"Anu, Bu … itu …," Bik Jum tampak kesulitan menemukan kalimat yang tepat atas kedatangan tamu yang tidak terduga ini.Sekali lagi, gerakan Matteo yang tengah menyuapi Ameera terhenti karena sikap Bik Jum yang di luar kebiasaan.Baik Falisha dan Matteo sendiri sama-sama tahu persis kalau asisten rumah tangga yang usianya sudah cukup tinggi itu bukan tipe penghianat. Matteo sudah membuktikan hal ini karena Bik Jum telah bekerja untuknya selama bertahun-tahun.Adapun Ameera, gadis kecil ini tidak lagi memaksa Matteo untuk memberinya makan. Kepekaan Ameera terhadap lingkungannya cukup tinggi, terlebih saat ia menangkap ekspresi ganjil yang timbul di wajah sang Ibunda. Ameera tahu, ada sesuatu yang terjadi saat ini."Kenapa, Bik? Siapa yang datang? Kok mukanya nggak enak gitu?" desak Matteo ikut bertanya dengan sengaja karena melihat Bik Jum kian susah mengungkapkannya, sementara di luar sana tamu yang entah siapa sudah dibiarkan masuk.Di detik berikutnya sesudah Matteo bertanya, derap la
"Kami datang untuk kompromi.Empat kata ini mengandung banyak sekali arti dan segera menimbulkan riak di hati Falisha.Gelisah, gundah tapi juga penuh tanya menyerbu Falisha atas kalimat yang baru saja Gisella katakan.Matteo mengalihkan pandangan matanya dari keberadaan Gisella dan Matthew lalu melirik Falisha sekilas, ia ingin tahu reaksi calon istrinya itu.Ketegangan kecil bisa Matteo baca dari ekspresi wajah Falisha, wajar saja sebab wanita itu sama sekali tidak mengantisipasi kedatangan tidak terduga ini. Matteo tahu dengan pasti bahwa ia harus kembali menjadi tameng Falisha lagi hari ini."Ehm!" Matteo sengaja berdehem untuk mencairkan suasana dan memimpin pembicaraan, "Bik Jum, tolong lanjut suapi Ameera … Sha, yuk ke depan buat ngobrol dulu sama Mama Papa ya?"Dua wanita beda usia itu langsung bergerak sesuai perintah Matteo tanpa adanya bantahan. Falisha berdiri dari duduknya tanpa harus repot menyelesaikan makanannya yang masih tersisa, dia sudah kehilangan selera untuk itu
"Sial!"Refleks Bramantyo memaki saat melangkah keluar dari sebuah gedung berlantai lima. Kusut dan kusam sangat kentara terlihat pada wajah pria beranak satu tersebut.Bagaimana Bramantyo tidak memaki jika untuk yang kesekian kalinya ia ditolak perihal pekerjaan. Walaupun sudah menurunkan harga diri dan ego untuk bekerja dengan pangkat lebih rendah dari yang pernah ia lakoni sebelumnya, tetap saja Bramantyo tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.Beberapa minggu menganggur sangat terasa bagi Bramantyo, walau belum jatuh miskin tapi tetap saja keuangan yang ia miliki semakin menyusut.Pengeluaran terus menerus terjadi tanpa adanya pemasukan membuat Bramantyo dirundung frustasi yang semakin hari kian tebal., terlebih sudah lebih dari seminggu sejak Hera meninggalkannya pagi saat pertemuan keluarga itu.Hera benar-benar tidak menyisakan simpati sedikitpun pada Bramantyo, dia tidak berniat kembali meski pria itu berusaha sedemikian rupa membujuknya. Alhasil, muak dengan tingkah Bramantyo, He
Netra Bramantyo sempat melirik sekilas pop up notifikasi melalui bilah jendela pengaturan ponselnya dan belum sempat ia mencernanya lebih lanjut kepala pria itu sudah lebih dulu terangkat, yang mana menyajikan pemandangan luar biasa.Entah yang mana lebih mengejutkan Bramantyo sekarang, antara pop up notifikasi yang menyebut nama Tirta atau penampakan istri sirinya yang ada di depan mata.Dalam hitungan detik, Bramantyo telah memutuskan dengan begitu cepat. Tangkapan layar ia lakukan agar tidak kehilangan berita yang muncul pada notifikasi.Selanjutnya, Bramantyo langsung turun untuk menyongsong pemandangan yang telah mampu memanaskan hatinya dalam tempo singkat tersebut.Bagi Bramantyo, apapun yang bersangkutan dengan Falisha atau keluarga Tirta, ini bisa ditunda penerimaan informasinya sebab biar bagaimanapun wanita itu telah resmi bercerai sehingga tidak ada lagi hubungan dengannya.Namun, tidak dengan Hera. Hera Iswari masih berstatus istrinya meski hanya dinikahi secara siri. Bra
Mengepal hingga bergetar tangan Pramudya menahan amarah yang ingin meledak akibat kata-kata Bramantyo. Akan tetapi, akal sehatnya masih berjalan dan mampu menahannya agar tidak menerjang pria itu.Pramudya tahu dengan pasti jika Bramantyo ingin sekali memprovokasinya dan ia tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Sebab, Pramudya ingat sangat jelas bahwa istri Bramantyo bukan wanita muda seperti Hera tapi seorang wanita bertubuh tambun yang entah siapa namanya.Pramudya pernah sekali melihat wanita gemuk itu, di acara tahunan kantor kala itu. Semua orang yang telah menikah diwajibkan membawa pasangannya oleh pihak kantor dan Bramantyo secara ogah-ogahan karena malu pada akhirnya tetap membawa istri gemuknya.Wanita tersebut saat itu hanya setengah jam saja menghadiri acara tahunan ini dan langsung diusir pulang oleh Bramantyo sesaat setelah diperkenalkan kepada direktur perusahaan. Peristiwa ini sempat terekam di kepala Pramudya juga beberapa rekan kerjanya
“Ini lebih menakutkan daripada ngadepin Mak-mak julid yang sukanya ngegosip main keroyokan, Mat!” ucap Falisha datar sambil menghela napas panjang berkali-kali demi mengusir gundah gelisah yang kini menyerang.Oleh Falisha, ia tidak bisa mengantisipasi rasa ini karena memang hal tersebut sebenarnya normal. Bahkan rasa gugup itu melebihi saat ia bertemu dengan kedua orang tua Matteo.Bagaimana tidak Falisha merasa demikian ketika yang akan ia hadapi sebentar lagi bukan hanya orang tua kandung Matteo tapi juga keluarga besar Taslim.Benar, Matteo akhirnya secara pribadi membawa Falisha untuk mengunjungi kepala keluarga Taslim, sang Kakek Kaisar guna memenuhi panggilan yang diberikan kepadanya.Mau mengelak atau menghindar sekalipun, cepat atau lambat pertemuan ini pasti terjadi. Falisha tahu dengan sangat jelas akan hal ini, terlebih pernikahannya dan Matteo telah terdaftar di kantor sipil dan hanya tinggal menunggu pengesahan saja.Tidak h
Anggukan kepala Falisha menghangatkan hati Matteo, “Terima kasih sudah mau berjuang untukku!” ucapnya pelan lalu perlahan mengurai pegangan setelah sebelumnya terlebih dahulu memberikan remasan ringan kemudian turun dari mobil.Falisha yang tadinya masih membatu karena situasi yang menurutnya berat hingga terasa seperti ada beban berat di hatinya sekarang telah mendadak mencair. Semua karena perlakuan Matteo yang lagi-lagi mampu membuatnya seolah meleleh sangking tulusnya.Satu kalimat berisikan ucapan terima kasih itu sudah lebih dari cukup bagi Falisha. Ucapan ini lebih berharga daripada pria itu menghadiahkannya barang-barang mewah, bermerek dan tentunya mahal.Hanya dengan satu ucapan terima kasih itu, Falisha merasa lebih dihargai, merasa usahanya selama ini tidak sia-sia belaka.Tiba-tiba saja, gugup yang ada dalam diri Falisha hilang sepenuhnya dan tergantikan dengan api semangat juang yang mulai membara, perlahan tapi pasti berkobar dalam
"Karena semuanya telah berkumpul di sini … perkenalkan, Falisha Tahira Tirta, calon istri pilihanku!" ucap Matteo tegas dan penuh keyakinan pada keluarga besar Taslim.Falisha yang ikut mendengarkan kalimat Matteo ini kontan menahan napas sambil meremas kembali jemari sang Calon Suami.Falisha tidak mengira jika Matteo akan seblak-blakkan itu di kalimat dan pertemuan pertama ini. Walau demikian, Falisha mengakui jika to the points khas Matteo seperti sekarang akan menghemat banyak waktu daripada bertele-tele terlebih dahulu.Tertangkap oleh netra kecokelatan Falisha jika rahang Heri dan Yunita sempat mengeras sesaat setelah Matteo mengucapkan kalimat tersebut.Falisha sangat sadar kalau mereka semua jelas sekali menatap fisiknya. Walau telah turun sekitar lima kilogram berkat olahraga yang ia lakukan belakangan ini, bukan berarti ia serta merta terlihat kurus.Falisha sangat sadar jika fisiknya tidak banyak perubahan, masih sebesar dulu d