Mencerna Sebuah Kehilangan Hari ini pertempuran wanita murahan Vs wanita rumahan sepertinya segera berakhir, Olive mencerna makna kehilangan. Ia menemukan kembali hati suaminya utuh, meski raganya babak belur. Suaminya lolos dari lubang maut jerat hukum cinta sang mafia narkoba, Rita Anastasia. Bisa maut service ranjang Rita Anastasia yang merasuk di tubuh Refan juga telah habis. Refan Mananta akhirnya menyadari ia meminum racun mut setiap hari. Namun bersyukur ia punya Tuhan yang memberi dia seorang penolong, istri yang baik budi. Irawan menghubungi istri kliennya, Olivia Mananta memberitahukan bahwa malam itu sekitar pukul 11. 00 dalam tiga jam ke depan suaminya akan dibebaskan BNN. Irawan meminta Olive agar menyiapkan penyambutan terbaik atas kemenangan suaminya melawan mafia narkoba yang menjeratnya dalam masalah besar ini. Olive sedang kelelahan beristrahat di rumah. Namun ia siaga dengan ponselnya kalau-kalau pengac
Titik Terang Olive merasakan kelelahannya memuncak hari ini. Ia berharap dua rekening bank ini adalah pencarian terakhirnya. Ia sungguh kecewa, ketika sampai di kantor Bank, itu Customer Service (CS) mengatakan akan tutup dalam satu jam ke depan dan tidak menerima permintaan pelayanan yang membutuhkan waktu tunggu cukup lama. Maka ia meminta kepada staf CS itu agar mengerjakan print out rekening bank suaminya esok hari. ‘’Jika Ibu bisa kerjakan selesai besok siang jam 12, saya ambil ke sini jam 12. Saya minta nomor ponselnya, boleh? Saya akan memberikan tips yang layak untuk kerja keras Ibu. Karena saya sadar, yang saya minta itu cetak buku rekening koran selama 5 tahun,’’jelas Olive ke staf CS Bank OCBC NISP Gedung wisma 46. Staf perempuan berambut panjang dengan bulu mata lentik itu langsung membelalakkan matanya, lalu tersenyum. ‘’Ibu sangat membutuhkan segera ya, Bu? Saya bisa kerjakan setelah ini. Berhubung i
Sesal Itu Pasti Belakangan Jam tangan menunjukkan Pukul 11.30. Olive bersiap meluncur ke BNN untuk membesuk suaminya. Namun sebelum berangkat ke sana, ia merasa perlu menghubungi pengacaranya.‘’Halo, selamat siang, Pak Irawan. Bapak sudah ketemu suami saya hari ini? Ada kabar apa, Bapak?” Tanya Olive saat menghubungi Irawan, siang itu.‘’Sudah, Ibu. Saya sudah ketemu beliau. Saya juga sudah menghadap Kepala Deputy IV BNN Pak Benny. Saya beritahukan kepada BNN, bahwa kuasa hukum Pak Refan sudah mendaftarkan praperadilan ke PN Selatan,’’‘’Terus itu reaksi BNN gimana, Pak?”‘’Ya, itu ancaman buat mereka. Itu akan menurunkan kredibilitas kinerja mereka. Karena kalau menang atau tidak di praperadilan, kita tetap akan laporkan kinerja institusi BNN ke Indonesia Police Watch. Terus bukan itu saja, kita akan laporkan juga ke lembaga PBB United Nations
Menghitung Hari Dag Dig Dug Hari keempat penangkapan Refan Mananta. Hari masih pagi. Olive tak jenak bekerja. Sebentar-sebentar ia melihat jam. Ia ingin jam cepat menunuju 11.30, dia harus mengunjungi suaminya. Saat ini baru jam 09.00. Lalu ia pergi menuju ruangan Tubagus, seperti biasa ingin minta saran dan masukan. Ia melihat Tubagus berada di kabin server IT, maka ia tak berani mengganggu. Namun karena telah satu jam Tubagus tak kunjung nongol ke luar kabin, maka ia memberanikan diri masuk ke ruangan Tubagus. ‘’Gus....Gus....Lagi sibuk ya, Gus?” ‘’Hem...kenapa, Non?’’ Tubagus mencondongkan kepala ke luar kabin. ‘’Aku duduk di sini aja boleh ya, Gus? Aku ganggu kamu sehari ini, boleh? Mau ngomongin itu tuh?” ‘’Boleh....Tapi aku di sini, ya Non? Soalnya ini sedikit lagi kelar. Paling setengah jam,’’jelas Bagus. ‘’Ok, makasih, Gus,’’jawab Olive. ‘’Udah, kamu sambil cerita, aku dengerin,’’Jawab Tu