Esok harinya Zaheera berangkat bekerja dengan perasaan was-was. Sepanjang malam dia tidak bisa tidur. Teringat kejadian buruk yang menimpanya.
“Zera, kamu kemana aja sih. Kenapa aku telpon, aku W* in tapi kamu gak jawab. Marah ya,” Izzati yang sudah sedari tadi menunggu sahabat nya itu.
Zaheera melihat sinis Izzati yang langsung memberikan pertanyaan.
“Zeera, kamu kenapa? Kok diam saja. Apa kamu ada masalah?” tanya Izzati penasaran.
“Diam lah Zati. Jangan bahas lagi yang kemarin.” Ketus Zeera memakai seragam kerja nya.
“Kenapa? Apa kau ketahuan si Rayan? Apa dia menyakiti mu?” tanya Izzati yang berubah menjadi panik. Dihampirinya Zeera untuk memberikan perhatiannya.
“Zeera, apa dia menyakiti mu? Tolong katakan pada ku, aku khawatir banget sama kamu,” sahabatnya itu menepuk bahu Zeera yang diam namun memikirkan sesuatu.
Zaheera melihat Izzati yang sudah sangat khawatir padanya. Matanya berkaca-kaca. Antara malu dan marah untuk menceritakan kejadian kemarin.
“Izzati, kemarin aku hampir di perkosa om-om…….hhhiiikkkksss……hhiikkssss………wwwaaaakkkkkkk…” Zaheera tidak bisa menahan air matanya.
“Apa? Ke….kenapa bisa seperti itu Zeera? Kenapa?” tanya Izzati memeluk sahabatnya. Gadis itu belum menjawab, masih mengatur nafas dan mencoba untuk tenang.
“Waktu aku mengikuti pacarmu itu yang selingkuh, dia hampir melihatku. Terus aku sembunyi, terus aku lihat lagi dianya sudah pergi. Aku pikir mereka sudah ada di salah satu kamar tempat mereka berdiri. Ternyata aku salah masuk kamar,” ucap wanita itu sesenggukkan.
“Ternyata ada om-om yang sa**e, lagi nunggu cewek bokingan nya, tapi dia pikir itu aku,” ucapnya lagi masih menangis.
“Kenapa kamu tidak bilang sama dia kalau kamu bukan cewek bokingan itu?” tanya Izzati.
“Aku sudah bilang Zati, tapi dia tidak percaya, dia gak mau ngelepasin aku. Dia bilang aku harus memuaskan nafsunya. Dan dia….. dia…. Menarik tangan ku untuk……untuk memegang ti**tnya yang sudah besar dan keras itu,” Zaheera semakin menangis.
“Ya Ampun Zeera, maafkan aku. Ini semua gara-gara aku. Seandainya saja aku tidak menyuruh mu mengikuti si bre****k itu, kamu tidak akan mengalami kejadian buruk itu.” sekarang Izzati pun ikut menangis. Izzati memeluk sahabat nya dengan tulus. Mereka meratapi nasib yang menimpanya.
“Lalu kenapa kau tidak menjawab panggilan ku?” tanya Izzati.
“Aku tidak bisa. Ponsel ku ketinggalan di kamar si mesum itu.” jawab Zaheera
“Apa?” Izzati terkejut mendengar jawaban Zaheera.
**********
Shean Vikal Yandra, pria berusia 35 tahun yang belum menikah. Pria arrogant dan harus mendapatkan apapun yang di inginkan. Sangat suka bermain dengan wanita. Tapi tidak membuat nya asal memilih. Dia adalah pengusaha sukses di seluruh Asia. Bisnis nya ada di mana-mana. Walaupun dia tampan, tapi sifat dan karakter nya jauh dari kata tenang. Ringan tangan pada siapapun, tua, muda, wanita atau anak kecil sekalipun tidak bisa lepas dari amarah nya.
Shean tidak memiliki apa-apa. Sejak kecil hidup nya sudah yatim piatu, tidak ada siapapun yang membesarkan nya kecuali dirinya sendiri. Karena keras nya perjalanan hidup Shean, membuatnya tidak gampang untuk memaaafkan. Sifat pendendam nya membuat lawan takut berhadapan padanya.
Orang yang terdekat dari nya adalah Alex, Alfa dan Tristan. Hanya mereka bertiga yang selalu berada di sisi kanan nya. Asistennya itu pun sudah tahu betul watak dan karakter bos nya. Mereka akan memberikan masukan atau pendapat kalau di perlukan saja, selebih nya mereka tidak berani untuk berargument lagi.
Tok... Tok... Tok...
“Masuk,” jawaban dari Shean. Alex masuk setelah mendapatkan jawaban.
“Bagaimana? Apa kalian sudah menemukan di mana gadis itu?” tanya Shean menunggu jawaban.
“Sudah tuan. Gadis itu bekerja di toko roti,” jawab Alex. Terlihat di ujung bibir nya yang tersenyum.
“Bagus,” Shean merasa puas dengan jawaban dari Alex.
“Tuan, apa yang selanjut nya kami lakukan?” tanya Alex menunggu perintah lain.
“Biarkan saja dulu. Biar kan dia bernafas dengan tenang. Aku ingin memberikan nya kejutan yang istimewa. Tetap awasi saja dia kemanapun dan tempat tinggal nya juga,” suruh Shean.
“Apa kalian tahu kenapa dia ada di hotel pada saat itu?” tanya Shean.
“Menurut rekaman CCTV, dia sedang mengikuti seorang pria bersama dengan wanita,” jawab Alex.
“Oh…. Pria. Apa itu pacar nya?” tanya Shean.
“Tidak tahu tuan. Tapi seperti nya pria itu selingkuh, dan gadis itu mengikutinya,” jawab Alex.
“Hahahahahaha……. Baiklah. Berikan ponsel itu pada ku, dan segera keluar,” suruh Shean.
Alex memberikan ponsel milik Zaheera yang ada di sakunya. Setelah itu meninggalkan ruangan Shean.
Shean melihat ponsel wanita yang membuatnya penasaran.
“Apa kekasih mu itu sedang berselingkuh darimu? ………. Kucing kecil?” ucap Shean dengan senyum di salah satu sudut bibirnya.
************
Toko roti tempat Zaheera dan Izzati bekerja termasuk toko yang ramai pembelinya. Itu karena Zaheera bisa membuat roti yang enak. Si pemilik roti pun senang dan bangga dengan hasil kerja juru masaknya. Di dalam toko itu, ada 5 karyawan termasuk Zaheera dan Izzati. Izzati bertugas dalam pembayaran. Malam ini sebelum toko di tutup, semua karyawan berkumpul bersama dengan pemiliknya.
Tentu saja itu adalah tanggal gajian mereka. Tampak raut senang dan bahagia di wajah mereka.
“Pasti kalian senang banget hari ini ya,” tanya pria gendut yang baik hati pada karyawannya.
“Senang pak. Hahahhaha…. Karena gajian,” jawab salah satu dari karyawannya. Suasana berubah menjadi tawa riang. Tidak ada kecanggungan dari mereka.
“Baiklah. Aku akan membagikan gaji kalian. Sebelum nya kita harus berterimakasih dulu pada koki kita, dia bisa bikin kue yang enak. Setiap bulan kita selalu mendapat kan hasil di atas target. Dan tentu saja kalian juga akan mendapatkan bonus,” ucap pak Uut, selaku pemilik toko. Semua memberikan ucapan terimakasih pada Zaheera yang merasa malu dan grogi.
“Kalian harus tetap semangat dan jaga kesehatan untuk bekerja. Saya tahu kalian adalah tulang punggung keluarga kalian, tapi kalian juga harus perduli kesehatan. Ini sudah saya siapkan 2 amplop. Amplop untuk gaji bulanan kalian dan bonus kalian selama satu bulan ini. Saya akan berikan pada kalian sekarang,” ucap pak Uut menunjukkan beberapa amplop di tangannya.
******
Zaheera dan Izzati selesai bekerja. Mereka berdua sedang menunggu ojek online untuk pulang kerumahnya. Sambil menunggu, mereka mengobrol. Tidak jauh dari mereka ada mobil yang sedang mengamati. Itu adalah mobil Shean. Shean melihat gadis yang menjadi sasarannya. Tatapannya tajam, jari telunjuk menyentuh bibirnya.
Shean yang berada di dalam mobil itu mengamati target nya. Dia tidak ingin menunjukkan dirinya dulu. “Apa tuan Shean sedang melihat wanita itu? tapi kenapa tidak langsung membawanya?” tanya Alfa di dalam hati. “Masih terasa bibir mu di bibir ku cantik,” gumam Shean. Zaheera tidak sadar kalau ada yang sedang mengamatinya. “Zeera, apa kau akan membeli ponsel baru lagi?” tanya Izzati. “Iya, mau bagaimana lagi. Kalau aku tidak ada Hp, aku tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun, termasuk denganmu,” jawab Zeera. “Apa kau juga akan memberikan sebagian gaji mu pada mereka?” tanya Izzati. Gadis itu diam, belum memberikan jawaban. “Zeera, kenapa sih kau masih saja mengurusi mereka, sementara mereka saja tidak perduli padamu,” Ucap Izzati yang prihatin pada sahabatnya itu. “Zati, mereka juga keluarga ku, mama kandung ku, walaupun dia menikah lagi. Aku tidak bisa mengabaikannya,” jawab Zeera menundukkan wajahnya. “Zeera, ambil in
Di toko roti semua sedang sibuk bekerja melayani pembeli. Hari ini sangat banyak sekali pengunjung. Sesekali Zaheera membantu melayani mereka. “Terimakasih atas kunjungannya, silahkan datang kembali,” ucap Izzati sembari mengembalikan kembalian uang pembeli. 3 karyawan lainnya bertugas membersihkan dan mengantar pesanan. Dua karyawan yang berjenis kelamin laki-laki terkadang mengantar pesanan pembeli yang minta delivery. “Zeera, besok kan toko off tuh, jalan yuk,” ajak Izzati. “Aku juga memang berencana seperti itu sih. Mau beli Hp baru,” jawab Zaheera. “Kalau begitu aku temani ya. Sekalian kita makan ice krim dan beli pakaian. Ada pakaian yang dari bulan lalu ingin aku beli," pinta Izzati merapikan uang penjualanan. “Boleh,” Jawab Zaheera merapikan sisa dagangan. “Eh… kalian mau jalan –jalan ya. Ikut dong. Biar ramai,” Yanto, yang sedang membersihkan meja mendengar. “Mmmm…. Gimana ya. Lain kali aja deh,” Izzati menolak
Shean hanya mengambil 2 jenis kue yang rasa kopi dan moca saja. “Lalu bagaimana dengan sisanya tuan?” tanya Tristan menunjukkan jumlah yang masih sangat banyak itu. “Apa di buang saja?” canda Tristan menaikkan salah satu alisnya. “Sembarangan kau. Berikan pada karyawan-karyawan lain. Mereka pasti mau,” suruh Shean. “Baiklah tuan. Ini aku sisakan untuk Alfa dan Alex. Nanti mereka menangis lagi kalau tidak di beri,” Tristan memilih bagian untuk kedua rekannya. Tristan membagikan sisa kue itu pada pekerja lainnya. Mereka sangat senang mendapatkan pemberian dari atasannya. Lalu kembali masuk lagi keruangan atasannya. Shean melihat bentuk dan warna kue yang ada di genggamannya. Pria itu tidak biasa memakan makanan seperti itu. “Apa ada masalah dengannya? Ada yang mengganggu? Menggodanya?” tanya Shean menggigit kue. “Tidak ada tuan. Kalau saya lihat ada 5 karyawan termasuk nona itu. dua di antara nya adalah pria,” jawab Tristan yang
Hari berikut nya anak buah Shean datang ke rumah Suriani. Rumah kontrakan yang sangat sederhana. Di dalam rumah itu yang ada hanya Liana saja, Suriani dan papanya berada di luar di tempat yang berbeda. Liana yang sedang sibuk dengan ponsel nya. Tidak menyadari kedatangan beberapa pria berpakaian hitam dengan badan yang besar. Tok… Tok.. Tok… Liana melihat siapa yang mengetuk pintunya yang tertutup. Dia keluar dari kamar. “Siapa sih yang datang?” gerutunya. Ceklek… Gadis itu melihat mereka yang berwajah seram. “Ka….kalian siapa? Dan ada perlu apa?” tanya Liana. “Dimana perempuan satu lagi yang tinggal di sini?” tanya salah satu dari mereka. Liana berpikir siapa yang di maksud mereka. “Siapa? Tolong berbicara yang jelas, apa…" “Aaaaaaaakkkhhh……. Lepaskan……aaaakkkhhh….." Pria-pria itu menarik rambut Liana dengan paksa, menyeret nya hingga keluar dari rumah. Banyak tetangga yang keluar melihat. “Ada apa sih? Kenapa
Zaheera sudah selesai memilih 3 pasang sepatu dengan model yang sama hanya berbeda warna saja. Lalu melakukan pembayaran. Shean, yang tubuhnya lebih tinggi dari kebanyakan orang, jelas sekali di mana dia berada. Zaheera pergi ke lokasi lain, Izzati mengikuti sahabat nya itu, sesekali matanya melirik kebelakang, dimana Shean yang masih mengikutinya. “Zati, kamu mau beli apa lagi?” tanya Zaheera melihat kiri dan kanan. “Mmm… aku, seperti nya kita makan dulu deh, aku udah laper banget nih,” ajak Izzati. Zaheera yang juga sudah lapar sepakat dengan tujuan Izzati. Mereka mencari tempat makan yang sesuai dengan lidah dan kantong mereka. Hingga mereka memutuskan pada satu tempat yang murah dan banyak menu. Shean tentu saja ikut. Walaupun sebenar nya dia sangat risih berada di tempat yang seperti itu. “Zeera, ada yang mencurigakan,” bisik Izzati. “Apaan?” Zaheera yang tidak sadar dengan kehadiran sosok yang mengikutinya. Dia pu
Shean, menikmati hentakan musik yang keras dengan penerangan yang remang. DJ memainkan musik untuk menghibur tamu nya. Waiters berkeliling membawakan pesanan minuman. Beberapa pria dan wanita yang duduk dekat dengan bartender, sambil mencari sasaran yang akan di hampiri.Di ruang VIP, Shean duduk dengan beberapa rekan-rekan kerja nya. Mereka tertawa bersama sambil memeluk wanita di kiri dan kanan.Dua wanita yang cantik dan seksi masuk untuk melayani Shean yang masih sendiri.Shean yang saat itu sedang birahi, melihat wanita itu dari bawah sampai ujung kepala. Apalagi di bagian dada, sempat berhenti beberapa detik.“Bos, apakah masih ada yang kurang?” tanya Tristan yang menemani Shean.“Cukup.” Jawab Shean, membuang asap rokok nya.“Hahahaha…. Shean, kau dari dulu tidak pernah berubah ya. Selalu saja suka bermain perempuan.” Tawa teman nya yang dari perusahaan lain.“kau sendiri? Bahkan
Alex dan Alfa sudah membawa Suriani dan Baroto, mereka di ikat dan mata nya di tutup. Mereka membawa nya ke sebuah rumah kosong. Daerah yang sepi secara penghuni dan rumah tetangga pun jarak nya jauh. Sedang menunggu kedatangan Shean yang dalam perjalanan.Dua orang itu juga sudah mendapat beberapa pukulan sebelum di bawa karena berusaha berontak dan melarikan diri.“Kalian siapa? Apa mau kalian?” Teriak Baskoro yang tidak bisa melihat dua orang yang membawa nya dan isteri nya.“Sebentar lagi kalian akan tahu, jadi diam saja. Anggap kalian bisa bernafas.” Ucap Alfa yang duduk sambil bermain game di ponsel nya.Tidak berapa lama, Shean dan Tristan sudah berada di depan rumah kosong itu. mobil yang di pakai Tristan untuk mengantar bos nya.Alex segera membuka pintu untuk Shean.Shean turun dari mobil dan melihat dua orang yang berlutut dengan mata di tutup, kaki dan tangan yang di tutup.“Apa itu mere
“Hahahahahahaha……. Seru sekali… aku sangat suka dengan suara teriakan kalian…….sayang sekali, tinggal satu lagi ya…” tawa Shean yang kejam, melihat tongkatnya yang sudah bercampur dengan darah. “Seru dari mana nya sih? Menjijikan,” bisik Alfa pada Alex. “Ssssttt,” Alex memberikan kode untuk Alfa agar diam. Shean berdiri, melihat tongkatnya sambil mengatur nafas. Sementara dua orang itu sudah setengah tidak berdaya. Mereka berbaring dengan posisi yang tidak beraturan. Membelakangi Shean yang berdiri. “Satu lagi… kalau satu lagi kalian masih hidup, aku akan melepaskan kalian…” ucapnya. Terdengar suara tangisan kesakitan dari suami isteri itu. “Tristan, lepas ikatan mereka,” suruh Shean. Pukulan yang pertama dan yang kedua sengaja di lakukan saat mereka terikat bersama. Namun mereka tetap mendapatkan pukulan bergilir. Tristan segera melepaskan tali mereka. Hingga mereka berpencar sedikit. Wajah mereka yang sedikit tertutup karena darah ya
Beberapa bulan kemudian, sudah waktunya untuk Zeera melahirkan. Dua hari yang lalu, ditengah malam saat semuanya sudah tertidur dengan pulas, termasuk Shean. Karena seharian sibuk bekerja dan menjaga Zeera, malam itu dia sangat lelah dan cepat tertidurnya. Hanya Zeera yang masih gelisah menahan sakit. Sebenarnya siang itu sudah merasakan sakit dibagian perut hingga kebawahnya. Kasihan melihat suaminya yang belum pernah istirahat total, dia hanya bisa menahan dan tidak berpikir apa-apa. Namun malam ini rasanya tidak hilang malah semakin menjadi-jadi. Sebisa mungkin dia menahan suaranya agar tidak membangunkan Shean yang berbaring disampingnya ditempat tidur. ‘Apa aku mau melahirkan? Rasanya sakit sekali, aku juga tidak tahu tanda-tanda melahirkan.’ “Sshh..” ‘Apa aku bangunkan saja Shean? Rasanya- “Aaasshh…” “Sayang? Kamu kenapa?” Shean langsung terbangun setelah mendengar suara rintihan Zeera walau pela
“Keren gak?” Izzati menunjukkan sepatu imut nan kecil pada Saga. “Hm? Iya cakep, warnanya juga cocok untuk anak laki-laki.” Jawab Saga melihat sepatu yang ditunjukkan Izzati padanya. “Emang warnanya kenapa? aku sih suka karena modelnya yang begini, keren gitu.” Izzati melihat-lihat lagi sepatu yang masih ditangannya. “Warna itu kan cocok-cocokkan. Biasanya ada warna yang cocok untuk cowok, ada yang cocok untuk cewek, seperti warna pink dan kuning, aku pernah dengar kalau warna itu sangat cocok untuk perempuan.” “Ah… sama saja kalau menurutku. Cowok juga cocok kok pakai yang warna pink, cowok-cowok di Korea juga banyak kok pakai warna pink, apalagi untuk pakaian.” “Kan tidak semua cowok suka pink, aku nih misalnya, aku paling tidak suka memakai warna pink, mau itu pakaian, tas atau sepatu. Kayaknya gak cocok banget buat aku, tapi kalau ada cowok lain yang suka, ya itu terserahnya kan.” “Hm… jadi, warna biru ini cocok sama anak Zee
Zeera mengucek matanya. Terbangun. Dia mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk bersandar. Tubuhnya masih ditutupi selimut. Pandangannya langsung tertuju didekat jendela, suaminya yang sedang fokus pada gadgetnya.“Shean..?” panggil Zeera. Karena suaranya pelan, Shean tidak bisa mendengarnya.Zeera turun dari ranjang, berjalan menuju Shean.“Loh Zeera? Kamu sudah bangun? Kenapa kamu turun dari ranjangnya Sayang?” Shean meletakkan tabletnya diatas meja, menyusul Zeera yang sedang berjalan kearahnya.“Iya aku sudah bangun, tadi aku memanggilmu tapi kamu nggak dengar.”Shean sekarang sudah menggenggam tangan Zeera.“Kamu lagi ngapain? Kayaknya serius banget.” Lirik Zeera pada gadget Shean yang masih ada diatas meja.“Tadinya aku lagi mengerjakan pekerjaan yang dikirim Albert, tapi sudah selesai kok. Lalu aku teringat dengan anak kita, makanya aku lagi lihat-lihat keperluannya,
Deg-deg an, mereka berdua sedang deg-deg an didalam ruang Dokter khusus ibu hamil.“Ibu Zeera, tolong kemari,” panggil Dokter berjenis kelamin laki-laki itu.Zeera berdiri berjalan menghampiri sang Dokter, dan Shean mengikuti dari belakang.“Silahkan berbaring dulu ya.” suruh si Dokter, menepuk pelan tempat tidur khusus pasien yang tidak terlalu besar dan lebar.“Untuk apa isteri saya berbaring Dokter?” tanya Shean sinis, dia khawatir kalau isterinya kenapa-kenapa.“Kan saya mau memeriksa kehamilan isteri anda, sekaligus mengecek jenis kelaminnya.”“Apa tidak bisa duduk atau berdiri saja?”Dokter menatap Shean. Dia menghela napas mendengar pertanyaan aneh dari suami pasien.“Tidak bisalah Pak Shean. Lagipula saya tidak akan menyakiti isteri dan anak anda, cara saya sama kok seperti Dokter kehamilan pada umumnya.”“Shean, biarkan saja, memang pr
“She… Shean, perutku,”“Maafkan aku… maafkan aku Zeera.”‘Kenapa dia menangis? Dan kenapa dia ada disini?’Setelah Shean puas memeluk Zeera, dia melepas pelukannya. Ditatapnya Zeera yang masih berdiri dihadapannya. Zeera mengernyitkan dahinya.‘Darah? Dia berdarah?’Shean panik melihat darah dipakaian Zeera, dibagian rok bawahnya.“Zeera, Zeera kamu terluka, kita harus-“Tunggu, sabar dulu Shean, ini bukan darah aku kok,” Zeera menahan tangan Shean dan menenangkannya.“Bukan… darah kamu?”“Iya. Ini darah dari wanita yang korban tabrak lari tadi.”“Kenapa bisa darahnya menempel padamu?”“Aku tadi membantunya sambil menunggu mobil Ambulance datang, jadi darahnya ikut menempel. Aku kasihan padanya, apalagi kami sama-sama sedang hamil kan.” Ucap Zeera menjelask
Sudah beberapa hari Zeera datang ke perusahaan untuk makan siang bersama Shean, dan Zeera yang memasak makanannya. Zeera terus berusaha agar Shean bisa menerimanya seperti dulu, bukan karena dia kasihan padanya. Shean masih belum yakin dengan perasaannya, tapi tidak mau menyakiti perasaan Zeera. Sekarang Shean hanya melakukan tugasnya seperti layaknya suami normal.“Shean, aku keluar sebentar dulu ya,”“Kamu mau kemana? Sebentar lagi meetingnya sudah mau selesai.”“Memangnya selesainya berapa lama lagi?”“Sekitar 2 jam lagi.”“Yah, kelamaan. Aku keluar saja dulu sebentar, aku mau beli ice cream, dekat kok tokonya, diseberang kantor.”“Suruh karyawan lain saja untuk membelinya.”“Mereka sedang sibuk, kalau aku yang beli langsung, aku bisa memilih rasa dan bentuknya. Boleh ya… boleh ya?” bujuk Zeera yang ingin keluar kantor untuk membeli ice cream
“Maafkan aku,” Shean melepas tangan Zeera. Dilihatnya pergelangan tangan Zeera sudah memerah. Sekarang mereka berdiri didepan lift khusus Presdir.Zeera mengusap pelan pergelangan tangannya yang luka.“Apa kamu menangis?” tanya Shean.“Ha? Apa?” Zeera terkejut dengan pertanyaan Shean. Dia mengangkat wajahnya melihat Shean yang menatapnya dengan perasaan bersalah.‘Darimana dia tahu aku sedang menangis?’“Apa… apa itu sakit?”Zeera mencoba berpikir apa maksud pertanyaan Shean, “Tanganku? Tidak, tidak apa-apa, kan nggak sampai putus,” jawab Zeera tersenyum kecil, agar Shean tidak merasa bersalah.Ting…Pintu lift terbuka, “Ayo kita masuk.” Ajak Shean, dia tidak menarik bagian tubuh Zeera untuk masuk kedalam lift.“Hm, Shean, kita mau kemana?” tanya Zeera, mereka berdua sudah berada didalam lift, turun lantai.
“Apa yang kau lakukan??” pertanyaan yang keluar dari mulut Shean dengan tatapan sinisnya.Zeera menghentikan tangannya saat ingin membuka kotak makanan. Dia melihat Shean yang marah padanya.“Kenapa? Aku… aku hanya membawa makan siang. Aku sengaja membawa untuk kita, karena kamu sibuk pasti…Karena melihat wajah Shean yang masih kesal padanya, membuatnya diam tidak bicara.‘Apa aku melakukan kesalahan?’ ucap Zeera dalam hati.Shean berdiri, keluar dari kursi kerjanya. Berjalan kearah Zeera.“Maafkan aku, tapi… kau tidak seharusnya datang kesini membawa makan siang.” Suara Shean memelan.“Aku bisa makan siang di kantin. Kau kan sedang hamil, aku khawatir dengan kehamilanmu.” Ucapnya duduk didepan Zeera.“Aku… ingin makan siang bersamamu, makanya aku datang membawa makan siangnya.” Jawabnya memelas. Zeera tahu, Shean pasti meras
Didalam ruangan Presdir Shean Vikal Yandra… “Albert, selain dirimu, siapa lagi yang aku percayai disini?” tanya Shean menatap serius pada Albert. “Tidak ada Tuan Shean.” “Berarti semua karyawan disini tidak bisa dipercaya dan harus diganti?” “Hm… beberapa bulan yang lalu Tuan Shean sudah mengeluarkan beberapa karyawan yang jadi benalu dan yang tidak bisa bekerja dengan baik dari perusahaan ini. Tapi Tuan Shean, setiap perusahaan besar pasti akan selalu ada saja ‘Hama’ yang nyelip di benih tanaman yang kita tanam. Dan tugas anda adalah mencabut hama terus dan terus lagi.” Ujung bibir Shean terangkat, seakan dia puas dengan jawaban Albert. “Jawabanmu pintar Albert, baiklah, apa semuanya sudah disiapkan untuk meeting?” “Sudah, Tuan.” “Oke, ayo kita bertemu dengan mereka,” Shean berdiri memakai jasnya. Dia berjalan keluar dari meja kerja, menuju pintu, sedangkan Albert mengikutinya dari belakang setelah membukakan pintu unt