Bab 80TersanjungPagi-pagi sekali, team MUA telah datang ke kediaman Bu Indah untuk make up Bu Indah, Yana, dan Intan. Bu indah mendapat giliran pertama untuk di make up, Yana masih sibuk membujuk Dila untuk mandi, bocah kecil itu sepertinya sedang menguji kesabaran ibunya."Kita mandi, yuk, Sayang. Supaya cantik dan wangi, nanti pakai gaun baru yang dibelikan nenek," bujuk Yana seraya memperlihatkan gaun yang di beli oleh Bu Indah.Dila hanya menoleh sekilas, lalu segera melengos meninggalkan mamanya.Yana membuntuti Dila mengelilingi rumah Bu Indah yang lumayan besar."Sayang, udah dong, Yuk kita mandi." Yana meraih tangan kecil Dila ketika memegang handle pintu sebuah kamar. Namun, bukannya menuruti kemauan ibunya, Dila malah menangis dengan kencang.CeklekkPintu kamar terbuka, Fikri muncul di balik pintu mengernyitkan keningnya, sedangkan Yana tidak kalah kaget melihat Fikri yang muncul di balik pintu."Maaf, Bang," Yana lalu menggendong Dila berlalu dari depan kamar Fikri. Namu
Bab 81Bu Indah menyampaikan sepatah dua patah kata sambutan, menceritakan tentang bagaimana jatuh dan bangunnya dalam mendirikan restoran tersebut. Para undangan bertepuk tangan karena kagum akan kegigihan Bu Indah dalam membangun Restoran yang sudah pernah tumbang dalam waktu yang cukup lama."Perkenalkan, ini Yana ... dia adalah sosok yang memberi saya support dan kekuatan ketika saya sedang rapuh dan Yana juga yang sudah membantu saya mendirikan kembali Restoran ini." ujar Indah memperkenalkan Yana kepada seluruh undangan, Yana menganggukkan kepala dan disertai tepuk tangan riuh dari para undangan.Yana begitu tersipu malu mendapat tepuk tangan yang riuh dari para undangan, Yana tidak menyangka kalau Bu Indah akan memperkenalkan dirinya dalam acara Opening Restoran tersebut. Yana begitu terharu Karena sejujurnya, kebaikan Bu Indah lah yang membuat Yana bisa menemukan kehidupan yang lebih baik lagi. Karena mungkin saja jika saat itu Bu Indah tidak bersedia menerima Yana di rumahnya
Bab 82Menyelesaikan masalahSetelah acara Opening Restaurant Bu Indah selesai, Yana segera berpamitan kepada Bu Indah dan Fikri."Kenapa nggak nginap semalam lagi aja, Yana? besok pagi biar Fikri antar kalian pulang." bujuk Bu Indah kepada Yana dan Intan."Yana ada keperluan penting Bu, Yana harus segera menyelesaikan permasalahan yang ada di sana." ujar Yana menatap Bu indah."Masalah apa, Yan?"tanya Bu Indah heran."Masalah yang waktu Yana dibully oleh warga di sana, Bu. Ketika Bapak tahu Yana dibully, Bapak langsung melaporkan hal tersebut kepada Pak RT untuk ditindak lanjuti. Pak RT sudah menemui Ibu Rita, orang yang sudah membully Yana, namun, Bu Rita berkilah dan mengatakan kalau Yana sudah mencemarkan nama baiknya. Makanya Yana diminta untuk pulang ke sana, karena malam nanti akan ada sidang di rumah RT!" terang Yana panjang lebar."Ya Allah, Nak, tega sekali perempuan itu. Lempar batu sembunyi tangan. Dia yang sudah menyakitimu, dia pula yang menganggap kamu menyakitinya." Bu
Bab 83"Segera selesaikan masalahmu dengan Arif, setelah itu terimalah cinta abang. Menikahlah dengan abang. Abang berjanji akan memberimu kebahagiaan!" ujar Arif lagi. Yana terkejut mendengar perkataan Fikri, tidak menyangka kalau Fikri akan berkata seperti itu di hadapan orang tuanya dan juga Intan."Maaf, Bang, untuk masalah itu ... Yana belum bisa memikirkannya!" Jawab Yana memalingkan wajahnya."Tidak masalah, Abang juga tidak memintamu untuk berpikir sekarang. Abang hanya berharap, kamu bisa berpikir ke depan. Kamu harus memperjelas statusmu, agar kamu bisa melangkah dan menata jalan yang jauh lebih baik. Kalau statusmu menggantung seperti ini, akan banyak fitnah dari orang-orang yang tidak menyukaimu." jawab Fikri.Yana menatap Fikri sesaat, lalu melanjutkan perkataannya."Saat ini, Yana sedang mencari kuasa hukum, Bang, untuk mengurus perceraian Yana dengan Mas Arif. Karena Yana merasa sulit untuk mengurus perceraian ini, mengingat Mas Arif tidak berada ditempat yang berdomis
Bab 84Menemukan Yana"Silakan ibu-ibu, saya izinkan untuk berbicara satu per satu. Apa benar yang dikatakan oleh Bu Rita kepada Yana seperti yang diceritakan oleh Yana." ujar Pak RT menatap ibu-ibu tersebut.Mereka pun satu persatu bergantian menceritakan bagaimana peristiwa itu terjadi dan apa yang dikatakan Bu Rita kepada Yana sehingga akhirnya Yana pergi meninggalkan sekolah."Kalian dasar ibu-ibu kurang ajar! ya. Aku sudah membayar kalian mahal, tapi kenapa kalian menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Pak RT? kalian aku beri uang untuk memberi kesaksian palsu, bukan untuk menceritakan hal yang sebenarnya!" Bu Rita berdiri dengan berkacak pinggang menunjuk satu persatu para ibu-ibu yang menjadi saksi di persidangan tersebut.Pak RT hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Bu Rita. Pak RT sama sekali tidak menyangka, kalau ternyata Bu Rita sudah terlebih dahulu menyuap para saksi agar memberikan kesaksian palsu pada persidangan. Untung saja, Yana membawa seorang pengacara
Bab 85"Apapun yang terjadi, Kamu harus memberitahu abang jika kamu membutuhkan bantuan," ujar Fikri sebelum menaiki sepeda motor, ketika mereka akan kembali ke kota Jambi."Iya, Bang! Yana akan telpon Abang kalau Yana butuh sesuatu," jawab Yana.Dila tidak mau melepaskan diri dari gendongan Fikri. Dila terus melingkarkan tangannya di leher Fikri membuat Fikri tidak bisa menaiki sepeda motor."Papa pergi dulu, ya, Nak! besok Dila ketemu sama papa lagi," bujuk Fikri kepada Dila."Enggak mau, pokoknya papa tetap disini!" Dila mulai merengek tidak ingin ditinggalkan oleh Fikri.Fikri mengusap wajahnya kasar, bingung harus bagaimana. Karena sejujurnya, Fikri sangat menyayangi Dila, tapi, tidak mungkin Fikri berlama-lama di sana karena tidak ingin terjadi fitnah yang membuat orang-orang semakin membully Yana."Gini aja bro, kita ajak aja Dila jalan-jalan dulu sampai dia tertidur. Setelah itu, baru kita antar lagi kemari!" usul Arka kepada Fikri."Bener, deh, Bang, coba aja bawa Dila jalan-
Bab 86Membujuk Yana"Mas mau berangkat kesana menggunakan mobil atau mau naik pesawat?" tanya Sinta. Arif berpikir sejenak, jika Arif mengendarai mobil, perjalanan yang akan ditempuh tentu saja memakan waktu yang lama. Bisa mencapai tiga sampai empat hari, namun, jika Arif pergi dengan naik pesawat, maka Arif pasti bisa sampai ke tempat Yana dalam waktu beberapa jam saja."Sepertinya, Mas naik pesawat saja. Supaya cepat sampai, bukankah lebih cepat lebih baik," ujar Arif menatap Sinta."Baik, Mas! nanti aku akan ambil uangnya ke rumah dulu, setelah mas sampai di sana, segera mas talak Yana. Kita akan mengurus perceraiannya disini, setelah itu baru kita akan menikah!" dengan semangat Sinta mengatur skenario yang harus dijalani oleh Arif.Arif tersenyum dan memeluk Sinta dengan erat. "Pasti! kita akan segera menikah!" Arif menyunggingkan senyumnya dengan licik.Arif merasa bahagia akhirnya bisa menemukan Di mana keberadaan Yana dan Dila. Arif memutuskan untuk segera berangkat ke Jambi
Bab 87Pukul 7 pagi, Arif telah tiba di bandara. Sinta mengantarkan sampai ke halaman bandara."Setelah urusan Mas selesai, segera pulang. Karena kita harus segera mengurus surat perceraian Mas!" ujar Sinta."Kamu tenang saja, Sayang, mas datang ke sana hanya untuk mentalak Yana, setelah itu, mas akan kembali lagi ke sini, untuk mengurus perceraian dan segera menikahimu." Arif menggenggam erat tangan Sinta.Sinta dan Arif berpelukan sejenak, ketika Arif sudah mulai memasuki bandara.Sepanjang perjalanan Arif terus membayangkan akan bahagia hidup bersama Yana dan Dila kembali. Arif berencana untuk membawa Dila dan Yana pulang ke Pati, namun tidak ke rumah ibunya. Dikarenakan Arif tidak ingin ibunya kembali bersikap berbuat kasar kepada Yana.Perpisahan selama beberapa bulan membuat Arif teramat sangat merindukan Yana. Tidak dapat dipungkiri, bahwa sejujurnya cinta Arif hanya untuk Yana. Tidak peduli bagaimana perkataan orang tentang Yana, tidak peduli banyak orang yang mengatakan bahwa