“Mah, ini beneran Aika mau dikawinin hari ini?” Aika masih belum yakin.
“Hus! Bukan kawin, Aika. Tapi nikah!” Mama Desi meralat dengan tegas.
“Ck, apa bedanya? Sama saja kan, Mah, nanti malam juga dikawinin,” Aika mencebik. Sukses mengundang jitakan keras dari Mamanya. Aika langsung mengaduh seketika.
Et, dah! Punya emak kok bar-bar banget, ya?
Keturunan preman pasar kali, ye?
“Astaga, Aika!” Mama Desi gemas. “Itu mulut apa pembalut miring, sih? Kok, bocor banget? Di saring dikit kenapa sih, omongannya? Kamu ini cewek, loh! Gak ada manis-manisnya kalau ngomong. Duh, dosa apa mama dulu, sampai punya anak gadis macam Kamu! Bikin malu aja bisanya!” Desi pun langsung mengomel panjang lebar setelahnya. Membuat Aika makin cemberut.
Begini, nih, kalau punya emak doyan gadoin jarum peniti. Sekali ngomong nusuknya sampai dalem-dalem, bikin Aika kadang pengen resign jadi anak.
“Tapi Aika belum mau kaw--eh Nikah, Mah. Aika belum siap. Lagian, Aika masih kecil kali, Mah. Lulus kuliah aja belum satu tahun. Masa udah suruh kaw---eh Nikah aja. Aika masih pengen berkarir Mama!” Aika berseru kesal setengah merajuk, berusaha membujuk Mama Desi, agar mau mendukungnya.
Soalnya, papa sama abangnya sudah gak bisa dibujuk. Mereka udah pro banget sama bos barunya itu.
Apalagi abangnya. Duh, dia sih, malah kesenengan punya ipar sohibnya sendiri. Bisa jadi temen maen PS kalau gabut, katanya.
Aika sebel jadinya!
Kenapa gak abangnya aja sih, yang kawin sama bosnya itu? Terserah deh, kalau mereka mau main pedang-pedangan pas malam pertama nanti. Pokoknya Aika gak mau dipaksa kek gini!
Duh, ya Allah ... jangan giniin Aika, dong! Aika gak suka!
“Loh, tadi Kairo, kan, udah bilang. Setelah nikah Kamu masih boleh kerja, kok. Jadi, Kamu masih bisa berkarier, Aika,” Mama Desi mengingatkan Aika soal ucapan Kairo.
“Tapi masa Aika kawin sama bos sendiri? Nanti kerjanya pasti udah gak seru lagi, dong!” Aika tetap berusaha untuk protes.
“Justru itu bagus, dong. Biar ada yang jagain.” Mamanya menimpali, berusaha menyemangati anak gadis satu-satunya itu.
“Tapi ... “
“Ck, udahlah, Aika. Terima aja!” Mama Desi menyela, tak mau mendengar bantahan lagi.
“Kapan lagi coba, Kamu bisa dapetin suami material kayak Kairo itu? Udah ganteng, sopan, saleh, kaya, baik lagi. Duh, itu sih suami idaman banget! Mama juga mau, kok, kalau dibolehin nikah lagi sama papamu. Jadi, terima aja ya, Nak! Mayan, bakal mama pamerin di arisan ibu-ibu komplek nanti,” Mama Desi membujuk lagi. Aika makin meradang.
“Kok, Mama jadi kayak mau jual Aika, sih?” rajuk Aika.
“Kata siapa?” Mama Desi membantah cepat.
“Nah, itu tadi!”
“Ck, itu sih perasaan Kamu aja. Udah, jangan kayak sinetron! Apa aja dibawa perasaan.” Mama Desi mengibaskan tangan di depan wajah Aika dengan entengnya.
“Tapi, Ma ....”
“Lagian gimana bisa Kamu bilang mama mau jual Kamu, Aika? Lah, Kamu aja selalu buluk selama ini. Gimana bisa dijual, coba? Bahkan kayaknya, diobral pun gak bakal ada yang mau, deh. Nah, mumpung sekarang ada yang mau, terima ajalah, Ka. Mumpung ada yang khilaf.”
Allahu Akbar!
Kasih sianida ke emak sendiri dosa gak, sih? Kok, kayaknya Mama Desi nih, mancing banget buat dijejelin sianida, ya?
Mulutnya itu, loh! Pedes banget kek cabe jablai.
Dosa apa Aika sampai punya emak macam ini, ya Allah?
“Mama ih, tega banget!” Pada akhirnya, Aika hanya bisa mendumel menanggapi omongan emaknya yang kayak bon cabe level 100.
Soalnya kalau mau ngelawan, Aika masih takut dosa! Nanti kalau Aika dikutuk jadi boneka mampang, gimana? Makin ancur ‘kan, nanti tampang Aika? Terus nanti makin gak laku deh. Ih ... amit-amit!
“Lagi pula Kairo itu pria baik Aika. Walaupun Kamu belum sempat mengenal dia lama. Tapi, Mama dan papa udah kenal dia kok. Dia sering nemenin kami kalau lagi jenguk abangmu dulu, waktu di Ausy. Dari pengamatan kaca mata kami sebagai orang tua, dia itu pasti bisa jadi imam yang baik buat Kamu, Aika.” Suasana berubah melow seiring pernyataan Mama Desi barusan.
“Istimewanya, papa juga punya bisnis bareng sama daddy-nya, dan papa bisa pastikan. Kalau mereka dari keluarga baik-baik. Makanya pasti bisa nerima Kamu apa adanya. Bahkan, abangmu juga udah kenal luar dalam Kairo itu, kan. Abangmu yakin, kalau Kairo pasti bisa gantiin tugas papa dan jagain Kamu. Jadi, percaya aja sama kami ya, Nak. Bagaimana pun Kamu, kami pasti ingin selalu memberikan yang terbaik untuk Kamu.” Mama Desi memberi keyakin pada Aika.
Nah, kalau kayak gini? Bagaimana bisa Aika membangkang lagi. Sekalipun kadang Mama Desi sering menyebalkan dan nyakitin hati kalau ngomong. Soal kasih sayang mah, emang udah gak usah diraguin lagi deh. Segalak-galaknya seorang ibu, pasti akan menjadi orang pertama yang berdiri di depan jika anaknya ditindas. Seorang ibu mungkin suka mengomeli anaknya. Namun, pasti tak akan pernah rela melihat anaknya diomeli oleh orang lain. Sekalipun oleh ayahnya sendiri.
Ya ... begitu pula dengan Mama Desi, ibunya. Sekalipun kadang Desi galaknya melebihi ibu tiri, tapi percayalah, Desi juga akan jadi orang pertama yang mendamprat siapa saja yang berani mem-bully Aika.
Gak percaya? Coba saja sini gangguin Aika. Dijamin Mama Desi bakal muncul bawa parang buat bales dendam sama kalian.
Nah, kalau udah kayak gini, ada yang masih berani gangguin Aika, gak?
“Jadi, Aika udah gak bisa nolak lagi nih, Mah?” Aika masih butuh keyakinan.
“Enggak boleh!” Mama Desi tak bisa dibantah lagi.
“Jadi, Aika harus pasrah aja nih, dikawinin Pak Bos hari ini?” Aika bertanya setengah merajuk.
“Nikah Aika! Bukan kawin!” Mama Desi menghardik keras, meralat ucapan anaknya yang sebentar lagi udah gak perawan.
“Iya, Nikah! Terserah deh sebutannya apa? Yang jelas, ini beneran Aika harus ikhlas ridho di jadiin bini Si Pak Bos?” Aika bertanya sekali lagi.
“Tentu! Mumpung dia khilaf.” Mama Desi menjawab seraya menaik turunkan alisnya dengan serius.
“Terus kalau Si Pak Bos ternyata cuma main-main dan nanti ninggalin Aika, gimana?” Aika meminta jaminan kebahagiaan pada Mama Desi.
“Nanti Mamah bantuin Kamu, buat babat abis otongnya!”
Sadis!
“Duh, ya Allah! Ternyata Kamu cantik juga ya, kalau sudah ditacap kayak gini? Ugh, gak sia-sia dulu mama sering mandiin Kamu bareng sama potongan kain warna-warni. Jadinya, Kamu cakep pakai apapun, Ka.” Mama Desi memuji setelah melihat tampilan Aika yang baru saja selesai di-makeup. Ya! Akhirnya, mau tak mau Aika memang menyetujui pernikahan ini. Karena, ya, gak enak juga udah bikin semua orang turun tangan bujukin dia. Si Abang bahkan sampai janjiin bakal relain motor kesayangannya buat Aika. Iman Aika goyang dombret dengarnya. Secara, Aika
“Cie ... cie ... yang udah gak jomblo lagi. Langsung nikah gitu, loh. Siap-siap dijebol deh, ntar malam.” Aaron menggoda sesaat setelah sesi sungkeman selesai. Ah, jangan tanya bagaimana prosesi sungkeman itu? Prosesi yang seharusnya penuh haru biru, berubah jadi penuh tawa. Itu gara-gara omongan Mama Desi, yang sepertinya sangat menghindari adanya tangisan di hari ini. Aika tahu pasti kalau Mama Desi memang sengaja melakukan itu. Karena apa? Coba tebak? Yang jelas bukan karena hari ini hari bahagia buat
“Ya, Mama. Mama kok tega banget sih, sama Aika,” rengek Aika manja. “Tega apa sih, Ka? Orang mama nggak ngapai-ngapain kok, dikatain tega. Emang mama sayuran buat bikin subur peranakan?” “Itu toge. Mama!” “Eh? Udah ganti, ya?” “Ck, Mama mah, ngebanyol aja. Orang Aika serius juga.” Aika mencebik dengan kesal, semakin cemberut di tempatnya. “Ya lagi kamu ada-ada
Sudah Aika duga. Berada dalam satu ruangan bersama Kairo itu memang tidak baik. Serius, deh! Soalnya, memang bosnya--eh suaminya ya, sekarang, bener-bener menggoda iman. Baik itu wajahnya, dompetnya, dan tubuhnya. Asli! Kairo ini memang setan sejati. Kenapa setan? Lah, ‘kan yang biasa goda iman itu setan. Jadi ya, bener dong kalau Aika menjuluki suaminya itu, suami setan. Soalnya emang bikin iman Aika goyah melulu dari tadi. Apalagi kalau tampilannya macam saat ini. Abis mandi dan setengah naked! Duh ... Aika gak
“Kenapa belum tidur?” Kairo bertanya saat menemukan Aika ternyata masih terjaga, sekembalinya dia dari makan malam tadi.Sudah Kairo bilang ‘kan? Dia lapar, dan baru saja kembali setelah menghabiskan makanan yang dia pesan dari salah satu restoran yang ada di hotel ini.Kairo mengira saat dia kembali, istrinya ini sudah tertidur pulas atau malah sudah ngorok keras seperti yang sering diceritakan Aaron. Ternyata, Si Aika ini malah masih melek memainkan ponsel dengan cemberut di atas tempat tidur. Bahkan, saat Kairo muncul tadi. Tuh bibir bukannya mundur, malah makin maju aja dibuatnya. Ka
Kairo mengira setelah pernyataan Aika semalam, yang membuat Kairo sukses gelagapan dan ngacir ke kaman mandi, hubungannya dengan Aika akan makin canggung. Kairo kira Aika akan sakit hati dan tersinggung, hingga berujung mogok bicara untuk waktu yang tak ditentukan.Ternyata dugaan Kairo 100% salah. Di saat bertemu Aika di pagi hari. Dia masih segeblek biasanya. Mungkin Kairo lupa kalau Aika ‘kan, bukan cewek biasa. Urat malunya udah putus, dan hatinya? Entah gadis itu masih punya atau tidak. Memang Si Aika ini kelihatannya gak terpengaruh sama sekali dengan obrolan mereka semalam.Ah ya, ngomong-ngomong soal semalam. Please
Sebenarnya, hari ini Kairo berencana membawa Aika pulang ke rumah keluarganya, sekalian menentukan akan tinggal di mana mereka setelah ini. Namun, berhubung Aika sedang begini jadinya ya mau bagaimana lagi? Kairo terpaksa mengurungkan niatnya dan kembali bermalam di kamar suite hotel ini. Ugh, untung hotel ini adalah salah satu hotel kepunyaan keluarganya, jadinya ya Kairo bebas mau tinggal di sini sampai kapan pun. Ya! Keluarga Kairo memang sekaya itu kok. Namun, karena dari kecil bundanya mendidik dan selalu menekankan sifat kesederhanaan pada kehidupan mereka. Kairo memang jarang sekali menunjukan kesultanannya. Bundanya memang alergi dengan kehidupan yang high life dari dulu. Lebih suka hidup merakyat dan membumi. Kalau kata daddy-nya sih. Kesederhanaan bunda tuh sudah tidak diragukan lagi. Justru itulah yang membuat rumah tangga daddy dan bundanya langgeng sampai sekarang. Bukan karena daddy keenakan punya istri yang gak suka nuntut ya? Lebih karena bunda ini bisa menyeimb
Aika menggeliat ketika membuka mata di pagi hari. Alhamdulilah, perutnya sekarang sudah tak terlalu sakit seperti kemarin. Ah, memang ramuan air jahe bikinan Mama Desi paling yahud! Senggugut Aika langsung hilang hanya dalam hitungan jam! luar biasa ‘kan? Iya sih hitungan jam, tapi jumlah hitungannya banyak. Lebih dari dua belas jam malah. Ya! Aika memang sekebo itu kadang kalau lagi PMS. Bahkan, dia bisa tidur 24 jam kalau senggugutnya lagi kumat. Aika biasanya mengambil cuti, atau izin tidak masuk jika sedang PMS. Soalnya, selain ngebo, PMS juga bikin mood Aika amburadul. Sudah bisa dipastikan Aika pasti gak bakal bisa kerja kalau mood-nya sedang hancur. Kalau boleh jujur, sebenarnya saat ini pun, Aika masih ngantuk banget. Matanya saja masih sepet buat dibuka. Tapi apalah daya, panggilan alam tak bisa dia abaikan saat ini. Aika takut ngompol, terus berakhir banjir air merah di tempat tidurnya. Duh, bisa diusir pihak hotel itu mah. Aika menguap sekali lagi, dan menguc
Akhirnya, setelah lima jam berlalu. Aika pun sadar dari pengaruh obat biusnya. Semua orang langsung bersuka cita menyambutnya."Alhamdulilah ya Allah .... kamu sudah siuman, Nak," seru Mama Desi dengan gembira, seraya menciumi wajah Aika."Mamah, Mas Bos ....""Saya di sini," sela Kairo cepat, kala tahu Aika sedang mencarinya.Pria itu lalu mengambil tempat dibagian lain tempat tidur, seberangnya Mama Desi yang pastinya tidak ingin digantikan."Hai, honey. How do you feel?" sapa Kairo dengan sayang. Membelai dan mencium kening Aika lembut."Mas Bos, bayi kita ... mana?" lirihnya kemudian, meminta keyakinan pada sang suami tentang kondisi anaknya.Seketika senyum suka cita di ruangan itupun berganti dengan senyum sumir disertai sendu yang membayang. Mereka tidak tega memberitahukan kenyataan sebenarnya pada Aika."Ada. Mereka ada kok. Sedang di ruangan bayi." Kairo berusaha menjawab setegar mungkin.
*Happy Reading*Kairo menjatuhkan diri dengan sembarang di sebelah Aika, sambil mengusap kasar wajahnya yang penuh dengan peluh."Sudah puas?" tanya Kairo kemudian, melirik Aika yang tersenyum lebar dan langsung mengangguk cepat seraya memperlihatkan salah satu ibu jarinya ke hadapan wajah sang suami. Sementara tangan satunya lagi, memegang plastik bening berisi es sirup yang biasa dijual di pinggir jalan.Wanita satu ini, sejak hamil memang makin doyan jajan di pinggir jalan. Entah itu cilor, cilok, cilung, atau ci-ci yang lain. Pokoknya selama bentukannya jajanan dan adanya di pinggir jalan, pasti langsung dia borong.Kairo bahkan sudah lelah mendakwahi Aika tentang pentingnya gizi seimbang untuk triplet. Tapi, namanya bumil bebal, bisanya cuma manggut-manggut doang kek burung beo. Setelah itu, back to jajanan lagi tanpa merasa berdosa.Ah, Kairo hanya bisa pasrah."Mas Bos memang suami dan calon papa yang keren. Minum dulu Mas
Epilog*Happy reading*Kehamilan Aika bukan hanya menjadi kabar bahagia untuk Kairo seorang. Tetapi dua keluarga besar dan para pembaca novel ini yang memang tahu pasti perjuangan dua pasangan ini.Terima kasih sudah setia dengan mereka, ya? Terima kasih juga selalu mendukung dan memberikan suport pada author. Semoga kalian selalu sehat dan berkah berlimpah.Saat awal Kairo memberikan kabar kehamilan pada Mama Desi. Mama Desi pun langsung sujud syukur, setelah itu lari ke depan rumah demi menghentikan pedagang yang lewat dan memborong. Mama Desi mengadakan pengajian dadakan malam itu juga.Sementara Bunda Karina, langsung menyabotase acara Ken yang harusnya spesial untuk Rara seorang, jadi syukuran untuk kehamilan Aika.Tentu saja, Ken sempat merajuk awalnya. Namun, tidak berlangsung lama. Karena Rara akhirnya mau memberi kesempatan pada Dokter Obygn itu, dan bersedia membuka hatinya kembali untuk menerima cinta yang baru.&
Mas Bos 134*Happy Reading*Brak!"Aika?!"Sesampainya di Apartemen. Kairo langsung berseru mencari keberadaan Aika. Bahkan, tanpa sadar membanting pintu tadi."Aika?! Kamu di mana?!" Kairo berseru lagi, saat belum mendapatkan jawaban dari sang istri."Aik--" Seruan Kairo pun seketika terhenti di udara, saat membuka pintu kamar, langsung menemukan Aika sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membenamkan wajah pada lipatan kakinya.Tidak tahu bagaimana tampang Aika sekarang. Yang jelas, Aika masih memakai baju tidur yang semalam, dan rambutnya pun masih terlihat acak-acakan seperti yang terakhir Kairo lihat saat pagi.Apa itu artinya Aika tidur lagi setelah Kairo pergi dan baru bangun? Sesiang ini? Berarti, wanita ini pasti belum mandi. Tapi kata Al ....Terserah saja. Saat ini, mengetahui kondisi Aika itu lebih penting. Namun, Kairo cukup lega melihat Aika baik-baik saja, tidak terlu
Mas Bos 133*Happy Reading*"Terima kasih untuk waktunya, Pak Kairo. Semoga kerja sama kita berjalan lancar.""Sama-sama, Bu. Itu juga yang menjadi harapan saya." Tanpa rasa curiga, Kairo menyambut uluran tangan rekan bisnisnya, yang baru saja mencapai kata deal untuk proyek baru mereka.Degh!Sedetik kemudian perasaan jengah pun langsung hadir, saat merasakan sebuah kode dari jabatan itu yang dilakukan wanita di depannya saat ini.Perlahan tapi pasti, Kairo segera melerai tautan tangan mereka."Bagaimana kalau setelah ini kita makan malam bersama, untuk merayakan kerja sama kita? Kebetulan jadwal saya sudah kosong dan katanya ada restauran baru buka di hotel dekat ini. Bagaimana? Anda mau kan?" Kode kedua sudah dilancarkan kembali.Kairo hanya tersenyum simpul sebelum berkata, "Terima kasih untuk undangannya. Tapi Maaf, saya tidak bisa menerimanya. Kebetulan setelah ini saya ada janji dengan istri saya." 
Mas Bos 132*Happy Reading*Brak!Kairo dan Alvaro sontak berjengit kaget. Saat tiba-tiba saja pintu ruangan itu di buka kasar dari luar. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Aika, yang kabur dari kejaran Mama Desi akibat bikin konser dadakan di kamarnya.Kenapa sih, pada gak bisa banget liat Aika seneng dikit? Padahal dia kan cuma butuh hiburan saja. Dikata gak mumet apa harus dengerin nyinyiran orang selama ini?"Mas Bos Aika numpang tidur, ya? ucap Aika kemudian, seraya berlalu begitu saja ke arah kamar yang memang ada di sana. Tempat biasa Kairo tidur sejenak jika terlalu lelah.Tak ayal, kening Kairo pun berlipat dalam melihat kelakuan Aika barusan. Sudah datang bikin kaget orang, belum minta maaf udah main nyelonong saja. Ada apa dengan wanita itu?"Pak, haruskah saya batalkan meeting kita siang ini?" Seakan paham dengan situasi sang bos, Alvaro pun memberikan penawaran."Tidak usah. Kamu siapkan saja apa yang dib
Mas Bos 131*Happy Reading*"Eh, itu bukannya anaknya Jeng Desi yang waktu itu Nikah dadakan, ya?""Oh ... yang dulu dikira hamil duluan, makanya dinikahin dadakan. Eh, ternyata malah gak bisa punya anak, ya, katanya!""Eh, masa? Maksudnya mandul, gitu?""Katanya, sih! Buktinya sampai sekarang belum keliatan bawa anak, tuh!""Wah! Kasian, ya? Padahal suaminya ganteng, lho! Bule, kalem, baik lagi. Duh saya tawarin anak gadis saya, mau gak ya?""Tawarin aja, Jeng. Siapa tahu jodoh? Kasian orang ganteng gitu harus putus keturunannya gara-gara anaknya Jeng Desi."Aika mengeram kesal saat baru saja memasuki gerbang rumah ibunya. Tiba-tiba mendengar celetukan ibu-ibu yang sedang beli bakso keliling, yang saat mangkal tak jauh dari rumahnya.Aika pun mengurungkan langkahnya, putar balik dan menghampiri ibu-ibu yang tadi menggosipkannya, kemudian ...."Tuhan mereka. Sedang berghibah. Jaga mereka, lindungi mereka. Ja
Mas Bos 130*Happy Reading*"Jadi ... apa rencana lo setelah ini, Ron?" Kairo bertanya, setelah kembali dari menumbangkan ego dan emosi Damar beberapa jam lalu.Kini, mereka sudah berada di cafe seberang rumah sakit, meninggalkan Aika yang kini tengah beristirahat di ruangan Bunda Karina.Tadi, saat membawa Aika pergi menjauh dari Damar, Aaron memang berpapasan dengan Bunda Karina. Langsung saja, mertua Aika itu menyuruh Aaron membawa sang menantu ke ruangannya. Lalu memanggil psikiater secara pribadi.Aaron tidak bisa menceritakan detail apa yang Dokter Karina dan Dokter psikiater itu lakukan pada adiknya. Karena saat itu dia menunggu di luar ruangan sembari menunggu kabar dari Kairo.Semoga Damar tidak berulah lagi setelah ini.Seusai sesi bersama Dokter Psikiater, ternyata Aika langsung tertidur nyenyak di ruangan mertuanya. Itulah kenapa, para pria ini pun memilih tak mengganggunya dan menjauh sejenak untuk bicar
Mas Bos 129*Happy Reading*"Abang?" Aika menghampiri Aaron, yang saat ini tengah duduk termangu di depan ruang rawat Novia."Kok Abang di luar? Gak di dalam nemenin Novia?" cecarnya lagi, sesampainya dihadapan sang kakak.Bukannya menjawab, Aaron malah melihat Aika dengan gusar sambil beberapa kali melirik arah pintu ruangan Novia, seperti ada yang ditakutkan pria itu.Ada apa, sih?"Abang, ih! Ditanya juga. Bukannya jawab malah main lirik-lirikan. Ada siapa, sih? Perawat semoks, ya?" kelakar Aika tanpa curiga."Bukan. Itu ... itu ... Kamu ... kok ke sini? Gak kerja?" jawab Aaron kemudian. tidak nyambung sama sekali."Dih! Abang lupa atau gimana? Aika kan udah pensiun dini, Bang. Lebih tepatnya dipaksa pensiun sama Mas Bos," cebik Aika masih tanpa curiga, sambil melirik Kairo yang setia berdiri dibelakangnya."Eh, iya ya. Abang lupa." Aaron tertawa dipaksakan.Aneh! Ada apa sih