Quesha masih tidak mau mendengarkan apa yang diucapkan pangeran. Dia tetap mau membunuh burung tersebut. "Aku tidak akan membuang waktu lagi!"Saat suara Quesha terdengar keras di telinga pangeran, dia bangun dari mimpinya. Terlihat dirinya masih baik-baik saja. "Di mana aku? Apa itu mimpi buruk?"Pangeran beranjak dari tempat tidur, dia berlari mencari burung kesayangannya itu apa masih ada di sana atau tidak. "Burung itu, dia masih ada di dalam sangkar rahasia, dan aku yakin tadi itu mimpi buruk. Mungkin karena aku terlalu memikirkan Quesha, malam ini menjadi terbawa ke dalam mimpiku."Pangeran menghela nafas setelah selesai melihat burungnya sudah ada. Dan detik itu pangeran menyadari jika sudah berganti hari, di sana ada bayangan Quesha dalam cermin ajaibnya. "Wanita ini sedang bersenang-senang di saat bermimpi buruk tentang dia dengan pria lain? Ini tidak adil! Aku akan balas dendam dan mencari cara agar mampu membuatnya lumpuh!"Pangeran menghilang dari tempat itu, dia ingi
Saat ini Nick tidak membahas lagi, membiarkan istrinya membantu. Dan Quesha menyelesaikannya bersama Nick, tidak lama setelah selesai mengerjakan semua itu. "Hallo, apakah ada orang di sini?"Ketika dia orang itu menengok ke samping, ternyata ada seorang pria yang berdiri dengan membawa banyak ikan di tempatnya. "Pangeran," batin Quesha. Sungguh yang dilakukan pangeran tidak menyenangkan Quesha, pangeran akan membuat Nick tahu siapa mereka sebenarnya. "Iya, ada yang bisa dibantu?"Nick yang pertama menghampiri pangeran, dengan pakaian manusia seperti biasa, pangeran berdiri dengan begitu tenang. "Aku bermaksud untuk menjual ikan-ikan ini karena belum makan seharian, apa kamu mau membelinya?""Ya, ampun... Kenapa masih ada yang belum makan seperti ini, kalau tidak keberatan, makanlah dulu di sini, masih ada beberapa makanan yang lezat untuk mengenyangkan perut.""Benarkah? Apa tidak merepotkan?""Benar, silakan masuk, letakkan tempat ikan itu di lantai, biarkan di sana sampai sele
Nick datang menghampiri mereka, seperti ada yang serius diantara mereka berdua, sampai Nick menemukan wajah istrinya begitu marah. "Ada apa?""Aku rasa kamu tau jawabannya," jawab Quesha masuk ke dalam rumah. Nick menggelengkan kepala, dia menemui Sunke yang sudah ada di luar rumah. Menjengkelkan sekali menatap senyuman Nick yang lebar bagi pangeran. "Manusia yang satu ini terlalu banyak bermuka dia, lihat senyumannya manis. Entah Quesha menyukainya dari mana? Apa dari cara dia tersenyum dan menganggap orang asing sebagai seorang yang berharga? Atau wajahnya yang tidak kalah tampan dari aku?" Pangeran terus berkata dalam hatinya sendiri bertanya-tanya apa yang disukai Quesha dari sosok Nick. "Sunke, kamu mau minum?""Tidak, aku sudah cukup makan dan minum tadi, apa aku di sini membuat keributan diantara kalian berdua?"Nick menatap sekilas wajah Sunke yang tidak enak atas kehadirannya. Dan sekitar beberapa detik saat Nick menurunkan pandangannya dari mata Sunke. "Kamu jangan mem
Quesha dengan sabar tidak menjawabnya, dia menghampiri anaknya tanpa bersuara lagi. "Percuma aku bicara sekarang, Nick tidak akan mengerti apa yang aku ucapkan tentang pangeran, dia mengira Sunke manusia biasa."Pangeran ada di belakang Nick, dia menepuk bahu Nick dan membaca mantra, Quesha mendengarnya. "Pangeran akan mengeluarkan sihirnya, mau apa dia?"Quesha menengok ke belakang, ternyata Nick sudah tidak bergerak seperti patung yang hanya berdiri di sana. "Pangeran, apa yang kamu lakukan pada suamiku?""Hanya ingin bicara dengan kamu, apa aku tidak boleh berdua sama kamu tanpa Nick?""Kembalikan Nick seperti tadi! Aku tidak mau kamu ada di sini dengan alasan apa pun. Jangan ganggu rumah tangga yang sudah aku bangun bersama Nick!""Astaga, tenanglah Quesha. Kamu terlalu panik dengan kehadiran aku, jujur aku tersinggung dari tadi kamu pasang wajah seperti itu, seharusnya kamu harus lebih ramah dan menghargai seorang pangeran.""Aku sudah tidak bisa tinggal diam. Kamu terlalu ban
Saat Quesha ingin menghentikan percakapannya dengan Nick, suara pintu terdengar dua kali. "Ada tamu," ucap Nick. "Iya, ayo kita lihat. Siapa yang datang?""Iya, aku juga penasaran."Nick yang membuka pintu, terlihat jika ada seorang perempuan berdiri di depannya. "Siapa ya?"Nick bertanya. Namun, Quesha mengenali orang yang berdiri di depannya. "Ibunda dari Istri kamu," jawabnya tersenyum. Quesha melihat dan mendengar apa yang dikatakannya, hampir tidak percaya sampai dirinya mau lebih dekat lagi. "Ibunda?""Iya, sayang. Kamu tidak melupakan Ibunda kamu kan?""Oh, tidak. Tapi bukannya Ibunda aku sudah?""Sudah datangkan. Aku sengaja datang untuk menginap di rumah kamu, rasa rindu pada anak sendiri tidak bisa terbendung."Orang yang mengaku Ibunda Quesha memeluknya, ada keanehan yang dirasakan oleh wanita itu, akan tetapi dia tidak bisa menolak sentuhan wanita di depannya. "Astaga, ternyata Ibunda mertuaku sendiri. Mari masuk dan tinggal bersama, anggaplah rumah ini menjadi ruma
"Lihat kan apa yang terjadi? Kamu sudah milik aku seutuhnya, Quesha!"Pangeran meyakinkan kalau wanita itu sudah ternoda oleh dirinya yang selama ini terobsesi ingin memilikinya. "Kamu jahat, Pangeran! Kamu melanggar sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh para penyihir.""Aku tidak peduli, dunia sihir kita beda. Aku hitam dan itu bebas.""Apa yang kamu lakukan pangeran?"Quesha tidak bisa menerima itu semua, bahkan suaminya menjadi marah besar kepadanya. "Hanya melakukan sesuatu yang seharusnya aku lakukan, yaitu menikmati kamu."Quesha menarik tangan pangeran keluar rumah, di bawah rembulan yang masih belum terlihat jelas. Sampai menjelang malam mereka masih berada di sana. "Pulanglah pangeran, jangan mengacaukan kehidupan aku lagi, sungguh aku tidak mau diganggu olehmu."Quesha sudah memohon, dia menangis dan meminta pada pangeran untuk merelakannya. "Aku tidak bisa, kamu hanya milik aku. Jangan sampai aku membunuh Nick karena kamu terus menolak aku.""Haruskah aku bersimpuh pa
"Mungkin hanya perasaan aku, lebih baik aku segera mandi dan kembali, sepertinya anak kecil tadi membutuhkan aku," ucap Quesha. Ada ikatan batin yang kuat sebagai seorang ibu yang melahirkan anaknya, walaupun Quesha seperti kehilangan separuh belahan jiwanya yang sudah dibawa oleh sang rembulan. Beberapa menit di kamar mandi membuat Quesha menjadi dingin, dia segera keluar untuk masuk ke dalam kamar. "Bajuku?""Eh, kamu sudah selesai?""Iya, tapi aku lupa di mana bajuku?""Baju kamu ada lemari, aku ambilkan untuk kamu, sebentar.""Iya, aku sudah kedinginan.""Iya, sayangku. Sabar yah."Nick segera mengambilnya, sedangkan Quesha melirik ke arah anaknya yang sedang tertidur pulas. "Anak itu dari tadi tidur terus, apa tidak capek?"Quesha mengkhawatirkan bayinya yang sama sekali tidak bergerak walaupun dirinya sudah sangat berisik di sana. "Nick, apa dia masih hidup?"Nick sudah mengambil baju untuk istrinya, dia tersenyum kecil dengan pertanyaan Quesha. "Tentu, dia sedang tidur, a
"Quesha...." Nick panik melihat istrinya yang jatuh pingsan dalam dekapannya sendiri, suhu tubuh Quesha juga panas. "Apa dia sakit?" Nick segera merebahkan Quesha di atas tempat tidur, memijat tangan dan kaki istrinya agar bisa memulihkan Quesha. "Bangunlah sayang, jangan tinggalkan aku sendiri, ada apa dengan kamu yang mulai seperti ini lagi? Aku tidak mengenalmu sayang, pernikahan kita sudah sejauh ini, dan anak kita masih membutuhkan kamu."Nick ketakutan kalau Quesha tiada, dia sendiri kebingungan harus apa menghadapi istrinya yang sakit. Quesha belum juga tersadar sampai Nick tertidur di dekatnya, ada kursi yang di samping tempat tidur, Nick menunggu sampai malam, selalu mengecek kondisi terbaru istrinya. "Kamu, aku kenapa?" Tanya Quesha yang bangun sekitar tengah malam. Nick terbangun mendengar pertanyaan dari Quesha, dia segera duduk. "Quesha, kamu sudah sadar?" Tanya Nick sudah berada di dekat istrinya. "Iya, Nick. Tapi aku kenapa bisa di sini?"Quesha kebingungan, ing