"Lihat kan apa yang terjadi? Kamu sudah milik aku seutuhnya, Quesha!"Pangeran meyakinkan kalau wanita itu sudah ternoda oleh dirinya yang selama ini terobsesi ingin memilikinya. "Kamu jahat, Pangeran! Kamu melanggar sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh para penyihir.""Aku tidak peduli, dunia sihir kita beda. Aku hitam dan itu bebas.""Apa yang kamu lakukan pangeran?"Quesha tidak bisa menerima itu semua, bahkan suaminya menjadi marah besar kepadanya. "Hanya melakukan sesuatu yang seharusnya aku lakukan, yaitu menikmati kamu."Quesha menarik tangan pangeran keluar rumah, di bawah rembulan yang masih belum terlihat jelas. Sampai menjelang malam mereka masih berada di sana. "Pulanglah pangeran, jangan mengacaukan kehidupan aku lagi, sungguh aku tidak mau diganggu olehmu."Quesha sudah memohon, dia menangis dan meminta pada pangeran untuk merelakannya. "Aku tidak bisa, kamu hanya milik aku. Jangan sampai aku membunuh Nick karena kamu terus menolak aku.""Haruskah aku bersimpuh pa
"Mungkin hanya perasaan aku, lebih baik aku segera mandi dan kembali, sepertinya anak kecil tadi membutuhkan aku," ucap Quesha. Ada ikatan batin yang kuat sebagai seorang ibu yang melahirkan anaknya, walaupun Quesha seperti kehilangan separuh belahan jiwanya yang sudah dibawa oleh sang rembulan. Beberapa menit di kamar mandi membuat Quesha menjadi dingin, dia segera keluar untuk masuk ke dalam kamar. "Bajuku?""Eh, kamu sudah selesai?""Iya, tapi aku lupa di mana bajuku?""Baju kamu ada lemari, aku ambilkan untuk kamu, sebentar.""Iya, aku sudah kedinginan.""Iya, sayangku. Sabar yah."Nick segera mengambilnya, sedangkan Quesha melirik ke arah anaknya yang sedang tertidur pulas. "Anak itu dari tadi tidur terus, apa tidak capek?"Quesha mengkhawatirkan bayinya yang sama sekali tidak bergerak walaupun dirinya sudah sangat berisik di sana. "Nick, apa dia masih hidup?"Nick sudah mengambil baju untuk istrinya, dia tersenyum kecil dengan pertanyaan Quesha. "Tentu, dia sedang tidur, a
"Quesha...." Nick panik melihat istrinya yang jatuh pingsan dalam dekapannya sendiri, suhu tubuh Quesha juga panas. "Apa dia sakit?" Nick segera merebahkan Quesha di atas tempat tidur, memijat tangan dan kaki istrinya agar bisa memulihkan Quesha. "Bangunlah sayang, jangan tinggalkan aku sendiri, ada apa dengan kamu yang mulai seperti ini lagi? Aku tidak mengenalmu sayang, pernikahan kita sudah sejauh ini, dan anak kita masih membutuhkan kamu."Nick ketakutan kalau Quesha tiada, dia sendiri kebingungan harus apa menghadapi istrinya yang sakit. Quesha belum juga tersadar sampai Nick tertidur di dekatnya, ada kursi yang di samping tempat tidur, Nick menunggu sampai malam, selalu mengecek kondisi terbaru istrinya. "Kamu, aku kenapa?" Tanya Quesha yang bangun sekitar tengah malam. Nick terbangun mendengar pertanyaan dari Quesha, dia segera duduk. "Quesha, kamu sudah sadar?" Tanya Nick sudah berada di dekat istrinya. "Iya, Nick. Tapi aku kenapa bisa di sini?"Quesha kebingungan, ing
"Ibu!" Tanya balik Quesha kebingungan dengan pertanyaan bayinya. "Iya, Ibu. apa Ibu sudah melupakan anakmu dan adik juga?""Adik? Maksudnya kamu, aku punya anak selain kamu?Quesha melihat ke samping, apakah ada bayi lain yang ada di sana. Namun, tidak ada bayi selain bayinya yang digendong. "Dia tidak di sini, Ibu. Anak itu ada di atas rembulan, dan kita tidak akan bisa bertemunya lagi," jawab bayi itu. Quesha mengingat jika dirinya memang penasaran dengan apa yang dilihatnya waktu itu, rembulan yang memiliki kehidupan tersendiri. "Ya, aku juga pernah melihat rembulan memiliki kehidupan seperti manusia, apa kamu tau mereka itu siapa?"Saat Quesha mau tahu lebih jelas, ternyata Nick sudah mendekati mereka dengan tatapan yang cemas melihat istrinya berbicara sendiri. "Sayang, kenapa kamu bicara serius dengan bayi yang belum bisa bicara?" Tanya Nick mengejutkan Quesha. "A-aku hanya bicara sendiri, aku tau anakku ini bisa mendengar apa yang aku katakan, jika suatu hari dia besar, a
Quesha tersenyum, melupakan semua kegundahan serta pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya. "Kita masuk, hari hampir pagi, aku mau istirahat di dalam," kata Quesha mengajak suaminya masuk. "Iya, sayang. Aku juga mau mandi dulu, tapi nanti malam kita akan keluar rumah untuk menikmati suasana di sini, cukup untuk mengisi waktu di saat anak kita tertidur," kata Nick. Quesha sebenarnya keberatan, karena dia masih belum mau melihat keanehan matanya yang bisa melihat sesuatu yang aneh. "Kalau begitu, aku masuk dulu. Kamu segera mandi, nanti kita rapihkan barangnya sama-sama.""Iya, sayang."Nick masuk dengan perasaan senang, dia tidak mau membuat Quesha mencemaskan dirinya. "Aku juga bingung tinggal di sini, apakah aku akan mendapatkan pekerjaan yang kayak tanpa pendidikan yang tinggi? Mereka membutuhkan makan dan biaya hidup yang lain, tidak mungkin aku terus menggunakan simpanan dari istriku."Nick masuk dan menuju kamar mandi, dia tidak bisa memastikan pekerjaannya di tempat baru, k
"Baiklah, aku duduk."Quesha duduk dengan Nick yang bersiap menjawab semua pertanyaan dari istrinya itu. "Aku tau kamu penasaran dengan semuanya, tapi jujur aku juga tidak tau asal usul kamu, karena kamu datang di hutan, kita bertemu tidak direncanakan, takdir yang mempertemukan kita.""Sudah aku duga kamu akan menjawabnya seperti itu!" Quesha berdiri dari duduknya. "Tenang sayang, kamu jangan marah-marah terus," kata Nick memegang lengan Quesha. "Tenang? Apa tidak ada kalimat lain yang kamu keluarkan daripada kata tenang? Aku di sini kehilangan ingatan aku dari lahir, dan aku juga tidak mengingat semua tentang kita, bagaimana aku dan kamu, aku tidak mengingat kapan aku melahirkan anak kita, dan selalu kamu bilang aku harus tenang? Itu melelahkan untuk aku! Kemarin juga kamu memaksakan aku harus menjadi istri dan seorang Ibu, kamu pikir gimana perasaan aku? Aku cuma mau tau itu dari mulut kamu, Nick. Kamu yang aku percaya bisa menjelaskan semuanya, tapi aku salah."Quesha melepaska
"Selamat pagi sayang," kata Nick yang ada di sebelah istrinya. "Pagi, kamu sudah bangun sepagi ini?" "Iya, sayang. Tadinya aku mau langsung mandi, aku mau mengajak kamu dan anak kita jalan-jalan pagi," balas Nick. "Mau ke mana sepagi ini?"Quesha masih belum puas tidur karena semalaman tidak selalu terjaga dan memikirkan hal yang paling dia pusingkan, masa lalunya yang hilang terus menghantui. "Kita jalan-jalan pagi keliling taman, banyak orang kota yang melakukan ini, aku mau kita juga terbiasa dengan kebiasaan itu."Nick mau istrinya mulai hidup sehat bersamanya, apalagi udara segar pagi hari bagus untuk kesehatan. "Kalau begitu kita sekarang siap-siap pergi, taman tidak jauh dari rumah, hanya untuk beberapa menit olahraga, masih bisa kan kalau kita tidak mandi dulu.""Bisa, kamu mandi setelah olahraga selesai, aku juga malas mandi sekarang, lagipula tubuhku tidak bau walaupun tidak mandi.""Iya, kenapa bisa begitu ya? Dari tubuhmu seperti tidak pernah tercium aroma tidak sedap
Nick mencoba menenangkan istrinya yang emosi, sedangkan wanita itu pergi dari mereka yang sedang memanas. "Lihat dia pergi karena kamu tidak membela aku! Kamu tau, aku mau dia dihina seperti mulutnya yang menggoda kamu, Nick."Quesha memaki suaminya di tempat terbuka seperti ini, padahal niat Nick membawa mereka keluar rumah untuk memberikan udara sejuk dan kedamaian. "Quesha, duduklah dulu. Kamu jangan begini sama aku, dengarkan penjelasan aku. Kita tidak boleh menghina orang walaupun dia sudah menghina kita," kata Nick melarang istrinya. "Kenapa seperti itu? Aku hanya membalas perbuatannya yang sudah ingin mengambil suamiku, apa itu salah?"Quesha masih bersikeras ingin melawan wanita itu, dan tidak mau mendengar perkataan suaminya. "Salah ... apa bedanya kamu sama dia? Kamu orang baik, dan aku suami kamu yang tidak akan tergoda dalam hal semacam itu, wanita itu tidak jauh lebih cantik daripada kamu, hanya orang yang tidak berarti di mata ku, kamu tau kan, seberapa aku mencintai