Nick mencoba menenangkan istrinya yang emosi, sedangkan wanita itu pergi dari mereka yang sedang memanas. "Lihat dia pergi karena kamu tidak membela aku! Kamu tau, aku mau dia dihina seperti mulutnya yang menggoda kamu, Nick."Quesha memaki suaminya di tempat terbuka seperti ini, padahal niat Nick membawa mereka keluar rumah untuk memberikan udara sejuk dan kedamaian. "Quesha, duduklah dulu. Kamu jangan begini sama aku, dengarkan penjelasan aku. Kita tidak boleh menghina orang walaupun dia sudah menghina kita," kata Nick melarang istrinya. "Kenapa seperti itu? Aku hanya membalas perbuatannya yang sudah ingin mengambil suamiku, apa itu salah?"Quesha masih bersikeras ingin melawan wanita itu, dan tidak mau mendengar perkataan suaminya. "Salah ... apa bedanya kamu sama dia? Kamu orang baik, dan aku suami kamu yang tidak akan tergoda dalam hal semacam itu, wanita itu tidak jauh lebih cantik daripada kamu, hanya orang yang tidak berarti di mata ku, kamu tau kan, seberapa aku mencintai
Bayinya hanya diam dan memegang sebuah mainan karet yang digigit beberapa kali, Nick tidak mendengar apa pun kata yang keluar dari mulut anak itu. "Mana? Anak kita tidak bisa bicara sama sekali, kamu mulai sakit merawatnya ya? Atau kamu sedang melamun?"Nick sudah menatap mata Quesha yang tidak terima kalau dikatakan sakit oleh suaminya. "Aku mendengar sendiri, dia bicara sama aku, telinga aku masih normal untuk bisa mendengarkan apa yang anak kita bicarakan, masa kamu tidak mempercayai aku?"Quesha kesal pada suami dan anaknya, dia tidak dihargai di sana, mata anaknya melihat ke arah dirinya dengan tatapan lain. "Sayang, bukan begitu. Kamu lihat sendiri anak kita masih normal seperti bayi pada umumnya, tapi kamu membuat aku ingin mempercayai omong kosong kamu itu.""Aku tidak omong kosong! Dia bicara dan aku bisa menjawab pertanyaannya, tapi kamu seolah tidak mempercayai apa yang aku katakan ini, aku minta kamu paksa dia untuk bicara, anak ini bukan bayi biasa," balas Quesha masih
"Nick, maafkan aku sudah membuat harimu kacau karena aku, aku hanya membela diriku yang tidak dipercayai," kata Quesha di depan suaminya yang ada di depan kamar. "Sayang, kamu tidak perlu minta maaf padaku, tapi ada sesuatu yang tidak kamu ingat tentang kita berdua, dan itu masalahnya, mungkin banyak mimpi dan khayalan tentang kami yang kamu pikirkan, sampai kamu mengarang cerita kalau anak kita yang masih bayi bisa bicara."Quesha yang sudah meredakan emosi sekarang naik lagi, karena Nick terdengar masih menyalahkan dirinya. "Nick, itu faktanya.""Sudah sayang, jangan mulai lagi yang tadi, baru kamu minta maaf, masih mau melanjutkannya?""Nick, kamu tidak memahami situasi aku."Wanita itu menarik lengan suaminya, berharap kalau Nick akan berkata mengerti dirinya dan mempercayainya sedikit. "Situasi di mana kamu mau berniat membuang anak kita itu?""Bukan seperti itu, Nick."Quesha kembali melihat mata kekecewaan yang dia tatap di mata suaminya, terlihat jelas kalau Nick tidak meny
Quesha masih mencemaskan suaminya yang belum pulang sampai hampir tengah malam, di waktu dirinya ingin memutuskan tidur karena terlalu larut menunggu suaminya. "Quesha, aku pulang, apakah kamu ada di rumah?"Suara Nick terdengar memanggilnya, wanita itu keluar dari rumah dengan bergegas beranjak dari kursi ruang tamu. "Nick?"Matanya terperanjat melihat suaminya berdarah bagian kaki, masih ada perban yang yang membalut pergelangan tangan suaminya. "Sayang, bantu aku masuk ke dalam kamar, rasanya sakit sekali," pinta Nick masih berdiri di depan istrinya. "I-iya, kamu kenapa jadi seperti ini?" Quesha bertanya sembari membantu suaminya masuk ke dalam rumah. "Aku mengalami kecelakaan, ada yang menabrakkan mobilnya ke tubuhku yang mau menyebrang jalan," jawabnya. "Ya, ampun. Pantas aku mencemaskan kamu dari tadi, ternyata kamu mengalami musibah berat seperti ini, apa tidak dirawat di rumah sakit saja? Terlihat jika lukanya parah."Quesha melihat bagian kaki suaminya yang masih mengel
"Ada yang bisa kami bantu, Pak?"Nick bertanya pada pria tua yang berdiri tepat di depannya, seperti sedang membutuhkan pertolongan. Pria itu hanya diam, Nick dan Quesha saling memandangi, mengontak mata keduanya penuh arti jika pria asing ini apakah boleh masuk ke dalam rumah, Quesha memberikan isyarat menundukkan kepala tanda dirinya tidak masalah. "Masuk Pak, kita bisa bicara di dalam, udara di luar sangat dingin," kata Nick mengajaknya masuk. Quesha mengikuti mereka, wanita itu bergerak ke arah dapur untuk membuatkan minuman hangat. "Duduk dulu Pak, silakan."Nick mempersilahkan pria tua itu, respon pria tua hanya diam dan melihat ke sekeliling ruangan rumah itu. "Aku tidak tau Bapak ini siapa? Tapi untuk malam ini silakan menginap di rumah ini, besok pagi kita bicara lagi kalau Bapak sudah siap menceritakan masalahnya."Nick kebingungan, tapi kasihan pada orang tersebut, Quesha datang memberikan minuman, tidak merasakan jika pria tua itu adalah sang rembulan ayahandanya send
"Tidak, Ibu. Semua nyata dan bukan mimpi seperti yang Ibu katakan."Bayi itu sedikit tersenyum menatap ibunya yang masih berdiri di depannya. "Kalau ini bukan mimpi, kenapa bisa?""Semua bisa terjadi, termasuk aku yang bisa bicara dan ingin mengatakan sesuatu."Quesha menggendong anaknya, meninggikan posisi anaknya di atas wajahnya. "Katakan, apa yang mau bicarakan pada Ibumu?"Quesha juga harus memberikan anaknya kesempatan bicara tentang pikiran yang anaknya pikirkan. "Ibu, apakah Ibu adalah seorang penyihir hebat?""Penyihir?"Quesha tidak mempercayainya, dia mendengar kata-kata itu keluar dari mulut seorang bayi. "Aku manusia biasa, kenapa kamu bisa beranggapan aku ini penyihir?""Karena aku bisa bicara sebelum waktunya, dan Ibu tidak pernah mau mengatakan itu padaku, makanya kau bertanya sekarang, apakah Ayah tidak tau masalah ini?"Tangan Quesha menurunkan anaknya ke tempat tidur, wanita itu berpikir keras, bahkan tentang suaminya yang tahu atau tidak mengenai ini dirinya ju
"Sayang, kamu tidak mungkin seorang penyihir, jelas-jelas kamu itu manusia seperti aku," jawab Nick sembari memegang kedua pipi istrinya. "Berarti kamu tidak akan menerima aku?"Wajah Quesha murung, dia harus menerima jika nanti Nick akan meninggalkan dirinya dan kedua anaknya. "Sayang, apa pun wujud kamu, aku akan selalu mencintai kamu, dan kita akan sama-sama, apakah kamu tidak mau bersama aku?""Mau, tentu aku mau hidup bersama dengan kamu."Quesha kembali ceria, jawaban suaminya membuatnya tenang, ada ketulusan yang dikeluarkan Nick untuk istrinya. "Sayang, terima kasih sudah menjadi bagian dari hidup aku, selama ini aku selalu mendambakan sosok seperti kamu ada di hidup aku, sungguh kamu sempurna.""Nick, kamu berlebihan.""Aku berkata apa adanya, beruntung sekali aku memiliki kamu dalam hidupku, dan sekarang aku tidak akan mampu kehilangan kamu, entah kamu manusia ataupun penyihir, aku tetap mau bersama denganmu."Terlihat jika mata Quesha berkaca-kaca, sekarang dia bisa perc
Anak itu keluar dari rembulan, melihat ke bawah, ada bumi yang masih gelap, dirinya hanya bisa memandangi dari sana, berharap jika bisa melihat Ibu dan ayahnya serta adiknya dari sana. "Kalian, apakah menginginkan aku?"Malam ini semakin larut membuatnya tidak bergeser dari tempatnya yang sekarang, anak itu melihat seorang wanita yang menatap rembulan begitu intens. "Apa itu adalah Ibu?"Dari bawah rembulan yang tertutupi oleh sinarnya matahari, Quesha telah berada di tengah rembulan yang dia rasa bisa merasakan kehadiran anaknya. "Anakku, apa kamu tersiksa hidup dengan Ayahanda? Turunlah dan ikut dengan kami, sungguh aku tidak bisa memilih salah satunya, aku adalah seorang Ibu yang menyayangi anak-anakku."Tangisan itu mengalir, keduanya bersedih. Namun, anak pertamanya bicara, "Ibu jangan menangisi adik, dia ada di atas sana sedang menangis juga, apa Ibu tega dia merasakan hal yang sama?""Tapi, Ibu merindukan adikmu, aku belum sempat menggendongnya seperti aku menggendong mu, sa