“Tuh, ‘kan? Mamah, sih, dandannya kelamaan. Kejebak macet, ‘kan, kita? Duh, gimana bisa dateng tepat waktu kalo kayak gini?” Papa Heru mulai ngomel saat terjebak macet dalam perjalanan kondangan ke Rumah rekan bisnisnya.
“Iya, ih! Duh, gak bisa nyaksiin ijab kabulnya Kairo, Abang kalo kaya gini.” Aaron pun, mulai memanasi. Membuat Mama Desi langsung cemberut tak terima.
“Loh, kok, mama? Aika, tuh, yang lama!” ujar Mama Desi. Membela diri sekaligus mencari kambing hitam.
“Dih, kok jadi Aika, sih?” Aika pun, tidak mau begitu saja dijadikan kambing hitam Sang Mama.
“Iya, Kamu!” Mama Desi bersikeras. “Kamu dandannya kelamaan, Aika. Makanya kita jadi kena macet kayak gini!” Mama Desi pun menambahkan. Membuat Aika memutar mata dengan kesal hati mendengarnya.
Dasar emang Si Mama, ngeles mulu kek bajaj.
“Apa, dah, Mama, nih? Orang Aika cuma pake bedak bayi sama lipt tint aja. kok, dibilang lama. Mama kali yang lama. Ribet sama alis yang gak bisa sama pasti, nih!” tebak Aika. Membuat mama Desi melotot tak terima.
“Eh, itu mah masa lalu, ya? Sekarang Mama, kan, udah beli cetakan alis dari olshop. Yang made in Korea lagi. Jadi, dijamin gak bakal ribet lagi sama alis. Tuh! Tuh! Alis Mama udah gak mencong-mencong ‘kan?” Mama Desi memamerkan alis cetarnya pada Aika. Membuat Aika kembali mendengkus kesal.
“Tetep aja butuh waktu buat bikinnya,” balas Aika malas.
“Tapi gak selama biasanya!”
“Iya, tapi...”
“Ish, pokoknya bukan karena Mama, ya, kita telat!” sela Mama Desi tak mau kalah.
“Tuh, gara-gara Abang, nih, pasti!” Sekarang, giliran Aaron yang kena tuduhan Mama Desi.
“Lah, kok, jadi abang?” Aaron bingung. “Abang, kan, gak pake make up, Mah?” Aaron menambahkan seraya bergaya menyampirkan rambut cepaknya ke belakang telinga, dengan gaya kemayu. Membuat Aika terkekeh seketika.
“Iya! Emang kamu gak pake make up. Tapi, biasanya Kamu, kan, ribet sama rambut Kamu yang selalu salah jalan itu! Belok-belok semua kek jalanan gang di Jakarta!” tukas Mama Desi. Dia menyindiri rambut Aaron yang agak keriting.
“Makanya, Bang. Sholat jangan ditinggalin. Biar rambutnya dapat hidayah, Terus gak belok-belok lagi kayak gitu. Duh, mama gemes banget pengen jambak rambut Kamu, Bang!”
Aika pun gak tahan untuk tak tertawa ngakak sekarang. Karena Mama Desi memang selalu All out, dalam menyindir orang. Sekalipun itu anaknya sendiri. Namun, sebenarnya apa hubungannya sholat dengan rambut keriting? Emang sholat bisa bikin rambut lurus, ya?
Ada-ada aja mamanya ini.
“Dih, malah ngatain! Gini-gini abang hasil goyangan papa sama mama, ya?” bantah Aaron tak terima, “Lagian, rambut Abang begini, kan, karena Mama juga.”
“Eh, kok jadi mama lagi?”
“Iyalah! Siapa suruh dulu doyan nyamilin mie kering sama rambut nenek pas hamil abang? Kan, imbasnya jadi sama rambut abang ini. Duh, pokoknya tanggung jawab. Beliin catokan abis ini!” Aaron membalas, sukses membuat Mama Desi melayangkan cubitan mautnya.
“Catokan mah kemahalan buat Kamu! Setrikaan arang, tuh, yang cocok buat Kamu!”
Setelahnya, debatan absurd pun menghiasi keluarga Aika dalam mobil. Karena memang, Beginilah keluarganya. Selalu ramai!
“Udah-udah. Ribut mulu kalian kayak orang belum dapet bantuan dari pemerintah!” Saat sang Baginda Raja mulai membuka suaranya, suasana pun baru bisa kembali tenang.
“Bang, coba Kamu telepon Kairo. Bilang maaf gitu, karena kita udah telat. Soalnya, ini kayaknya macet masih lama, deh. Ada kecelakaan katanya di depan,” Papa Heru memberikan titahnya pada Aaron. Aaron langsung melaksanakan tanpa bantahan sama sekali.
“Ya, Ron?”
Saat melakukan telpon kepada sahabatnya, Kairo, Aaron memang mengaktifkan loudspeaker ponsel. Agar orang tuanya juga bisa mendengar percakapan mereka. Sekalian bisa menyampaikan maaf kepada yang bersangkutan.
“Oi, Bro! Gue mau minta maaf, nih! Soalnya, gue sama keluarga gue kayaknya gak bisa nyaksiin ijab kabul lo. Kita kejebak macet, Bro,” terang Aaron kemudian.
“Oh iya, gak papa.” Entah mengapa Kairo menjawab dengan nada suara sendu sekali.
Padahal, hari ini harusnya dia sedang berbahagia, kan? Soalnya mau melepas masa lajang. Tetapi, kok, kayaknya lesu begitu?
“Gak datang juga gak papa, kok,” tambah Kairo. Membuat Aaron, juga orang tuanya langsung mengernyit tak mengerti.
Itu, maksudnya apa, ya?
Kairo marah atau gimana?
Masa hanya karena mereka telat, malah disuruh gak dateng sekalian? Kok, kayaknya ngajak perang banget, ya?
“Kenapa gitu, Bro? Lo marah, apa gimana, nih, ceritanya?” Aaron tak kuasa untuk tak menyampaikan benaknya.
“Eh … eh … enggak gitu, Bro. Gue gak marah sama lo. Serius deh! Hanya saja … memang kalian gak perlu datang, kok.”
“Kenapa?”
“Karena pernikahan gue bat ….”
“Astaga Aika! Kamu ngapain, sih? Ini abang lagi telpon Kairo. Bisa anteng dikit gak, sih?” Tiba-tiba Aaron berseru pada Aika, yang terus saja merecokinya di tempat duduk.
“Apa, dah, Bang? Orang Aika cuma mau ambil minum aja, kok. Aika, tuh, haus Abang!” balas Aika tanpa dosa. Membuat Aaron berdecak kesal. Lalu mengambilkan air mineral botolan yang memang ada di sebelahnya.
“Nih! Jangan gangguin abang lagi!” tegurnya. Aika hanya membalas dengan kedikan bahu tak acuh, dan meneguk air meneral dengan enteng.
“Sorry, Bro! Adek gue lagi ribet tadi. So, gimana-gimana? Tadi lo mau bilang apa?” Aaron mengembalikan fokus pada ponsel pintarnya.
Anehnya, tak segera mendapat jawaban dari seberang sana. Aaron sampai harus mengecek ponselnya untuk memastikan kalau sambungan teleponnya dengan Kairo, masih tersambung atau tidak.
Dan, ya! Memang masih nyambung, sih. Tetapi, kok?
“Kai? Hallo! Lo masih di sana, kan?” panggil Aaron.
“Ron, lo dateng bareng Aika, ya?” Akhirnya sahutan terdengar. Namun, dengan pertanyaan di luar konteks yang sedang mereka bicarakan.
“Iya!” Sekonyong-konyong Aaron tetap menjawab.
“Bareng bonyok lo juga, gak?”
“Iya, ada kok” Walaupun Aaron masih bingung dengan sikap Kairo saat ini, tetap saja Aaron menjawab dengan sejujur-jujurnya.
Akan tetapi, tiba-tiba suasana kembali hening setelahnya karena Kairo tiba-tiba kembali terdiam. Tanpa bersuara lagi. Aaron melempar pandangan bingungnya pada Aika di sebelahnya, juga kedua orang tuanya yang ada di depan.
“Kairo kenapa? Kok kayaknya aneh!”
Nah, kan? Papa Heru pun merasakan hal yang sama.
“Ron?” Setelah menunggu cukup lama, akhirnya suara Kairo terdengar lagi.
“Iya, kenapa?” balas Aaron.
“Shareloc.”
Hah?
“Buat apa?”
“Nanti gue ngirimin empat ojek ke tempat Lo. Buat jemput kalian.”
Lah, katanya suruh pulang aja.
“Buruan, Ron. Gue butuh pertolongan Lo, sama keluarga Lo hari ini.”
Cerita ini pun berawal. Mereka berhasil bertemu Kairo dan orang tuanya yang tiba-tiba meminta Aika menggantikan calon istri Kairo. Calon istri sebelumnya sudah membatalkan pernikahan mereka satu jam lalu.
“Mah, ini beneran Aika mau dikawinin hari ini?” Aika masih belum yakin. “Hus! Bukan kawin, Aika. Tapi nikah!” Mama Desi meralat dengan tegas. “Ck, apa bedanya? Sama saja kan, Mah, nanti malam juga dikawinin,” Aika mencebik. Sukses mengundang jitakan keras dari Mamanya. Aika langsung mengaduh seketika. Et, dah! Punya emak kok bar-bar banget, ya? Keturunan preman pasar kali, ye? “Astaga, Aika!” Mama Desi gemas. “Itu mulut apa pembalut miring, sih? Kok, bocor banget?
“Duh, ya Allah! Ternyata Kamu cantik juga ya, kalau sudah ditacap kayak gini? Ugh, gak sia-sia dulu mama sering mandiin Kamu bareng sama potongan kain warna-warni. Jadinya, Kamu cakep pakai apapun, Ka.” Mama Desi memuji setelah melihat tampilan Aika yang baru saja selesai di-makeup. Ya! Akhirnya, mau tak mau Aika memang menyetujui pernikahan ini. Karena, ya, gak enak juga udah bikin semua orang turun tangan bujukin dia. Si Abang bahkan sampai janjiin bakal relain motor kesayangannya buat Aika. Iman Aika goyang dombret dengarnya. Secara, Aika
“Cie ... cie ... yang udah gak jomblo lagi. Langsung nikah gitu, loh. Siap-siap dijebol deh, ntar malam.” Aaron menggoda sesaat setelah sesi sungkeman selesai. Ah, jangan tanya bagaimana prosesi sungkeman itu? Prosesi yang seharusnya penuh haru biru, berubah jadi penuh tawa. Itu gara-gara omongan Mama Desi, yang sepertinya sangat menghindari adanya tangisan di hari ini. Aika tahu pasti kalau Mama Desi memang sengaja melakukan itu. Karena apa? Coba tebak? Yang jelas bukan karena hari ini hari bahagia buat
“Ya, Mama. Mama kok tega banget sih, sama Aika,” rengek Aika manja. “Tega apa sih, Ka? Orang mama nggak ngapai-ngapain kok, dikatain tega. Emang mama sayuran buat bikin subur peranakan?” “Itu toge. Mama!” “Eh? Udah ganti, ya?” “Ck, Mama mah, ngebanyol aja. Orang Aika serius juga.” Aika mencebik dengan kesal, semakin cemberut di tempatnya. “Ya lagi kamu ada-ada
Sudah Aika duga. Berada dalam satu ruangan bersama Kairo itu memang tidak baik. Serius, deh! Soalnya, memang bosnya--eh suaminya ya, sekarang, bener-bener menggoda iman. Baik itu wajahnya, dompetnya, dan tubuhnya. Asli! Kairo ini memang setan sejati. Kenapa setan? Lah, ‘kan yang biasa goda iman itu setan. Jadi ya, bener dong kalau Aika menjuluki suaminya itu, suami setan. Soalnya emang bikin iman Aika goyah melulu dari tadi. Apalagi kalau tampilannya macam saat ini. Abis mandi dan setengah naked! Duh ... Aika gak
“Kenapa belum tidur?” Kairo bertanya saat menemukan Aika ternyata masih terjaga, sekembalinya dia dari makan malam tadi.Sudah Kairo bilang ‘kan? Dia lapar, dan baru saja kembali setelah menghabiskan makanan yang dia pesan dari salah satu restoran yang ada di hotel ini.Kairo mengira saat dia kembali, istrinya ini sudah tertidur pulas atau malah sudah ngorok keras seperti yang sering diceritakan Aaron. Ternyata, Si Aika ini malah masih melek memainkan ponsel dengan cemberut di atas tempat tidur. Bahkan, saat Kairo muncul tadi. Tuh bibir bukannya mundur, malah makin maju aja dibuatnya. Ka
Kairo mengira setelah pernyataan Aika semalam, yang membuat Kairo sukses gelagapan dan ngacir ke kaman mandi, hubungannya dengan Aika akan makin canggung. Kairo kira Aika akan sakit hati dan tersinggung, hingga berujung mogok bicara untuk waktu yang tak ditentukan.Ternyata dugaan Kairo 100% salah. Di saat bertemu Aika di pagi hari. Dia masih segeblek biasanya. Mungkin Kairo lupa kalau Aika ‘kan, bukan cewek biasa. Urat malunya udah putus, dan hatinya? Entah gadis itu masih punya atau tidak. Memang Si Aika ini kelihatannya gak terpengaruh sama sekali dengan obrolan mereka semalam.Ah ya, ngomong-ngomong soal semalam. Please
Sebenarnya, hari ini Kairo berencana membawa Aika pulang ke rumah keluarganya, sekalian menentukan akan tinggal di mana mereka setelah ini. Namun, berhubung Aika sedang begini jadinya ya mau bagaimana lagi? Kairo terpaksa mengurungkan niatnya dan kembali bermalam di kamar suite hotel ini. Ugh, untung hotel ini adalah salah satu hotel kepunyaan keluarganya, jadinya ya Kairo bebas mau tinggal di sini sampai kapan pun. Ya! Keluarga Kairo memang sekaya itu kok. Namun, karena dari kecil bundanya mendidik dan selalu menekankan sifat kesederhanaan pada kehidupan mereka. Kairo memang jarang sekali menunjukan kesultanannya. Bundanya memang alergi dengan kehidupan yang high life dari dulu. Lebih suka hidup merakyat dan membumi. Kalau kata daddy-nya sih. Kesederhanaan bunda tuh sudah tidak diragukan lagi. Justru itulah yang membuat rumah tangga daddy dan bundanya langgeng sampai sekarang. Bukan karena daddy keenakan punya istri yang gak suka nuntut ya? Lebih karena bunda ini bisa menyeimb
Akhirnya, setelah lima jam berlalu. Aika pun sadar dari pengaruh obat biusnya. Semua orang langsung bersuka cita menyambutnya."Alhamdulilah ya Allah .... kamu sudah siuman, Nak," seru Mama Desi dengan gembira, seraya menciumi wajah Aika."Mamah, Mas Bos ....""Saya di sini," sela Kairo cepat, kala tahu Aika sedang mencarinya.Pria itu lalu mengambil tempat dibagian lain tempat tidur, seberangnya Mama Desi yang pastinya tidak ingin digantikan."Hai, honey. How do you feel?" sapa Kairo dengan sayang. Membelai dan mencium kening Aika lembut."Mas Bos, bayi kita ... mana?" lirihnya kemudian, meminta keyakinan pada sang suami tentang kondisi anaknya.Seketika senyum suka cita di ruangan itupun berganti dengan senyum sumir disertai sendu yang membayang. Mereka tidak tega memberitahukan kenyataan sebenarnya pada Aika."Ada. Mereka ada kok. Sedang di ruangan bayi." Kairo berusaha menjawab setegar mungkin.
*Happy Reading*Kairo menjatuhkan diri dengan sembarang di sebelah Aika, sambil mengusap kasar wajahnya yang penuh dengan peluh."Sudah puas?" tanya Kairo kemudian, melirik Aika yang tersenyum lebar dan langsung mengangguk cepat seraya memperlihatkan salah satu ibu jarinya ke hadapan wajah sang suami. Sementara tangan satunya lagi, memegang plastik bening berisi es sirup yang biasa dijual di pinggir jalan.Wanita satu ini, sejak hamil memang makin doyan jajan di pinggir jalan. Entah itu cilor, cilok, cilung, atau ci-ci yang lain. Pokoknya selama bentukannya jajanan dan adanya di pinggir jalan, pasti langsung dia borong.Kairo bahkan sudah lelah mendakwahi Aika tentang pentingnya gizi seimbang untuk triplet. Tapi, namanya bumil bebal, bisanya cuma manggut-manggut doang kek burung beo. Setelah itu, back to jajanan lagi tanpa merasa berdosa.Ah, Kairo hanya bisa pasrah."Mas Bos memang suami dan calon papa yang keren. Minum dulu Mas
Epilog*Happy reading*Kehamilan Aika bukan hanya menjadi kabar bahagia untuk Kairo seorang. Tetapi dua keluarga besar dan para pembaca novel ini yang memang tahu pasti perjuangan dua pasangan ini.Terima kasih sudah setia dengan mereka, ya? Terima kasih juga selalu mendukung dan memberikan suport pada author. Semoga kalian selalu sehat dan berkah berlimpah.Saat awal Kairo memberikan kabar kehamilan pada Mama Desi. Mama Desi pun langsung sujud syukur, setelah itu lari ke depan rumah demi menghentikan pedagang yang lewat dan memborong. Mama Desi mengadakan pengajian dadakan malam itu juga.Sementara Bunda Karina, langsung menyabotase acara Ken yang harusnya spesial untuk Rara seorang, jadi syukuran untuk kehamilan Aika.Tentu saja, Ken sempat merajuk awalnya. Namun, tidak berlangsung lama. Karena Rara akhirnya mau memberi kesempatan pada Dokter Obygn itu, dan bersedia membuka hatinya kembali untuk menerima cinta yang baru.&
Mas Bos 134*Happy Reading*Brak!"Aika?!"Sesampainya di Apartemen. Kairo langsung berseru mencari keberadaan Aika. Bahkan, tanpa sadar membanting pintu tadi."Aika?! Kamu di mana?!" Kairo berseru lagi, saat belum mendapatkan jawaban dari sang istri."Aik--" Seruan Kairo pun seketika terhenti di udara, saat membuka pintu kamar, langsung menemukan Aika sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membenamkan wajah pada lipatan kakinya.Tidak tahu bagaimana tampang Aika sekarang. Yang jelas, Aika masih memakai baju tidur yang semalam, dan rambutnya pun masih terlihat acak-acakan seperti yang terakhir Kairo lihat saat pagi.Apa itu artinya Aika tidur lagi setelah Kairo pergi dan baru bangun? Sesiang ini? Berarti, wanita ini pasti belum mandi. Tapi kata Al ....Terserah saja. Saat ini, mengetahui kondisi Aika itu lebih penting. Namun, Kairo cukup lega melihat Aika baik-baik saja, tidak terlu
Mas Bos 133*Happy Reading*"Terima kasih untuk waktunya, Pak Kairo. Semoga kerja sama kita berjalan lancar.""Sama-sama, Bu. Itu juga yang menjadi harapan saya." Tanpa rasa curiga, Kairo menyambut uluran tangan rekan bisnisnya, yang baru saja mencapai kata deal untuk proyek baru mereka.Degh!Sedetik kemudian perasaan jengah pun langsung hadir, saat merasakan sebuah kode dari jabatan itu yang dilakukan wanita di depannya saat ini.Perlahan tapi pasti, Kairo segera melerai tautan tangan mereka."Bagaimana kalau setelah ini kita makan malam bersama, untuk merayakan kerja sama kita? Kebetulan jadwal saya sudah kosong dan katanya ada restauran baru buka di hotel dekat ini. Bagaimana? Anda mau kan?" Kode kedua sudah dilancarkan kembali.Kairo hanya tersenyum simpul sebelum berkata, "Terima kasih untuk undangannya. Tapi Maaf, saya tidak bisa menerimanya. Kebetulan setelah ini saya ada janji dengan istri saya." 
Mas Bos 132*Happy Reading*Brak!Kairo dan Alvaro sontak berjengit kaget. Saat tiba-tiba saja pintu ruangan itu di buka kasar dari luar. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Aika, yang kabur dari kejaran Mama Desi akibat bikin konser dadakan di kamarnya.Kenapa sih, pada gak bisa banget liat Aika seneng dikit? Padahal dia kan cuma butuh hiburan saja. Dikata gak mumet apa harus dengerin nyinyiran orang selama ini?"Mas Bos Aika numpang tidur, ya? ucap Aika kemudian, seraya berlalu begitu saja ke arah kamar yang memang ada di sana. Tempat biasa Kairo tidur sejenak jika terlalu lelah.Tak ayal, kening Kairo pun berlipat dalam melihat kelakuan Aika barusan. Sudah datang bikin kaget orang, belum minta maaf udah main nyelonong saja. Ada apa dengan wanita itu?"Pak, haruskah saya batalkan meeting kita siang ini?" Seakan paham dengan situasi sang bos, Alvaro pun memberikan penawaran."Tidak usah. Kamu siapkan saja apa yang dib
Mas Bos 131*Happy Reading*"Eh, itu bukannya anaknya Jeng Desi yang waktu itu Nikah dadakan, ya?""Oh ... yang dulu dikira hamil duluan, makanya dinikahin dadakan. Eh, ternyata malah gak bisa punya anak, ya, katanya!""Eh, masa? Maksudnya mandul, gitu?""Katanya, sih! Buktinya sampai sekarang belum keliatan bawa anak, tuh!""Wah! Kasian, ya? Padahal suaminya ganteng, lho! Bule, kalem, baik lagi. Duh saya tawarin anak gadis saya, mau gak ya?""Tawarin aja, Jeng. Siapa tahu jodoh? Kasian orang ganteng gitu harus putus keturunannya gara-gara anaknya Jeng Desi."Aika mengeram kesal saat baru saja memasuki gerbang rumah ibunya. Tiba-tiba mendengar celetukan ibu-ibu yang sedang beli bakso keliling, yang saat mangkal tak jauh dari rumahnya.Aika pun mengurungkan langkahnya, putar balik dan menghampiri ibu-ibu yang tadi menggosipkannya, kemudian ...."Tuhan mereka. Sedang berghibah. Jaga mereka, lindungi mereka. Ja
Mas Bos 130*Happy Reading*"Jadi ... apa rencana lo setelah ini, Ron?" Kairo bertanya, setelah kembali dari menumbangkan ego dan emosi Damar beberapa jam lalu.Kini, mereka sudah berada di cafe seberang rumah sakit, meninggalkan Aika yang kini tengah beristirahat di ruangan Bunda Karina.Tadi, saat membawa Aika pergi menjauh dari Damar, Aaron memang berpapasan dengan Bunda Karina. Langsung saja, mertua Aika itu menyuruh Aaron membawa sang menantu ke ruangannya. Lalu memanggil psikiater secara pribadi.Aaron tidak bisa menceritakan detail apa yang Dokter Karina dan Dokter psikiater itu lakukan pada adiknya. Karena saat itu dia menunggu di luar ruangan sembari menunggu kabar dari Kairo.Semoga Damar tidak berulah lagi setelah ini.Seusai sesi bersama Dokter Psikiater, ternyata Aika langsung tertidur nyenyak di ruangan mertuanya. Itulah kenapa, para pria ini pun memilih tak mengganggunya dan menjauh sejenak untuk bicar
Mas Bos 129*Happy Reading*"Abang?" Aika menghampiri Aaron, yang saat ini tengah duduk termangu di depan ruang rawat Novia."Kok Abang di luar? Gak di dalam nemenin Novia?" cecarnya lagi, sesampainya dihadapan sang kakak.Bukannya menjawab, Aaron malah melihat Aika dengan gusar sambil beberapa kali melirik arah pintu ruangan Novia, seperti ada yang ditakutkan pria itu.Ada apa, sih?"Abang, ih! Ditanya juga. Bukannya jawab malah main lirik-lirikan. Ada siapa, sih? Perawat semoks, ya?" kelakar Aika tanpa curiga."Bukan. Itu ... itu ... Kamu ... kok ke sini? Gak kerja?" jawab Aaron kemudian. tidak nyambung sama sekali."Dih! Abang lupa atau gimana? Aika kan udah pensiun dini, Bang. Lebih tepatnya dipaksa pensiun sama Mas Bos," cebik Aika masih tanpa curiga, sambil melirik Kairo yang setia berdiri dibelakangnya."Eh, iya ya. Abang lupa." Aaron tertawa dipaksakan.Aneh! Ada apa sih