"Karena semuanya telah berkumpul di sini … perkenalkan, Falisha Tahira Tirta, calon istri pilihanku!" ucap Matteo tegas dan penuh keyakinan pada keluarga besar Taslim.
Falisha yang ikut mendengarkan kalimat Matteo ini kontan menahan napas sambil meremas kembali jemari sang Calon Suami.Falisha tidak mengira jika Matteo akan seblak-blakkan itu di kalimat dan pertemuan pertama ini. Walau demikian, Falisha mengakui jika to the points khas Matteo seperti sekarang akan menghemat banyak waktu daripada bertele-tele terlebih dahulu.Tertangkap oleh netra kecokelatan Falisha jika rahang Heri dan Yunita sempat mengeras sesaat setelah Matteo mengucapkan kalimat tersebut.Falisha sangat sadar kalau mereka semua jelas sekali menatap fisiknya. Walau telah turun sekitar lima kilogram berkat olahraga yang ia lakukan belakangan ini, bukan berarti ia serta merta terlihat kurus.Falisha sangat sadar jika fisiknya tidak banyak perubahan, masih sebesar dulu dFalisha nyaris tidak mampu menyembunyikan keterkejutan yang singgah di wajahnya. Meski tidak terlalu banyak yang ditampilkan, tapi mata bernetra kecoklatan itu sempat membesar sesaat.Bukan hanya Falisha saja tapi semua anggota keluarga Taslim yang lainnya termasuk juga Matteo mengalami keterkejutan yang sama.Siapapun tidak menyangka bahwa Kakek Kaisar akan bersikap seRamah ini dengan Falisha, entah alasan apa yang melatarbelakanginya … semua dari mereka hanya bisa berasumsi sendiri dan bertanya-tanya.Tidak ada yang bisa terbaca dari Kakek Kaisar selain kesannya yang cukup hangat untuk Falisha, walau begitu Matteo bisa menduga sedikit apa yang mendorong Kakek Kaisarnya berlaku demikian.Sempat membeku selama dua detik penuh tapi pada akhirnya Falisha bereaksi juga dengan memaksa diri melepaskan tautan tangannya dengan Matteo dan segera menyongsong Kakek Kaisar.Matteo kontan melakukan hal yang sama, dia berjalan membayangi Falisha dengan mengabaikan semua orang bahkan tidak melirik
Berjarak beberapa kilometer dari kediaman pribadi Kaisar Franklin Taslim, si Duda Bramantyo tengah mengeluh sekaligus meratapi nasib yang menimpa dirinya.“Pramudya brengs*k!” maki Bramantyo untuk yang kesekian kalinya hari ini, “awas aja kalau ketemu lagi, Ku tabrak aja pake mobil sampai mati! Bangs*t!” sambungnya berapi-api sambil menekan kain berbungkus es batu pada rahangnya yang memar hingga kontan ia meringis menahan sakit.Bagaimana tidak Bramantyo memaki seperti ini jikalau dialah pihak yang kalah pada sesi baku hantamnya dengan Pramudya siang tadi.Umur memang tidak bisa bohong walau keinginan hati menggebu-gebu. Bramantyo memang baru tiga puluhan tapi dia bukan tipe petarung bahkan tidak pernah secara khusus memelihara otot-otot pada tubuhnya. Terlebih Bramantyo bukan tipe petarung, meskipun semangatnya ingin melumpuhkan musuh begitu tebal.Pahit memang, tapi inilah yang harus ditelan mentah-mentah oleh Bramantyo. Pria beranak satu ini kalah telak dari Pramudya dan nyaris pi
“Sha!”Panggilan dan suara familiar yang menyapa membuat Falisha secara otomatis menoleh ke arah sumber suara. Senyum wanita ini mengembang sempurna melihat dua sosok orang dekatnya dan tangannya terangkat membalas lambaian setelah sebelumnya ia sedikit kesulitan mencari mereka di tempat yang cukup ramai tersebut.Tanpa menjeda waktu, dengan antusias Falisha menggandeng Ameera menuju ke meja yang tengah ditempati oleh Lina dan Riana.Benar, Falisha memang telah janjian dengan kedua sahabatnya ini dan disinilah dia sekarang. Tentunya atas izin dari Matteo, sang Calon Suami.Sejak pertemuan ketiganya di rumah sakit karena kecelakaan motor tempo hari dan pasca perceraian Falisha, ini pertama kalinya mereka hangout di luar lagi. Sebab, pertemuan-pertemuan mereka sebelumnya selalu dilakukan di apartemen Alton Tower.“Sorry lama!” sapa Falisha cerah dengan senyumnya yang sumringah begitu ia cukup dekat, “tadi itu nggak dibolehin keluar sama Mamat kalau nggak diantar sopir, jadi ya nungguin
Tanpa banyak berpikir dan dengan bibir yang masih melengkungkan senyum juga masih mendapatkan perhatian dua sahabatnya, Falisha meraih alat komunikasi tersebut. Di sekedip mata berikutnya, senyum Falisha memudar karena nama ‘Mama’ yang tertera di atas layar ponselnya.Lebih empat tahun Falisha tidak pernah lagi berkomunikasi dengan sang Ibunda, pertemuan terakhir mereka tempo itu adalah ketika Miranda memberitahukan Falisha bahwa ia dan Ayahnya akan pindah ke Belanda dan tidak akan pulang dalam waktu dekat. Tidak hanya Miranda, dengan sang Ayah Teddy, Falisha telah sekian tahun tidak pernah berjumpa langsung hingga nyaris delapan tahun lamanya.Falisha sendiri memang sengaja masih menyimpan nomor kontak juga foto-foto lama bersama keluarga kandungnya. Meski Teddy mengatakan putus hubungan karena perbuatan salahnya bahkan mengabaikannya bertahun-tahun, Falisha tetap tidak mampu meredam kerinduan yang terkadang membuncah.Dengan hal-hal sesederhana inilah Falisha melampiaskan rasa rindu
Berdebar keras jantung Falisha saat ini, semangat bercampur kerinduan membuncah karena panggilan yang ia terima sebelumnya dan dengan tangan yang menggandeng erat Ameera ia mempercepat langkah untuk segera keluar dari area kafe untuk menuju mobil yang diparkirkan di pinggir jalan itu.Memang, tidak ada area khusus parkir pada kafe, pun di bagian halaman depan kafe terdapat beberapa meja lengkap dengan payung pelindung. Yang mana, akibatnya para pengunjung pun meletakkan kendaraan mereka di bahu jalan. Hal yang cukup lumrah di mata Falisha sebab terbiasa dengan pemandangan ‘merakyat’ ini.Kafe harga kaki lima tapi memiliki desain bintang lima ini memang jadi favorit banyak kalangan terutama anak muda, termasuk pula lokasi yang menjadi titik kumpul tiga sekawan sehingga seringkali mereka memilih tempat tersebut.Falisha menghentikan langkah untuk sementara waktu tepat di samping pintu masuk kafe tanpa melepaskan genggamannya dengan Ameera, sebelah tangannya merogoh ponsel untuk menelpon
Bahaya, senjata dan takut. Tiga kata ini sudah lebih dari cukup untuk Matteo lepas dari fokusnya. Padahal, saat ini Matteo tengah bersama kolega kerjanya, mereka tengah mendiskusikan mega proyek bernilai triliunan rupiah.Sebenarnya, Matteo pada awalnya tidak ingin menerima panggilan dari siapapun termasuk Falisha. Biar bagaimanapun, proyek ini merupakan salah satu prioritasnya.Namun, Falisha yang menelpon nomor ponsel pribadinya di jam kerja ini adalah kejadian pertama kali. Biasanya Falisha hanya akan menelpon di luar jam kerja atau hanya mengirimkannya pesan singkat untuk komunikasi mereka.Oleh sebab itulah, perasaan ganjil yang mendorong Matteo menjeda sebentar rapat penting ini hanya untuk menerima panggilan telepon dari Falisha dengan berbagai pertimbangan yang diputuskannya cepat.Apa yang baru saja disampaikan Falisha membuat Matteo bereaksi cepat. Untuk kesekian kalinya, Falisha melesat menjadi prioritas utama dibandingkan dengan pekerjaan juga hal-hal lainnya yang tengah i
Ada kelegaan yang merebak dalam hati Falisha meskipun ketakutan masih bercokol kuat, tapi rasa itu memudar sedikit dengan kalimat-kalimat yang baru saja Matteo ucapkan kepadanya.Rasa percaya Falisha terhadap Matteo memberikan wanita itu keberanian lebih juga mempertebal keyakinan bahwa calon suaminya ini akan menepati kata-katanya.Tidak membuang waktu lebih banyak lagi, begitu panggilan telepon mereka terputus, Falisha sudah bertekad bulat melaksanakan apa yang dikatakan Matteo.Falisha tidak ingin munafik, dia jelas mengkhawatirkan kondisi Mang Eko tapi tentu keselamatan diri sendiri terlebih Ameera merupakan prioritas di atas prioritas.Falisha melirik sekilas keberadaan Mang Eko dari tempatnya berdiri sekarang, aksi saling dorong telah berlalu dan berubah jadi aksi pengeroyokan, yang mana membuat ia tegang seketika.Apa yang tengah terjadi bukan hanya menarik perhatian Falisha tapi juga beberapa orang pengunjung juga pengguna jalan yang tengah melintasi area tersebut. Namun, tida
Efek langsung dari tabrakan yang jelas-jelas disengaja itu adalah tubuh keempat penumpang mobil nyaris terjungkal ke depan jika saja tidak ada seatbelt yang membelit.Teriakan kaget merupakan refleks pertama yang keluar dari mulut keempat perempuan tersebut, Riana yang berada di posisi kemudi juga kontan menginjak rem sedalam-dalamnya agar mobil tidak melaju dan membahayakan pengguna jalan lainnya.Tidak hanya Falisha, Ameera, Lina dan Riana yang diliputi oleh ketegangan dan keterkejutan tapi juga dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka.Para pemilik kendaraan yang tengah melintas, pejalan kaki yang berada di lokasi area juga atau pengunjung kafe dan toko yang ada di tempat itu langsung memusatkan perhatian kepada ‘kecelakaan’ yang tidak terduga ini.Setelah Riana yang mengerem kuat, Falisha lah yang lebih dulu bereaksi keluar dari keterkejutannya daripada yang lain.“Jangan ada yang keluar! Rin, kunci pintunya!” seru Falisha memerintahkan dengan penuh ketegasan. Lantas, dia men