Letta mempersiapkan segala keperluan Erlang untuk operasi, Ia bahkan meminta izin cuti kepada Rini. Rasa khawatirnya tak dapat Ia sembunyikan.
"Mah, e-lang kok gak pulang sih? " tanya Erkang keoada Letta
"Sabar ya sayang, bentR lagi pasti pulang, Nak" ucap Letta
"Mah, operasi itu apa?, kenapa Om Doktel selalu membicarakan tentang operasi? "
"Sayang, operasi tu buat nyembuhin kamu. Kan kamu suka sakit perut nih, nanti kalo dah dioperasi sakitnya hilang. "
"Kalo bial gak sakit kan bisa minum obat. " ucap Erlang
Letta terdiam karena tidak tahu harus menjelaskan bagaimana. Pikirannya sudah kacau, lelah sekali rasanya namun harus tetap pura-pura tegas. Sampai-sampai dia bingung cara menjelaskan kepada Erlang.
"Obat itu kan cuma sementara diminumnya, Baby Boy. Tapi kalau Operasi nanti gak perlu minum obat lagi. " Jawab Rizwan yang baru memasuki ruangan.
Letta yang tak
Rizwan begitu setia menemani Letta dalam masa-masa sulitnya. Dilihatnya wajah lesu dengan guratan kesedihan di wajah Letta, kali ini Ia benar-benar ingin menjaga wanita tangguh yang berada didepannya saat ini. "Wan, kamu kok gak tidur? " ucapnya saat bangun dari tidur. "Belum ngantuk, kamu tidur aja lagi. Istirahatin tubuhnya. " "Udah kok, makasih ya Wan ... sekarang gantian kamu yang istirahat ya. " tangan Letta mendarat di kepala Rizwan, entah dari mana dia mendapatkan keberanian untuk mengusap rambut Rizwan, initinya saat ini Ia benar-benar bahagia ada sosok Rizwan yang selalu setia menemani. Letta begitu rapuh namun Ia berusaha untuk tetap tegar setiap waktu. "Letta.... " Rizwan meraih tangan Letta dan menggenggamnya dengan lembut, ditatapnya dengan dalam ke dua mata sendu itu."Izinkan aku untuk menjaga kamu dan Erlang disepanjang usia ku" "Apa maksud kamu, Wan? " "Letta, aku mencinta
Erlang tengah duduk dan bermain dengan Rizwan sesaat sebelum di bius tidur. Tangan kirinya dihiasi oleh jarum impus yang membuat siapa saja yang melihat merasa iba dan tak tega. Meski tengah sakit dan akan menjalani operasi besar, tapi dia begitu tenang dan sangat ceria pagi itu. Tawanya menghiasi seluruh ruangan, membawa aura positif bagi keluarganya yang tengah di landa kekhawatiran. Kepolosan akan dunia lah yang membuatnya begitu tenang kala itu, Ia belum mengerti apa itu operasi. Namun yang pasti, dia tak akan menunjukan wajah sedihnya kepada Mamanya. Erlang menyadari satu hal, saat ia sedih atau dalam kesakitan maka Letta akan lebih terpukul dan kehilangan senyuman."Ma, Elang kalo dah sembuh beliin es kyim ya!"pinta Erlang diwaktu bermain dengan Rizwan. "Kemalin Elang kan belum sempat makan es kyim dah di bawa kesini" ucap polos bocah tiga tahun itu."Iya sayang, tar mama beliin yang banyaj, yang penting Elang sekarang harus semangat dan n
"Apa! ... bang Rizwan nglamar kaka? " Leni terkejut mendengar apa yang barusan di ucapkan oleh kakaknya."Loh bagus dong, Alhamdulillah... Kok malah teriak gitu sih Len?" sambung mama bahagia mendengar putrinya yang diberi kepastian dari laki-laki yang penuh tanggung jawab seperti Rizwan."Ehh ... iya, Alhamdulillah maksud Leni. Selamat ya kak" Leni memeluk Letta seraya mengucapkan selamat. Namun, yang tidak mereka ketahui adalah fakta bahwa Leni yang begitu menginginkan Rizwan. Pikirannya telah dibutakan oleh cintanya kepada Rizwan sampai tak memperdulikan tentang perasaan orang lain. Saat ini Ia berpikur bagaimana cara untuk dapat merebut Rizwan dari kakaknya, rasa ingin memiliki begitu tak terbendung dan mengalahkan logika yang ada. Mereka adalah dua saudara yang memiliki sifat dan kelakuan yang begitu kontras.Letta semenjak ditinggal meninggal oleh ayahnya menjadi pribadi yang tegar dan pekerja keras sedari remaja,
"Alhamdulillah!" puji syukur serentak terucap setelah mengetahui operasi Erlang telah berjalan dengan lancar. Letta memeluk mamanya dengan perasaan lega sekaligus bahagia, kini Erlang bisa berkumpul kembali seperti sedia kala dan bermain bersama tanpa ada rasa khawatir akan sakitnya. Rizwan segera melempar senyum kepada Letta yang tengah di landa rasa bahagia. "Tu kan Erlang dah sembuh, kamu tu barus percaya ama Erlang ... dia itu kuat" ucap mama kepada Letta. "Iya, Mah. letta bersyukur banget Erlang bisa kembali pulih" Walaupun masih dalam fase pemulihan dan membutuhkan perawatan yang ekstra. Namun, Erlang sudah siuman dan bisa di ajak bicara. Bahkan dia sempat menagih janjinya untuk jalan-jalan dan makan es cream. Rey yang melihat raut bahagia wajah Letta mulai merasa bersalah dan penuh penyesalan, sudah lama Ia tak melihat senyum Letta yang selepas itu ketika mereka bersama dahulu. Dia menyada
"mah, alleta pamit sekolah ya! "seru gadis manis itu kepada ibunya.Ibunya hanya mengangguk dan tersenyum manis kepada alleta yang telah berlalu menuju sekolah.Alleta berlarian menuju sekolah karena waktu sudah menunjukkan jam 7:00 dan 15 menit lagi pasti gerbang sudah ditutup oleh pak sholeh,satpam sekolah SMA 01 tempat alleta menimba ilmu."pak sebentar pak, letta masuk dulu?!""lah neng letta tumben jam segini baru datang biasanya kan selalu paling awal berangkatnya"tanya pak sholeh kepada alleta"letta bangun kesiangan ,semalem abis nge drakor" jawab letta sekenaknya sambil berlalu masuk tak lupa senyum manis selalu menghiasi disetiap ucapan gadis muda itu.Dikelas alleta termasuk siswi pendiam namun banyak teman, teman-temannya sudah paham betul dengan alleta yang lebih nyaman diam dan membaca buku, namun selalu ramah dan siap membantu kapanpun teman-temannya membutuhkan pertolongan."letta, kamu habis lul
"letta,kamu kenapa nak? Kenapa bisa luka seperti ini?"tanya mama kepada alleta dengan khawatir"gak papa mah, tadi letta cuma kesrempet motor, letta kurang hati-hati pas nyebrang"ucap letta menenangkan mamanya"siapa yang nabrak let?mana orangnya biar mamah kasih pelajaran ama tu orang! "kesal mama"udah mah, letta gak papa kok. orangnya juga tadi udah nganterin letta, sekarang letta mau obatin trus istirahat yah mah""sini biar mama obatin""nggak usah mah, letta bisa sendiri kan cuma luka kecil aja ini. Kasih obat merah besok juga kering""yaudah kalo gitu mamah ambilin makan ya? ""nggak usah mah letta masih kenyang,nanti letta ambil sendiri kalo laper"Letta tersenyum dan berlalu menuju kamarnya.Sementara itu reymond yg sedang kumpul bersama geng motornya terlihat melamun sedari tadi."rey, lu kenapa dari tadi gue perhatiin diem? Kalo lu lagi diem kek gini biasanya nemu target baru ya! "selidik
Hubungan antara alleta dan rey kian menjadi dekat, alleta yang masih polos tentu saja dengan mudahnya kena bujuk rayu buaya darat seperti rey. Janji manis kian terucap dari mulut rey mampu membuat alleta tersentuh dan jatuh hati. Sementara itu ujian kelulusan telah usai hanya tinggal menunggu hasilnya saja, alleta dibuat dilema oleh nasib kedepannya bagaimana. Apakah ia lanjut kuliah atau bekerja saja karena mengingat keuangan keluarganya sedang memburuk. Keluarga alleta sebenarnya terbilang berada secara finansial namun semenjak ayahnya meninggal 6 bulan lalu membuat ibunya bekerja keras menghidupinya dan adik perampuannya. "letta, bagaimana hasil ujian mu nak? "tanya mama kepada alleta "alhamdulillah letta lulus mah,cuma letta bingung antara lanjut kuliah atau bekerja " "gak papa nak, mama masih sanggup buat kuliahkan kamu" "mah, letta tau saat ini keuangan kita lagi down letta gk mau bebanin mama.biaya kuliah mahal m
Kejadian kemarin membuat alleta terkejut dan seperti tak percaya bahwa rey yg selama ini baik padanya sanggup berlaku demikian padanya."mah, letta pamit kerja""koq mamah perhatiin dari tadi kamu murung let, kamu sakit? ""nggak mah, letta baik-baik aja mungkin cuma kecapekan aja"Letta berlalu meninggalkan rumah dan menuju tempat kerja seperti biasa ."akhirnya waktunya pulang"ucap mariah pada lettaLetta hanya tersenyum, mariah adalah teman kerja letta di mini market."let kamu kenapa sih seharian kok keliatan murung gak kaya biasa? ""aku sebenernya gak mau cerita mar, cuma aku gak sanggup kalau menyimpan ini sendiri"Letta menceritakan kejadkejadian kemarin pada mariah"apa! Kurang ajar si rey, kagak ada otak tu laki" maki mariah mendengar apa yang diceritakan letta"aku gk nyangka dia bisa berbuat demikian, untung saja dia tidak sampai berbuat lebih.tapi tetap saja mar aku merasa kotor ka