Nick datang menghampiri mereka, seperti ada yang serius diantara mereka berdua, sampai Nick menemukan wajah istrinya begitu marah. "Ada apa?""Aku rasa kamu tau jawabannya," jawab Quesha masuk ke dalam rumah. Nick menggelengkan kepala, dia menemui Sunke yang sudah ada di luar rumah. Menjengkelkan sekali menatap senyuman Nick yang lebar bagi pangeran. "Manusia yang satu ini terlalu banyak bermuka dia, lihat senyumannya manis. Entah Quesha menyukainya dari mana? Apa dari cara dia tersenyum dan menganggap orang asing sebagai seorang yang berharga? Atau wajahnya yang tidak kalah tampan dari aku?" Pangeran terus berkata dalam hatinya sendiri bertanya-tanya apa yang disukai Quesha dari sosok Nick. "Sunke, kamu mau minum?""Tidak, aku sudah cukup makan dan minum tadi, apa aku di sini membuat keributan diantara kalian berdua?"Nick menatap sekilas wajah Sunke yang tidak enak atas kehadirannya. Dan sekitar beberapa detik saat Nick menurunkan pandangannya dari mata Sunke. "Kamu jangan mem
Quesha dengan sabar tidak menjawabnya, dia menghampiri anaknya tanpa bersuara lagi. "Percuma aku bicara sekarang, Nick tidak akan mengerti apa yang aku ucapkan tentang pangeran, dia mengira Sunke manusia biasa."Pangeran ada di belakang Nick, dia menepuk bahu Nick dan membaca mantra, Quesha mendengarnya. "Pangeran akan mengeluarkan sihirnya, mau apa dia?"Quesha menengok ke belakang, ternyata Nick sudah tidak bergerak seperti patung yang hanya berdiri di sana. "Pangeran, apa yang kamu lakukan pada suamiku?""Hanya ingin bicara dengan kamu, apa aku tidak boleh berdua sama kamu tanpa Nick?""Kembalikan Nick seperti tadi! Aku tidak mau kamu ada di sini dengan alasan apa pun. Jangan ganggu rumah tangga yang sudah aku bangun bersama Nick!""Astaga, tenanglah Quesha. Kamu terlalu panik dengan kehadiran aku, jujur aku tersinggung dari tadi kamu pasang wajah seperti itu, seharusnya kamu harus lebih ramah dan menghargai seorang pangeran.""Aku sudah tidak bisa tinggal diam. Kamu terlalu ban
Saat Quesha ingin menghentikan percakapannya dengan Nick, suara pintu terdengar dua kali. "Ada tamu," ucap Nick. "Iya, ayo kita lihat. Siapa yang datang?""Iya, aku juga penasaran."Nick yang membuka pintu, terlihat jika ada seorang perempuan berdiri di depannya. "Siapa ya?"Nick bertanya. Namun, Quesha mengenali orang yang berdiri di depannya. "Ibunda dari Istri kamu," jawabnya tersenyum. Quesha melihat dan mendengar apa yang dikatakannya, hampir tidak percaya sampai dirinya mau lebih dekat lagi. "Ibunda?""Iya, sayang. Kamu tidak melupakan Ibunda kamu kan?""Oh, tidak. Tapi bukannya Ibunda aku sudah?""Sudah datangkan. Aku sengaja datang untuk menginap di rumah kamu, rasa rindu pada anak sendiri tidak bisa terbendung."Orang yang mengaku Ibunda Quesha memeluknya, ada keanehan yang dirasakan oleh wanita itu, akan tetapi dia tidak bisa menolak sentuhan wanita di depannya. "Astaga, ternyata Ibunda mertuaku sendiri. Mari masuk dan tinggal bersama, anggaplah rumah ini menjadi ruma
"Lihat kan apa yang terjadi? Kamu sudah milik aku seutuhnya, Quesha!"Pangeran meyakinkan kalau wanita itu sudah ternoda oleh dirinya yang selama ini terobsesi ingin memilikinya. "Kamu jahat, Pangeran! Kamu melanggar sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh para penyihir.""Aku tidak peduli, dunia sihir kita beda. Aku hitam dan itu bebas.""Apa yang kamu lakukan pangeran?"Quesha tidak bisa menerima itu semua, bahkan suaminya menjadi marah besar kepadanya. "Hanya melakukan sesuatu yang seharusnya aku lakukan, yaitu menikmati kamu."Quesha menarik tangan pangeran keluar rumah, di bawah rembulan yang masih belum terlihat jelas. Sampai menjelang malam mereka masih berada di sana. "Pulanglah pangeran, jangan mengacaukan kehidupan aku lagi, sungguh aku tidak mau diganggu olehmu."Quesha sudah memohon, dia menangis dan meminta pada pangeran untuk merelakannya. "Aku tidak bisa, kamu hanya milik aku. Jangan sampai aku membunuh Nick karena kamu terus menolak aku.""Haruskah aku bersimpuh pa
"Mungkin hanya perasaan aku, lebih baik aku segera mandi dan kembali, sepertinya anak kecil tadi membutuhkan aku," ucap Quesha. Ada ikatan batin yang kuat sebagai seorang ibu yang melahirkan anaknya, walaupun Quesha seperti kehilangan separuh belahan jiwanya yang sudah dibawa oleh sang rembulan. Beberapa menit di kamar mandi membuat Quesha menjadi dingin, dia segera keluar untuk masuk ke dalam kamar. "Bajuku?""Eh, kamu sudah selesai?""Iya, tapi aku lupa di mana bajuku?""Baju kamu ada lemari, aku ambilkan untuk kamu, sebentar.""Iya, aku sudah kedinginan.""Iya, sayangku. Sabar yah."Nick segera mengambilnya, sedangkan Quesha melirik ke arah anaknya yang sedang tertidur pulas. "Anak itu dari tadi tidur terus, apa tidak capek?"Quesha mengkhawatirkan bayinya yang sama sekali tidak bergerak walaupun dirinya sudah sangat berisik di sana. "Nick, apa dia masih hidup?"Nick sudah mengambil baju untuk istrinya, dia tersenyum kecil dengan pertanyaan Quesha. "Tentu, dia sedang tidur, a
"Quesha...." Nick panik melihat istrinya yang jatuh pingsan dalam dekapannya sendiri, suhu tubuh Quesha juga panas. "Apa dia sakit?" Nick segera merebahkan Quesha di atas tempat tidur, memijat tangan dan kaki istrinya agar bisa memulihkan Quesha. "Bangunlah sayang, jangan tinggalkan aku sendiri, ada apa dengan kamu yang mulai seperti ini lagi? Aku tidak mengenalmu sayang, pernikahan kita sudah sejauh ini, dan anak kita masih membutuhkan kamu."Nick ketakutan kalau Quesha tiada, dia sendiri kebingungan harus apa menghadapi istrinya yang sakit. Quesha belum juga tersadar sampai Nick tertidur di dekatnya, ada kursi yang di samping tempat tidur, Nick menunggu sampai malam, selalu mengecek kondisi terbaru istrinya. "Kamu, aku kenapa?" Tanya Quesha yang bangun sekitar tengah malam. Nick terbangun mendengar pertanyaan dari Quesha, dia segera duduk. "Quesha, kamu sudah sadar?" Tanya Nick sudah berada di dekat istrinya. "Iya, Nick. Tapi aku kenapa bisa di sini?"Quesha kebingungan, ing
"Ibu!" Tanya balik Quesha kebingungan dengan pertanyaan bayinya. "Iya, Ibu. apa Ibu sudah melupakan anakmu dan adik juga?""Adik? Maksudnya kamu, aku punya anak selain kamu?Quesha melihat ke samping, apakah ada bayi lain yang ada di sana. Namun, tidak ada bayi selain bayinya yang digendong. "Dia tidak di sini, Ibu. Anak itu ada di atas rembulan, dan kita tidak akan bisa bertemunya lagi," jawab bayi itu. Quesha mengingat jika dirinya memang penasaran dengan apa yang dilihatnya waktu itu, rembulan yang memiliki kehidupan tersendiri. "Ya, aku juga pernah melihat rembulan memiliki kehidupan seperti manusia, apa kamu tau mereka itu siapa?"Saat Quesha mau tahu lebih jelas, ternyata Nick sudah mendekati mereka dengan tatapan yang cemas melihat istrinya berbicara sendiri. "Sayang, kenapa kamu bicara serius dengan bayi yang belum bisa bicara?" Tanya Nick mengejutkan Quesha. "A-aku hanya bicara sendiri, aku tau anakku ini bisa mendengar apa yang aku katakan, jika suatu hari dia besar, a
Quesha tersenyum, melupakan semua kegundahan serta pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya. "Kita masuk, hari hampir pagi, aku mau istirahat di dalam," kata Quesha mengajak suaminya masuk. "Iya, sayang. Aku juga mau mandi dulu, tapi nanti malam kita akan keluar rumah untuk menikmati suasana di sini, cukup untuk mengisi waktu di saat anak kita tertidur," kata Nick. Quesha sebenarnya keberatan, karena dia masih belum mau melihat keanehan matanya yang bisa melihat sesuatu yang aneh. "Kalau begitu, aku masuk dulu. Kamu segera mandi, nanti kita rapihkan barangnya sama-sama.""Iya, sayang."Nick masuk dengan perasaan senang, dia tidak mau membuat Quesha mencemaskan dirinya. "Aku juga bingung tinggal di sini, apakah aku akan mendapatkan pekerjaan yang kayak tanpa pendidikan yang tinggi? Mereka membutuhkan makan dan biaya hidup yang lain, tidak mungkin aku terus menggunakan simpanan dari istriku."Nick masuk dan menuju kamar mandi, dia tidak bisa memastikan pekerjaannya di tempat baru, k