Sudah Aika duga. Berada dalam satu ruangan bersama Kairo itu memang tidak baik. Serius, deh!
Soalnya, memang bosnya--eh suaminya ya, sekarang, bener-bener menggoda iman. Baik itu wajahnya, dompetnya, dan tubuhnya. Asli! Kairo ini memang setan sejati.
Kenapa setan?
Lah, ‘kan yang biasa goda iman itu setan. Jadi ya, bener dong kalau Aika menjuluki suaminya itu, suami setan. Soalnya emang bikin iman Aika goyah melulu dari tadi. Apalagi kalau tampilannya macam saat ini. Abis mandi dan setengah naked!
Duh ... Aika gak kuat pengen nomprok nih cowo berbiji--eh sebiji.
“Kamu gak mandi?” Lamunan absurd Aika pun langsung terinterupsi, saat si pemilik biji--eh suaminya tiba-tiba bertanya, seraya melewatinya menuju koper yang ada di sana sambil terus menggosok rambut basahnya dengan handuk lain di tangannya.
Eh? Tapi tadi dia bilang apa? Mandi ya? Mandi apa nih, yang dia maksud?
Mandi beneran atau mandi basah? Atau malah mandi ....
“Kalau Kamu mau mandi, di walk in closet masih ada handuk bersih dan bathrobe,” ujar Kairo lagi. Aika akhirnya paham kalau yang dimaksud itu, adalah mandi beneran.
Ah ... emang pikiran Si Aika aja kayaknya yang error sejak tadi.
“Emang saya harus mandi, ya? Bukannya mandi nggak mandi sama aja?” Parahnya, jawaban Aika malah gak sinkron sama sekali.
Kairo langsung menghentikannya kegiatannya mencari baju. Langsung melirik Aika bingung.
“Ya, emang Kamu gak risih dengan tampilan Kamu kayak gitu?” tanya Kairo heran. Aika refleks melirik kaca besar di sampingnya, dan melihat tampilannya sendiri yang ...
“Cantik, kok,” ujarnya bangga. Memang Aika nggak biasanya tampil full make up kayak gini. ‘Kan, biasanya dia buluk. Kata Mama Desi juga gitu, ‘kan?
“Eh beneran! Ternyata saya cantik juga kalau dipakein make up kaya gini?” Aika berseru girang seraya mematut dirinya, dan berlenggak lenggok mirip model amatiran di depan kaca. Kairo menepuk keningnya pelan.
Padahal bukan itu maksud pertanyaan Kairo. Kenapa Si Aika ini malah nyambungnya ke sana, sih?
“Duh, tahu gitu, dari dulu saya dengerin titah Bianca buat belajar make up. Biar nggak disebut buluk mulu, dan nggak jomblo terus. Apalagi ... iihh ... ternyata badan saya bagus juga loh, Pak! Liat ... liat ... perut saya rata dan ugh ... pantat saya bahenol. Oh ya ampun! Kalau kayak gini mah, saya bisa nih jadi model. Iya gak, Pak?” Aika malah makin nyerocos nggak tahu malu. Kairo menghela napas lelah karena merasa sudah salah pilih istri.
Ya! Kairo memang tahu Aika itu rame, absurd, dan urakan. Tapi ... Kairo nggak nyangka aja kalau istrinya ini segesrek itu. Soalnya ....
Oh ayolah, dia sadar gak sih, nyerocos hal memalukan kayak gitu di depan seorang cowok. Istimewanya tuh cowok suaminya sendiri lagi. Apa dia nggak takut kalau Kairo illfeel dan malah meninggalkannya di malam pertama mereka? Bagaimanapun, bagi Kairo attitude itu adalah nomor satu. Apalagi bagi seorang perempuan. Dengan attitude Aika yang seperti ini, membuat Kairo nggak bakal nafsu sama sekali.
Ya ... walaupun Kairo akui apa yang Aika bilang tadi benar adanya. Tapi ... emang harus banget apa, diobral seperti itu?
Aika mau menggodanya atau apa, sih?
“Ck, maksud saya bukan itu Aika!” Kairo pun akhirnya terpanggil untuk menggeram kesal karena tingkah istrinya yang tak nyambung dari tadi ini. Juga makin absurd. Lihatlah, bahkan sekarang Aika sudah berlagak mirip binaragawan di depan cermin dengan menekuk kedua tangannya ke paha, Dan memerkan otot lengannya yang kendor.
Itu yang namanya cantik?
“Maksud saya, emang Kamu nggak risih sama baju dan make up Kamu yang udah seharian Kamu pakai. Nggak gatel dan lengket, gitu?” Kairo menggeleng tak habis pikir saat melihat tingkah Aika yang makin jauh saja dari kata cantik.
Wajah boleh cantik bak model. Tapi kalo kelakuan kayak orang stress begitu. Ya, Kairo juga angkat tangan lah. Sialnya, Kairo akan melewati sepanjang hidupnya dengan gadis jadi-jadian ini. Kairo kini merutuki keputusannya memilih Aika di antara para fansnya, yang sebenarnya datang hari ini.
“Kenapa Bapak milih saya sih? Kenapa gak milih salah satu teman Bapak di depan. Atau salah satu anak relasi bisnis papanya Bapak, yang pastinya lebih ikhlas dijadiin istri Bapak? Kenapa harus saya yang .... bahkan mengenal Bapak pun baru kemarin?!”
Itu salah satu pertanyaan yang Aika ajukan saat Kairo memaksanya menggantikan Novia—calon istrinya yang kabur. Dengan yakinnya Kairo tadi menjawab, “Ya karena Kamu juga salah satu anak relasi bisnis Daddy saya, adik salah satu sahabat saya, dan juga hadir saat saya benar-benar ingin menyerah. Karena itulah, saya yakin Kamu itu jodoh saya. Orang yang sudah ditakdirkan untuk saya.”
Rasanya, Kairo ingin sekali tertawa guling-guling saat mengingat jawabannya waktu itu. Soalnya, ya, memang ada takdir selucu ini.
Jodoh? Takdir?
Duh, kayaknya ini bukan hal yang bakalan Tuhan mainkan di dalam kehidupan Kairo, ‘kan? Istimewanya, Aika ini jauh sekali dari tipenya, dan jauh dari doa yang selalu dia panjatkan untuk jadi wanita yang hadir dalam hidupnya. Sekalipun, Kairo sebenarnya merasa sangat mengenal Aika dari cerita Aaron selama ini. Tapi jelas, apa yang Kairo bayangkan soal Aika ini memang tak masuk dalam tipe wanita idamannya sama sekali.
Sudah Kairo bilang, kan? Kairo sukanya yang kalem dan lemah lembut. Bukan yang gesrek kaya Aika. Hanya saja, memang kehadirannya tepat di saat Kairo ingin menyerah dalam pernikahannya yang hampir gagal hari ini.
Tidak! Tepatnya saat Kairo ingin menyerah. Aaron menelponnya. Di sanalah nama dan suara Aika membuat Kairo nekat memilihnya. Apalagi dengan penolakan yang terus menerus dari gadis ini, membuat ego Kairo tersentil, hingga makin ingin memilikinya. Karena Kairo tak pernah ditolak selama ini oleh siapapun. Jadi, siapa Aika, yang berani menolaknya?
Lalu sekarang, ini lah karma yang harus diterima atas pilihan nekatnya itu.
“Gatel, sih. Lengket juga. Tapi ... kok kayaknya sayang ya Pak, kalau dihapus gini make up-nya. Soalnya, ini perjuangan berjam-jam loh, Pak. Asli, deh. Saya aja sampai pulas tadi waktu di-make up. Lama, sih,” jawab Aika. Kairo kembali menghela napas panjang lagi.
“Ya udah, terserah Kamu aja. Mandi nggak mandi nggak masalah kok buat saya.” Kairo kembali mengacak-ngacak kopernya untuk mencari kaos oblong yang biasa dia gunakan untuk tidur. Lagian Kairo sudah malas berdebat dengan Aika si otak error.
“Tapi bener sih kata, Bapak. Ini wajah saya udah gatel. Badan saya lengket juga. Apalagi saya emang gampang keringetan. Khususnya bagian ketek. Tuh ... udah asem, kan?” Aika pun, malah makin membuat Kairo illfeel dengan kelakuannya yang jorok banget. Tanpa canggung sedikit pun, Aika mengusap ketiaknya dan mengirup aromanya dengan enteng berkali-kali. Kairo auto mual dan ingin bergegas menjauhi gadis itu.
Duh, nasib punya istri geblek ya ... kayak gini kali, ya
“Eh tapi, Pak. Nanti saya pinjem baju Bapak ya, buat ganti. Soalnya, saya nggak bawa baju.” Suara Aika kembali menginterupsi. Kairo kembali meliriknya, yang ternyata kini sedang Asik berselfi di ponsel pintarnya.
Bener juga, sih. Aika kan nikah dadakan. Jadi, pasti gak ada persiapan sama sekali.
“Iya, pilih aja senyaman Kamu,” jawab Kairo berbaik hati. Lalu dia menyampirkan handuk basah ke tempatnya, sejenak menyugar rambut setengah keringnya.
Ya! Akhirnya Kairo bisa menemukan kaos oblong dan celana tidur kesayangannya. Kairo bisa segera kabur dari hadapan gadis gesrek ini.
“Saya lapar. Saya mau pesen makanan di bawah. Kamu mau nitip, nggak?” tanya Kairo lagi. Masih dalam mode baik hati.
“Enggak deh. Saya masih kenyang. Soalnya ‘kan tadi sebelum mama pulang kami makan bareng dulu” jawab Aika yang tumbenan nyambung dan nggak bikin emosi.
“Tapi, kalau titip yang lain boleh, nggak?” tanya Aika lagi tiba-tiba.
“Titip apa?” tanya balik Kairo.
“Titip BH sama celana dalam. Soalnya daleman saya juga udah gatel nih, Pak. ‘Kan seharian nggak diganti,” jawab Aika enteng. Kairo auto melotot tak terima.
Mampus aja deh Lu. Aika!
“Kenapa belum tidur?” Kairo bertanya saat menemukan Aika ternyata masih terjaga, sekembalinya dia dari makan malam tadi.Sudah Kairo bilang ‘kan? Dia lapar, dan baru saja kembali setelah menghabiskan makanan yang dia pesan dari salah satu restoran yang ada di hotel ini.Kairo mengira saat dia kembali, istrinya ini sudah tertidur pulas atau malah sudah ngorok keras seperti yang sering diceritakan Aaron. Ternyata, Si Aika ini malah masih melek memainkan ponsel dengan cemberut di atas tempat tidur. Bahkan, saat Kairo muncul tadi. Tuh bibir bukannya mundur, malah makin maju aja dibuatnya. Ka
Kairo mengira setelah pernyataan Aika semalam, yang membuat Kairo sukses gelagapan dan ngacir ke kaman mandi, hubungannya dengan Aika akan makin canggung. Kairo kira Aika akan sakit hati dan tersinggung, hingga berujung mogok bicara untuk waktu yang tak ditentukan.Ternyata dugaan Kairo 100% salah. Di saat bertemu Aika di pagi hari. Dia masih segeblek biasanya. Mungkin Kairo lupa kalau Aika ‘kan, bukan cewek biasa. Urat malunya udah putus, dan hatinya? Entah gadis itu masih punya atau tidak. Memang Si Aika ini kelihatannya gak terpengaruh sama sekali dengan obrolan mereka semalam.Ah ya, ngomong-ngomong soal semalam. Please
Sebenarnya, hari ini Kairo berencana membawa Aika pulang ke rumah keluarganya, sekalian menentukan akan tinggal di mana mereka setelah ini. Namun, berhubung Aika sedang begini jadinya ya mau bagaimana lagi? Kairo terpaksa mengurungkan niatnya dan kembali bermalam di kamar suite hotel ini. Ugh, untung hotel ini adalah salah satu hotel kepunyaan keluarganya, jadinya ya Kairo bebas mau tinggal di sini sampai kapan pun. Ya! Keluarga Kairo memang sekaya itu kok. Namun, karena dari kecil bundanya mendidik dan selalu menekankan sifat kesederhanaan pada kehidupan mereka. Kairo memang jarang sekali menunjukan kesultanannya. Bundanya memang alergi dengan kehidupan yang high life dari dulu. Lebih suka hidup merakyat dan membumi. Kalau kata daddy-nya sih. Kesederhanaan bunda tuh sudah tidak diragukan lagi. Justru itulah yang membuat rumah tangga daddy dan bundanya langgeng sampai sekarang. Bukan karena daddy keenakan punya istri yang gak suka nuntut ya? Lebih karena bunda ini bisa menyeimb
Aika menggeliat ketika membuka mata di pagi hari. Alhamdulilah, perutnya sekarang sudah tak terlalu sakit seperti kemarin. Ah, memang ramuan air jahe bikinan Mama Desi paling yahud! Senggugut Aika langsung hilang hanya dalam hitungan jam! luar biasa ‘kan? Iya sih hitungan jam, tapi jumlah hitungannya banyak. Lebih dari dua belas jam malah. Ya! Aika memang sekebo itu kadang kalau lagi PMS. Bahkan, dia bisa tidur 24 jam kalau senggugutnya lagi kumat. Aika biasanya mengambil cuti, atau izin tidak masuk jika sedang PMS. Soalnya, selain ngebo, PMS juga bikin mood Aika amburadul. Sudah bisa dipastikan Aika pasti gak bakal bisa kerja kalau mood-nya sedang hancur. Kalau boleh jujur, sebenarnya saat ini pun, Aika masih ngantuk banget. Matanya saja masih sepet buat dibuka. Tapi apalah daya, panggilan alam tak bisa dia abaikan saat ini. Aika takut ngompol, terus berakhir banjir air merah di tempat tidurnya. Duh, bisa diusir pihak hotel itu mah. Aika menguap sekali lagi, dan menguc
“Bapak!”Astagfirullahaladzim...Kairo sontak berjengit di tempatnya saat mendengar seruan Aika yang tiba-tiba membahana, seraya membuka pintu kamar dengan tergesa.“Aika Kamu....”“Udah ketemu!”Hah?“Apanya yang ketemu?” Kairo bingung karena tak mengerti dengan maksud dari ucapan istri gesreknya ini.“Gelas seukuran sama punya Bapak.”Allahhu robbi....Jadi masih tentang ukuran
“Asalamualaikum, Bunda!” seru Kairo riang. Dia memasuki rumah kediaman orang tuanya dan langsung menghampiri bunda kesayangannya, yang sedang sibuk di dapur.“Wah, kayaknya enak, nih. “ Kairo melanjutkan dengan mata berbinar saat melihat deretan camilan yang sedang bundanya buat. Seperti biasa, Kairo langsung menggerakkan tangan untuk segera menjamah salah satu dari camilan di hadapannya itu. Namun, belum sampai menyentuh, tangan Kairo langsung dipukul oleh bundanya dengan pelan.“Cuci tangan dulu,” tegur bundanya kemudian. Kairo nyengir konyol. Walaupun begitu, Kairo tetap melaksanakan titah Sang Ratu. Langsung bergegas ke arah watafel di dapur.
“Loh Abang? Kok Kamu masih di sini sih? Gak pulang ke apartmennya?” Bunda Karin bingung melihat keberadaan anaknya yang sedang asik nonton di ruang keluarga, saat dia baru saja pulang dari Rumah sakit. “Nanti aja, bareng Aika. Malas bolak-balik soalnya.” Kairo menjawab santai sambil tetap fokus pada tontonan di depannya. Padahal nontonnya juga film ultraman zaman dulu, dan udah diulang berkali-kali. Tetap saja Kairo gak bosan nontonnya. Ya! Daripada film-film zaman
Kairo menelan saliva kelat sekali lagi memandangi nama sahabat yang kini telah naik pangkat jadi kakak iparnya, di layar depan ponsel mahalnya. Inginnya sih, Kairo langsung reject atau abaikan saja. Kira-kira Aaron curiga gak ya kalau Kairo gak angkat? Takutnya, justru Aaron punya kabar penting soal istri gesreknya yang hilang. Nah, kalau Kairo gak angkat nih telepon. Aaron malah curiga dan menuduh Kairo macam-macam. Kalau diangkat sama dengan bunuh diri, dong! Soal
Akhirnya, setelah lima jam berlalu. Aika pun sadar dari pengaruh obat biusnya. Semua orang langsung bersuka cita menyambutnya."Alhamdulilah ya Allah .... kamu sudah siuman, Nak," seru Mama Desi dengan gembira, seraya menciumi wajah Aika."Mamah, Mas Bos ....""Saya di sini," sela Kairo cepat, kala tahu Aika sedang mencarinya.Pria itu lalu mengambil tempat dibagian lain tempat tidur, seberangnya Mama Desi yang pastinya tidak ingin digantikan."Hai, honey. How do you feel?" sapa Kairo dengan sayang. Membelai dan mencium kening Aika lembut."Mas Bos, bayi kita ... mana?" lirihnya kemudian, meminta keyakinan pada sang suami tentang kondisi anaknya.Seketika senyum suka cita di ruangan itupun berganti dengan senyum sumir disertai sendu yang membayang. Mereka tidak tega memberitahukan kenyataan sebenarnya pada Aika."Ada. Mereka ada kok. Sedang di ruangan bayi." Kairo berusaha menjawab setegar mungkin.
*Happy Reading*Kairo menjatuhkan diri dengan sembarang di sebelah Aika, sambil mengusap kasar wajahnya yang penuh dengan peluh."Sudah puas?" tanya Kairo kemudian, melirik Aika yang tersenyum lebar dan langsung mengangguk cepat seraya memperlihatkan salah satu ibu jarinya ke hadapan wajah sang suami. Sementara tangan satunya lagi, memegang plastik bening berisi es sirup yang biasa dijual di pinggir jalan.Wanita satu ini, sejak hamil memang makin doyan jajan di pinggir jalan. Entah itu cilor, cilok, cilung, atau ci-ci yang lain. Pokoknya selama bentukannya jajanan dan adanya di pinggir jalan, pasti langsung dia borong.Kairo bahkan sudah lelah mendakwahi Aika tentang pentingnya gizi seimbang untuk triplet. Tapi, namanya bumil bebal, bisanya cuma manggut-manggut doang kek burung beo. Setelah itu, back to jajanan lagi tanpa merasa berdosa.Ah, Kairo hanya bisa pasrah."Mas Bos memang suami dan calon papa yang keren. Minum dulu Mas
Epilog*Happy reading*Kehamilan Aika bukan hanya menjadi kabar bahagia untuk Kairo seorang. Tetapi dua keluarga besar dan para pembaca novel ini yang memang tahu pasti perjuangan dua pasangan ini.Terima kasih sudah setia dengan mereka, ya? Terima kasih juga selalu mendukung dan memberikan suport pada author. Semoga kalian selalu sehat dan berkah berlimpah.Saat awal Kairo memberikan kabar kehamilan pada Mama Desi. Mama Desi pun langsung sujud syukur, setelah itu lari ke depan rumah demi menghentikan pedagang yang lewat dan memborong. Mama Desi mengadakan pengajian dadakan malam itu juga.Sementara Bunda Karina, langsung menyabotase acara Ken yang harusnya spesial untuk Rara seorang, jadi syukuran untuk kehamilan Aika.Tentu saja, Ken sempat merajuk awalnya. Namun, tidak berlangsung lama. Karena Rara akhirnya mau memberi kesempatan pada Dokter Obygn itu, dan bersedia membuka hatinya kembali untuk menerima cinta yang baru.&
Mas Bos 134*Happy Reading*Brak!"Aika?!"Sesampainya di Apartemen. Kairo langsung berseru mencari keberadaan Aika. Bahkan, tanpa sadar membanting pintu tadi."Aika?! Kamu di mana?!" Kairo berseru lagi, saat belum mendapatkan jawaban dari sang istri."Aik--" Seruan Kairo pun seketika terhenti di udara, saat membuka pintu kamar, langsung menemukan Aika sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membenamkan wajah pada lipatan kakinya.Tidak tahu bagaimana tampang Aika sekarang. Yang jelas, Aika masih memakai baju tidur yang semalam, dan rambutnya pun masih terlihat acak-acakan seperti yang terakhir Kairo lihat saat pagi.Apa itu artinya Aika tidur lagi setelah Kairo pergi dan baru bangun? Sesiang ini? Berarti, wanita ini pasti belum mandi. Tapi kata Al ....Terserah saja. Saat ini, mengetahui kondisi Aika itu lebih penting. Namun, Kairo cukup lega melihat Aika baik-baik saja, tidak terlu
Mas Bos 133*Happy Reading*"Terima kasih untuk waktunya, Pak Kairo. Semoga kerja sama kita berjalan lancar.""Sama-sama, Bu. Itu juga yang menjadi harapan saya." Tanpa rasa curiga, Kairo menyambut uluran tangan rekan bisnisnya, yang baru saja mencapai kata deal untuk proyek baru mereka.Degh!Sedetik kemudian perasaan jengah pun langsung hadir, saat merasakan sebuah kode dari jabatan itu yang dilakukan wanita di depannya saat ini.Perlahan tapi pasti, Kairo segera melerai tautan tangan mereka."Bagaimana kalau setelah ini kita makan malam bersama, untuk merayakan kerja sama kita? Kebetulan jadwal saya sudah kosong dan katanya ada restauran baru buka di hotel dekat ini. Bagaimana? Anda mau kan?" Kode kedua sudah dilancarkan kembali.Kairo hanya tersenyum simpul sebelum berkata, "Terima kasih untuk undangannya. Tapi Maaf, saya tidak bisa menerimanya. Kebetulan setelah ini saya ada janji dengan istri saya." 
Mas Bos 132*Happy Reading*Brak!Kairo dan Alvaro sontak berjengit kaget. Saat tiba-tiba saja pintu ruangan itu di buka kasar dari luar. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Aika, yang kabur dari kejaran Mama Desi akibat bikin konser dadakan di kamarnya.Kenapa sih, pada gak bisa banget liat Aika seneng dikit? Padahal dia kan cuma butuh hiburan saja. Dikata gak mumet apa harus dengerin nyinyiran orang selama ini?"Mas Bos Aika numpang tidur, ya? ucap Aika kemudian, seraya berlalu begitu saja ke arah kamar yang memang ada di sana. Tempat biasa Kairo tidur sejenak jika terlalu lelah.Tak ayal, kening Kairo pun berlipat dalam melihat kelakuan Aika barusan. Sudah datang bikin kaget orang, belum minta maaf udah main nyelonong saja. Ada apa dengan wanita itu?"Pak, haruskah saya batalkan meeting kita siang ini?" Seakan paham dengan situasi sang bos, Alvaro pun memberikan penawaran."Tidak usah. Kamu siapkan saja apa yang dib
Mas Bos 131*Happy Reading*"Eh, itu bukannya anaknya Jeng Desi yang waktu itu Nikah dadakan, ya?""Oh ... yang dulu dikira hamil duluan, makanya dinikahin dadakan. Eh, ternyata malah gak bisa punya anak, ya, katanya!""Eh, masa? Maksudnya mandul, gitu?""Katanya, sih! Buktinya sampai sekarang belum keliatan bawa anak, tuh!""Wah! Kasian, ya? Padahal suaminya ganteng, lho! Bule, kalem, baik lagi. Duh saya tawarin anak gadis saya, mau gak ya?""Tawarin aja, Jeng. Siapa tahu jodoh? Kasian orang ganteng gitu harus putus keturunannya gara-gara anaknya Jeng Desi."Aika mengeram kesal saat baru saja memasuki gerbang rumah ibunya. Tiba-tiba mendengar celetukan ibu-ibu yang sedang beli bakso keliling, yang saat mangkal tak jauh dari rumahnya.Aika pun mengurungkan langkahnya, putar balik dan menghampiri ibu-ibu yang tadi menggosipkannya, kemudian ...."Tuhan mereka. Sedang berghibah. Jaga mereka, lindungi mereka. Ja
Mas Bos 130*Happy Reading*"Jadi ... apa rencana lo setelah ini, Ron?" Kairo bertanya, setelah kembali dari menumbangkan ego dan emosi Damar beberapa jam lalu.Kini, mereka sudah berada di cafe seberang rumah sakit, meninggalkan Aika yang kini tengah beristirahat di ruangan Bunda Karina.Tadi, saat membawa Aika pergi menjauh dari Damar, Aaron memang berpapasan dengan Bunda Karina. Langsung saja, mertua Aika itu menyuruh Aaron membawa sang menantu ke ruangannya. Lalu memanggil psikiater secara pribadi.Aaron tidak bisa menceritakan detail apa yang Dokter Karina dan Dokter psikiater itu lakukan pada adiknya. Karena saat itu dia menunggu di luar ruangan sembari menunggu kabar dari Kairo.Semoga Damar tidak berulah lagi setelah ini.Seusai sesi bersama Dokter Psikiater, ternyata Aika langsung tertidur nyenyak di ruangan mertuanya. Itulah kenapa, para pria ini pun memilih tak mengganggunya dan menjauh sejenak untuk bicar
Mas Bos 129*Happy Reading*"Abang?" Aika menghampiri Aaron, yang saat ini tengah duduk termangu di depan ruang rawat Novia."Kok Abang di luar? Gak di dalam nemenin Novia?" cecarnya lagi, sesampainya dihadapan sang kakak.Bukannya menjawab, Aaron malah melihat Aika dengan gusar sambil beberapa kali melirik arah pintu ruangan Novia, seperti ada yang ditakutkan pria itu.Ada apa, sih?"Abang, ih! Ditanya juga. Bukannya jawab malah main lirik-lirikan. Ada siapa, sih? Perawat semoks, ya?" kelakar Aika tanpa curiga."Bukan. Itu ... itu ... Kamu ... kok ke sini? Gak kerja?" jawab Aaron kemudian. tidak nyambung sama sekali."Dih! Abang lupa atau gimana? Aika kan udah pensiun dini, Bang. Lebih tepatnya dipaksa pensiun sama Mas Bos," cebik Aika masih tanpa curiga, sambil melirik Kairo yang setia berdiri dibelakangnya."Eh, iya ya. Abang lupa." Aaron tertawa dipaksakan.Aneh! Ada apa sih