“Bapak!”
Astagfirullahaladzim...
Kairo sontak berjengit di tempatnya saat mendengar seruan Aika yang tiba-tiba membahana, seraya membuka pintu kamar dengan tergesa.
“Aika Kamu....”
“Udah ketemu!”
Hah?
“Apanya yang ketemu?” Kairo bingung karena tak mengerti dengan maksud dari ucapan istri gesreknya ini.
“Gelas seukuran sama punya Bapak.”
Allahhu robbi....
Jadi masih tentang ukuran <
“Asalamualaikum, Bunda!” seru Kairo riang. Dia memasuki rumah kediaman orang tuanya dan langsung menghampiri bunda kesayangannya, yang sedang sibuk di dapur.“Wah, kayaknya enak, nih. “ Kairo melanjutkan dengan mata berbinar saat melihat deretan camilan yang sedang bundanya buat. Seperti biasa, Kairo langsung menggerakkan tangan untuk segera menjamah salah satu dari camilan di hadapannya itu. Namun, belum sampai menyentuh, tangan Kairo langsung dipukul oleh bundanya dengan pelan.“Cuci tangan dulu,” tegur bundanya kemudian. Kairo nyengir konyol. Walaupun begitu, Kairo tetap melaksanakan titah Sang Ratu. Langsung bergegas ke arah watafel di dapur.
“Loh Abang? Kok Kamu masih di sini sih? Gak pulang ke apartmennya?” Bunda Karin bingung melihat keberadaan anaknya yang sedang asik nonton di ruang keluarga, saat dia baru saja pulang dari Rumah sakit. “Nanti aja, bareng Aika. Malas bolak-balik soalnya.” Kairo menjawab santai sambil tetap fokus pada tontonan di depannya. Padahal nontonnya juga film ultraman zaman dulu, dan udah diulang berkali-kali. Tetap saja Kairo gak bosan nontonnya. Ya! Daripada film-film zaman
Kairo menelan saliva kelat sekali lagi memandangi nama sahabat yang kini telah naik pangkat jadi kakak iparnya, di layar depan ponsel mahalnya. Inginnya sih, Kairo langsung reject atau abaikan saja. Kira-kira Aaron curiga gak ya kalau Kairo gak angkat? Takutnya, justru Aaron punya kabar penting soal istri gesreknya yang hilang. Nah, kalau Kairo gak angkat nih telepon. Aaron malah curiga dan menuduh Kairo macam-macam. Kalau diangkat sama dengan bunuh diri, dong! Soal
“Aika, Kamu yakin mau diturunin di sini aja?” Kairo bertanya sekali lagi saat Aika kembali minta diturunkan di halte busway. Yang takjauh dari kantor. Ya! Dari kemarin, Aika memang selalu minta diturinin di sini. “’Kan udah saya bilang, Pak. Saya belum siap viral karena jadi istri Bapak” Nah itu, jawabannya bahkan masih sama kayak kemarin. Kayak copy paste gitu. ‘Kan gak kreatif ya Si Aika ini. “
Kairo langsung menghempaskan tubuhnya dengan lelah pada sofa di sampingnya saat melihat tamunya sudah keluar dari ruangan itu. Setelah itu menghela napas lega karena akhirnya, negosiasi cukup alot mencapai kata deal. Maklum lah, kliennya kali ini sangat detail sekali dan kritis sekali dalam menilai segala aspek dalam kontrak kerja yang Kairo tawarkan. Kairo harus memutar otak dengan keras, agar kerja sama ini tetap terjadi. Namun, jangan panggil Kairo anak Daddy Arjuna Setiawan. Kalau yang begini saja gak bisa dia tangani. Memang di antara anak-anak Daddy Arjuna, Kairo lah yang mewarisi darah bisnis d
Aika hanya terdiam sambil menerawang jauh ke langit-langit. Berkedip sesekali, tetapi tetap tak mau bersuara, membuat Kairo merinding melihat kelakuannya saat ini. Yang Kairo tahu, Aika yang dikenalnya itu gesrek dan rame. Mulutnya aja lebih sering bocor tanpa filter. Kairo lihat saat ini kok malah kayak bukan Aika-nya ya? Eh? apa katanya tadi? Aika-nya? Sejak kapan dia bisa mengklaim Aika seperti itu? Walaupun ya, sebenarnya sah-sah saja. karena Aika ‘kan memang istrinya. Tapi, kok kayaknya Kairo masih berat ya ngakuin status itu. “Aika?” Kairo akhirnya tak tahan berdua saja dengan Aika tanpa obrolan sama sekali.
“Jangan! ... jangan! ... Lepasin! ... akh!” DUG! BRUK! “Aw ... “ Setelahnya, Kairo pun langsung meringis kesakitan, saat Aika tiba-tiba saja menendangnya, hingga dia jatuh tersungkur ke lantai. Sialan! Niat nenangin malah ditendang! Ya! Sebenarnya tadi Kairo hanya ingin menangkan Aika yang mulai mengigau di dalam tidurnya. Kairo langsung beranjak dari sofa, dan memeluk Aika. Siapa sangka Aika malah berontak hebat menerima pelukannya, dan ... Di sini lah Kairo berakhir. Terjungkal di lantai Rumah sakit, dengan pantat mencium lantai lebih dulu. Rasanya
Setelah dapet piring cantik, eh maksudnya didorong Aika untuk kesekian kalinya, di sinilah Kairo sekarang. Duduk di hadapan Sang Bunda, yang kadang masih menggeleng tak habis pikir melihat kelakuan Kairo. Sementara Aika, masih menunduk dalam di atas tempat tidurnya, sambil sesekali meremas selimut yang ada di pangkuannya. “Emang kalian gak bisa nunggu sampai siang, ya? Sampai Rumah sakit pun, kalian jadikan hotel dadakan?” sindir Karina. Dua sejoli di ruangan itu kembali merona, mengingat insiden beberapa menit lalu. Asli! Ternyata dicyduk
Akhirnya, setelah lima jam berlalu. Aika pun sadar dari pengaruh obat biusnya. Semua orang langsung bersuka cita menyambutnya."Alhamdulilah ya Allah .... kamu sudah siuman, Nak," seru Mama Desi dengan gembira, seraya menciumi wajah Aika."Mamah, Mas Bos ....""Saya di sini," sela Kairo cepat, kala tahu Aika sedang mencarinya.Pria itu lalu mengambil tempat dibagian lain tempat tidur, seberangnya Mama Desi yang pastinya tidak ingin digantikan."Hai, honey. How do you feel?" sapa Kairo dengan sayang. Membelai dan mencium kening Aika lembut."Mas Bos, bayi kita ... mana?" lirihnya kemudian, meminta keyakinan pada sang suami tentang kondisi anaknya.Seketika senyum suka cita di ruangan itupun berganti dengan senyum sumir disertai sendu yang membayang. Mereka tidak tega memberitahukan kenyataan sebenarnya pada Aika."Ada. Mereka ada kok. Sedang di ruangan bayi." Kairo berusaha menjawab setegar mungkin.
*Happy Reading*Kairo menjatuhkan diri dengan sembarang di sebelah Aika, sambil mengusap kasar wajahnya yang penuh dengan peluh."Sudah puas?" tanya Kairo kemudian, melirik Aika yang tersenyum lebar dan langsung mengangguk cepat seraya memperlihatkan salah satu ibu jarinya ke hadapan wajah sang suami. Sementara tangan satunya lagi, memegang plastik bening berisi es sirup yang biasa dijual di pinggir jalan.Wanita satu ini, sejak hamil memang makin doyan jajan di pinggir jalan. Entah itu cilor, cilok, cilung, atau ci-ci yang lain. Pokoknya selama bentukannya jajanan dan adanya di pinggir jalan, pasti langsung dia borong.Kairo bahkan sudah lelah mendakwahi Aika tentang pentingnya gizi seimbang untuk triplet. Tapi, namanya bumil bebal, bisanya cuma manggut-manggut doang kek burung beo. Setelah itu, back to jajanan lagi tanpa merasa berdosa.Ah, Kairo hanya bisa pasrah."Mas Bos memang suami dan calon papa yang keren. Minum dulu Mas
Epilog*Happy reading*Kehamilan Aika bukan hanya menjadi kabar bahagia untuk Kairo seorang. Tetapi dua keluarga besar dan para pembaca novel ini yang memang tahu pasti perjuangan dua pasangan ini.Terima kasih sudah setia dengan mereka, ya? Terima kasih juga selalu mendukung dan memberikan suport pada author. Semoga kalian selalu sehat dan berkah berlimpah.Saat awal Kairo memberikan kabar kehamilan pada Mama Desi. Mama Desi pun langsung sujud syukur, setelah itu lari ke depan rumah demi menghentikan pedagang yang lewat dan memborong. Mama Desi mengadakan pengajian dadakan malam itu juga.Sementara Bunda Karina, langsung menyabotase acara Ken yang harusnya spesial untuk Rara seorang, jadi syukuran untuk kehamilan Aika.Tentu saja, Ken sempat merajuk awalnya. Namun, tidak berlangsung lama. Karena Rara akhirnya mau memberi kesempatan pada Dokter Obygn itu, dan bersedia membuka hatinya kembali untuk menerima cinta yang baru.&
Mas Bos 134*Happy Reading*Brak!"Aika?!"Sesampainya di Apartemen. Kairo langsung berseru mencari keberadaan Aika. Bahkan, tanpa sadar membanting pintu tadi."Aika?! Kamu di mana?!" Kairo berseru lagi, saat belum mendapatkan jawaban dari sang istri."Aik--" Seruan Kairo pun seketika terhenti di udara, saat membuka pintu kamar, langsung menemukan Aika sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membenamkan wajah pada lipatan kakinya.Tidak tahu bagaimana tampang Aika sekarang. Yang jelas, Aika masih memakai baju tidur yang semalam, dan rambutnya pun masih terlihat acak-acakan seperti yang terakhir Kairo lihat saat pagi.Apa itu artinya Aika tidur lagi setelah Kairo pergi dan baru bangun? Sesiang ini? Berarti, wanita ini pasti belum mandi. Tapi kata Al ....Terserah saja. Saat ini, mengetahui kondisi Aika itu lebih penting. Namun, Kairo cukup lega melihat Aika baik-baik saja, tidak terlu
Mas Bos 133*Happy Reading*"Terima kasih untuk waktunya, Pak Kairo. Semoga kerja sama kita berjalan lancar.""Sama-sama, Bu. Itu juga yang menjadi harapan saya." Tanpa rasa curiga, Kairo menyambut uluran tangan rekan bisnisnya, yang baru saja mencapai kata deal untuk proyek baru mereka.Degh!Sedetik kemudian perasaan jengah pun langsung hadir, saat merasakan sebuah kode dari jabatan itu yang dilakukan wanita di depannya saat ini.Perlahan tapi pasti, Kairo segera melerai tautan tangan mereka."Bagaimana kalau setelah ini kita makan malam bersama, untuk merayakan kerja sama kita? Kebetulan jadwal saya sudah kosong dan katanya ada restauran baru buka di hotel dekat ini. Bagaimana? Anda mau kan?" Kode kedua sudah dilancarkan kembali.Kairo hanya tersenyum simpul sebelum berkata, "Terima kasih untuk undangannya. Tapi Maaf, saya tidak bisa menerimanya. Kebetulan setelah ini saya ada janji dengan istri saya." 
Mas Bos 132*Happy Reading*Brak!Kairo dan Alvaro sontak berjengit kaget. Saat tiba-tiba saja pintu ruangan itu di buka kasar dari luar. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Aika, yang kabur dari kejaran Mama Desi akibat bikin konser dadakan di kamarnya.Kenapa sih, pada gak bisa banget liat Aika seneng dikit? Padahal dia kan cuma butuh hiburan saja. Dikata gak mumet apa harus dengerin nyinyiran orang selama ini?"Mas Bos Aika numpang tidur, ya? ucap Aika kemudian, seraya berlalu begitu saja ke arah kamar yang memang ada di sana. Tempat biasa Kairo tidur sejenak jika terlalu lelah.Tak ayal, kening Kairo pun berlipat dalam melihat kelakuan Aika barusan. Sudah datang bikin kaget orang, belum minta maaf udah main nyelonong saja. Ada apa dengan wanita itu?"Pak, haruskah saya batalkan meeting kita siang ini?" Seakan paham dengan situasi sang bos, Alvaro pun memberikan penawaran."Tidak usah. Kamu siapkan saja apa yang dib
Mas Bos 131*Happy Reading*"Eh, itu bukannya anaknya Jeng Desi yang waktu itu Nikah dadakan, ya?""Oh ... yang dulu dikira hamil duluan, makanya dinikahin dadakan. Eh, ternyata malah gak bisa punya anak, ya, katanya!""Eh, masa? Maksudnya mandul, gitu?""Katanya, sih! Buktinya sampai sekarang belum keliatan bawa anak, tuh!""Wah! Kasian, ya? Padahal suaminya ganteng, lho! Bule, kalem, baik lagi. Duh saya tawarin anak gadis saya, mau gak ya?""Tawarin aja, Jeng. Siapa tahu jodoh? Kasian orang ganteng gitu harus putus keturunannya gara-gara anaknya Jeng Desi."Aika mengeram kesal saat baru saja memasuki gerbang rumah ibunya. Tiba-tiba mendengar celetukan ibu-ibu yang sedang beli bakso keliling, yang saat mangkal tak jauh dari rumahnya.Aika pun mengurungkan langkahnya, putar balik dan menghampiri ibu-ibu yang tadi menggosipkannya, kemudian ...."Tuhan mereka. Sedang berghibah. Jaga mereka, lindungi mereka. Ja
Mas Bos 130*Happy Reading*"Jadi ... apa rencana lo setelah ini, Ron?" Kairo bertanya, setelah kembali dari menumbangkan ego dan emosi Damar beberapa jam lalu.Kini, mereka sudah berada di cafe seberang rumah sakit, meninggalkan Aika yang kini tengah beristirahat di ruangan Bunda Karina.Tadi, saat membawa Aika pergi menjauh dari Damar, Aaron memang berpapasan dengan Bunda Karina. Langsung saja, mertua Aika itu menyuruh Aaron membawa sang menantu ke ruangannya. Lalu memanggil psikiater secara pribadi.Aaron tidak bisa menceritakan detail apa yang Dokter Karina dan Dokter psikiater itu lakukan pada adiknya. Karena saat itu dia menunggu di luar ruangan sembari menunggu kabar dari Kairo.Semoga Damar tidak berulah lagi setelah ini.Seusai sesi bersama Dokter Psikiater, ternyata Aika langsung tertidur nyenyak di ruangan mertuanya. Itulah kenapa, para pria ini pun memilih tak mengganggunya dan menjauh sejenak untuk bicar
Mas Bos 129*Happy Reading*"Abang?" Aika menghampiri Aaron, yang saat ini tengah duduk termangu di depan ruang rawat Novia."Kok Abang di luar? Gak di dalam nemenin Novia?" cecarnya lagi, sesampainya dihadapan sang kakak.Bukannya menjawab, Aaron malah melihat Aika dengan gusar sambil beberapa kali melirik arah pintu ruangan Novia, seperti ada yang ditakutkan pria itu.Ada apa, sih?"Abang, ih! Ditanya juga. Bukannya jawab malah main lirik-lirikan. Ada siapa, sih? Perawat semoks, ya?" kelakar Aika tanpa curiga."Bukan. Itu ... itu ... Kamu ... kok ke sini? Gak kerja?" jawab Aaron kemudian. tidak nyambung sama sekali."Dih! Abang lupa atau gimana? Aika kan udah pensiun dini, Bang. Lebih tepatnya dipaksa pensiun sama Mas Bos," cebik Aika masih tanpa curiga, sambil melirik Kairo yang setia berdiri dibelakangnya."Eh, iya ya. Abang lupa." Aaron tertawa dipaksakan.Aneh! Ada apa sih