"Ibu!" Tanya balik Quesha kebingungan dengan pertanyaan bayinya. "Iya, Ibu. apa Ibu sudah melupakan anakmu dan adik juga?""Adik? Maksudnya kamu, aku punya anak selain kamu?Quesha melihat ke samping, apakah ada bayi lain yang ada di sana. Namun, tidak ada bayi selain bayinya yang digendong. "Dia tidak di sini, Ibu. Anak itu ada di atas rembulan, dan kita tidak akan bisa bertemunya lagi," jawab bayi itu. Quesha mengingat jika dirinya memang penasaran dengan apa yang dilihatnya waktu itu, rembulan yang memiliki kehidupan tersendiri. "Ya, aku juga pernah melihat rembulan memiliki kehidupan seperti manusia, apa kamu tau mereka itu siapa?"Saat Quesha mau tahu lebih jelas, ternyata Nick sudah mendekati mereka dengan tatapan yang cemas melihat istrinya berbicara sendiri. "Sayang, kenapa kamu bicara serius dengan bayi yang belum bisa bicara?" Tanya Nick mengejutkan Quesha. "A-aku hanya bicara sendiri, aku tau anakku ini bisa mendengar apa yang aku katakan, jika suatu hari dia besar, a
Quesha tersenyum, melupakan semua kegundahan serta pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya. "Kita masuk, hari hampir pagi, aku mau istirahat di dalam," kata Quesha mengajak suaminya masuk. "Iya, sayang. Aku juga mau mandi dulu, tapi nanti malam kita akan keluar rumah untuk menikmati suasana di sini, cukup untuk mengisi waktu di saat anak kita tertidur," kata Nick. Quesha sebenarnya keberatan, karena dia masih belum mau melihat keanehan matanya yang bisa melihat sesuatu yang aneh. "Kalau begitu, aku masuk dulu. Kamu segera mandi, nanti kita rapihkan barangnya sama-sama.""Iya, sayang."Nick masuk dengan perasaan senang, dia tidak mau membuat Quesha mencemaskan dirinya. "Aku juga bingung tinggal di sini, apakah aku akan mendapatkan pekerjaan yang kayak tanpa pendidikan yang tinggi? Mereka membutuhkan makan dan biaya hidup yang lain, tidak mungkin aku terus menggunakan simpanan dari istriku."Nick masuk dan menuju kamar mandi, dia tidak bisa memastikan pekerjaannya di tempat baru, k
"Baiklah, aku duduk."Quesha duduk dengan Nick yang bersiap menjawab semua pertanyaan dari istrinya itu. "Aku tau kamu penasaran dengan semuanya, tapi jujur aku juga tidak tau asal usul kamu, karena kamu datang di hutan, kita bertemu tidak direncanakan, takdir yang mempertemukan kita.""Sudah aku duga kamu akan menjawabnya seperti itu!" Quesha berdiri dari duduknya. "Tenang sayang, kamu jangan marah-marah terus," kata Nick memegang lengan Quesha. "Tenang? Apa tidak ada kalimat lain yang kamu keluarkan daripada kata tenang? Aku di sini kehilangan ingatan aku dari lahir, dan aku juga tidak mengingat semua tentang kita, bagaimana aku dan kamu, aku tidak mengingat kapan aku melahirkan anak kita, dan selalu kamu bilang aku harus tenang? Itu melelahkan untuk aku! Kemarin juga kamu memaksakan aku harus menjadi istri dan seorang Ibu, kamu pikir gimana perasaan aku? Aku cuma mau tau itu dari mulut kamu, Nick. Kamu yang aku percaya bisa menjelaskan semuanya, tapi aku salah."Quesha melepaska
"Selamat pagi sayang," kata Nick yang ada di sebelah istrinya. "Pagi, kamu sudah bangun sepagi ini?" "Iya, sayang. Tadinya aku mau langsung mandi, aku mau mengajak kamu dan anak kita jalan-jalan pagi," balas Nick. "Mau ke mana sepagi ini?"Quesha masih belum puas tidur karena semalaman tidak selalu terjaga dan memikirkan hal yang paling dia pusingkan, masa lalunya yang hilang terus menghantui. "Kita jalan-jalan pagi keliling taman, banyak orang kota yang melakukan ini, aku mau kita juga terbiasa dengan kebiasaan itu."Nick mau istrinya mulai hidup sehat bersamanya, apalagi udara segar pagi hari bagus untuk kesehatan. "Kalau begitu kita sekarang siap-siap pergi, taman tidak jauh dari rumah, hanya untuk beberapa menit olahraga, masih bisa kan kalau kita tidak mandi dulu.""Bisa, kamu mandi setelah olahraga selesai, aku juga malas mandi sekarang, lagipula tubuhku tidak bau walaupun tidak mandi.""Iya, kenapa bisa begitu ya? Dari tubuhmu seperti tidak pernah tercium aroma tidak sedap
Nick mencoba menenangkan istrinya yang emosi, sedangkan wanita itu pergi dari mereka yang sedang memanas. "Lihat dia pergi karena kamu tidak membela aku! Kamu tau, aku mau dia dihina seperti mulutnya yang menggoda kamu, Nick."Quesha memaki suaminya di tempat terbuka seperti ini, padahal niat Nick membawa mereka keluar rumah untuk memberikan udara sejuk dan kedamaian. "Quesha, duduklah dulu. Kamu jangan begini sama aku, dengarkan penjelasan aku. Kita tidak boleh menghina orang walaupun dia sudah menghina kita," kata Nick melarang istrinya. "Kenapa seperti itu? Aku hanya membalas perbuatannya yang sudah ingin mengambil suamiku, apa itu salah?"Quesha masih bersikeras ingin melawan wanita itu, dan tidak mau mendengar perkataan suaminya. "Salah ... apa bedanya kamu sama dia? Kamu orang baik, dan aku suami kamu yang tidak akan tergoda dalam hal semacam itu, wanita itu tidak jauh lebih cantik daripada kamu, hanya orang yang tidak berarti di mata ku, kamu tau kan, seberapa aku mencintai
Bayinya hanya diam dan memegang sebuah mainan karet yang digigit beberapa kali, Nick tidak mendengar apa pun kata yang keluar dari mulut anak itu. "Mana? Anak kita tidak bisa bicara sama sekali, kamu mulai sakit merawatnya ya? Atau kamu sedang melamun?"Nick sudah menatap mata Quesha yang tidak terima kalau dikatakan sakit oleh suaminya. "Aku mendengar sendiri, dia bicara sama aku, telinga aku masih normal untuk bisa mendengarkan apa yang anak kita bicarakan, masa kamu tidak mempercayai aku?"Quesha kesal pada suami dan anaknya, dia tidak dihargai di sana, mata anaknya melihat ke arah dirinya dengan tatapan lain. "Sayang, bukan begitu. Kamu lihat sendiri anak kita masih normal seperti bayi pada umumnya, tapi kamu membuat aku ingin mempercayai omong kosong kamu itu.""Aku tidak omong kosong! Dia bicara dan aku bisa menjawab pertanyaannya, tapi kamu seolah tidak mempercayai apa yang aku katakan ini, aku minta kamu paksa dia untuk bicara, anak ini bukan bayi biasa," balas Quesha masih
"Nick, maafkan aku sudah membuat harimu kacau karena aku, aku hanya membela diriku yang tidak dipercayai," kata Quesha di depan suaminya yang ada di depan kamar. "Sayang, kamu tidak perlu minta maaf padaku, tapi ada sesuatu yang tidak kamu ingat tentang kita berdua, dan itu masalahnya, mungkin banyak mimpi dan khayalan tentang kami yang kamu pikirkan, sampai kamu mengarang cerita kalau anak kita yang masih bayi bisa bicara."Quesha yang sudah meredakan emosi sekarang naik lagi, karena Nick terdengar masih menyalahkan dirinya. "Nick, itu faktanya.""Sudah sayang, jangan mulai lagi yang tadi, baru kamu minta maaf, masih mau melanjutkannya?""Nick, kamu tidak memahami situasi aku."Wanita itu menarik lengan suaminya, berharap kalau Nick akan berkata mengerti dirinya dan mempercayainya sedikit. "Situasi di mana kamu mau berniat membuang anak kita itu?""Bukan seperti itu, Nick."Quesha kembali melihat mata kekecewaan yang dia tatap di mata suaminya, terlihat jelas kalau Nick tidak meny
Quesha masih mencemaskan suaminya yang belum pulang sampai hampir tengah malam, di waktu dirinya ingin memutuskan tidur karena terlalu larut menunggu suaminya. "Quesha, aku pulang, apakah kamu ada di rumah?"Suara Nick terdengar memanggilnya, wanita itu keluar dari rumah dengan bergegas beranjak dari kursi ruang tamu. "Nick?"Matanya terperanjat melihat suaminya berdarah bagian kaki, masih ada perban yang yang membalut pergelangan tangan suaminya. "Sayang, bantu aku masuk ke dalam kamar, rasanya sakit sekali," pinta Nick masih berdiri di depan istrinya. "I-iya, kamu kenapa jadi seperti ini?" Quesha bertanya sembari membantu suaminya masuk ke dalam rumah. "Aku mengalami kecelakaan, ada yang menabrakkan mobilnya ke tubuhku yang mau menyebrang jalan," jawabnya. "Ya, ampun. Pantas aku mencemaskan kamu dari tadi, ternyata kamu mengalami musibah berat seperti ini, apa tidak dirawat di rumah sakit saja? Terlihat jika lukanya parah."Quesha melihat bagian kaki suaminya yang masih mengel