Wesss! Wesss! Blammm! Blammm!
Hebat sekali bentrokan dua tenaga dalam tingkat tinggi yang barusan terjadi. Seketika terdengar ledakan dahsyat yang bagai menggetarkan alam sekitarnya. Bahkan ranting-ranting pohon pun kontan hangus terbakar terkena sambaran angin bentrokan itu! Sementara, Peramal Maut tampak terhuyunghuyung beberapa langkah ke belakang. Kedua telapak tangannya saat ini terasa panas bukan main. Sedang Ratu Adil sendiri terpental jauh ke belakang.
Tadi, tenaga dalam yang dikerahkan hanya sebagian saja. Maka tak heran kalau gadis ini menerima akibat yang cukup lumayan. Darah segar kontan membasahi sudut-sudut bibir, pertanda gadis murid Ratu Alit dari Nusa Kambangan ini telah menderita luka dalam cukup lumayan.
"Sungguh aku tak mengerti. Hanya karena aku tak mempercayai ramalanmu kau tega hendak membunuhku, Peramal Maut?" desis Ratu Adil seraya menggeleng-geleng.
"Siapa pun juga yang tak mengakui kebenaran ramalanku berarti mati!" dengus Peram
"Hea!"Tiba-tiba Peramal Maut menghentakkan kedua telapak tangannya ke depan, membuat tubuh Ratu Adil jadi berguncang hebat. Darah segar mulai mengalir dari sudut-sudut bibirnya. Andai saja gadis ini tak menderita luka dalam akibat kelicikan Peramal Maut tadi, belum tentu ini mengalami guncangan yang demikian hebat.Meski keadaannya amat mengkhawatirkan, namun bukan berarti Ratu Adil harus menyerah begitu saja. Apa pun yang akan terjadi, tekadnya siap menghadapi pertarungan, walau selembar nyawa taruhannya.Melihat tubuh Ratu Adil makin berguncang hebat, diam-diam Peramal Maut tersenyum penuh kemenangan. Lelaki tua ini pun bertambah semangat untuk merobohkan lawannya. Maka dengan sekali menghentakkan kembali kedua telapak tangannya ke depan...."Aughhh...!"Terdengar satu jeritan amat menyayat yang diiringi terpentalnya tubuh Ratu Adil jauh ke belakang. Tampak tubuh murid Ratu Alit itu berputarputar sebentar di udara, lalu terbanting keras di tanah
Seperti pemimpinnya, ia juga memangku seorang gadis yang tampak ketakutan. Wajahnya yang cantik berbentuk lonjong pucat pasi. Matanya jelalatan ke sana kemari memperhatikan laki-laki berperangai kasar yang terus mendekapnya erat-erat. Namun dalam keadaan tertotok begitu tak mungkin si gadis bisa memberontak."Bagaimana, Ketua? Apa usulku tadi dapat diterima?" ulang lelaki bertampang bengis di samping Setan Haus Darah."Hhh...!" Setan Haus Darah mendesah, tak langsung menjawab. Rahangnya tampak mengembung dengan kedua pelipis bergerak-gerak."Tentu saja aku tak dapat melupakan penghinaan ini, Surono! Si Buta dari Sungai Ular harus mampus di tanganku. Tapi, aku juga sadar. Pemuda keparat itu bukanlah pendekar sembarangan. Meski usianya masih muda, tapi ilmunya tinggi sekali. Buktinya aku sendiri tak mampu menghentikan sepak terjangnya.""Mungkin kita harus meminta bantuan Ki Banaspati, Ketua," usul salah seorang anggota Pasukan Laskar Hijau dari belakang, s
"Syukur kalau kau masih ingat, Biang Rampok. Tapi, patut dicatat. Meski kalian mengenaliku, tetap saja aku akan membuat perhitungan dengan bajingan-bajingan kecil macam kalian. Baik ada silang sengketa secara langsung atau tidak. Kalian paham. Untuk itulah aku menghadang kalian!" sahut Pendidik Ulung, lugas."Setan alas! Kenapa jantungku jadi dagdig-dug begini? Padahal di belakang masih ada anak buahku. Hm...! Aku tak boleh gegabah. Meski ia seorang diri, aku harus tetap hati-hati...," rutuk Setan Haus Darah dalam hati."Ketua! Bagaimana ini? Apakah kita harus cepat bertindak?" bisik Surono."Hm...! Lihat saja perkembangannya nanti! Aku memang malas berbentrokkan dengan tua bangka satu ini. Tapi, kalau terpaksa, apa boleh buat," kilah Setan Haus Darah, berbisik."Hey...! Kenapa kalian malah kasak kusuk? Pasti kalian sedang menjelekkan aku. Ya! Sekarang kuminta, cepat lepaskan gadis-gadis itu! Juga, harta benda yang kalian sikat!" perintah Pendidik Ulung b
"Bagus! Tak sia-sia rupanya kau bergelar Setan Haus Darah. Ternyata kecongkakanmu ada sedikit buktinya juga. Tapi, sayang. Gelarmu sungguh tak cocok dengan sikap maupun perangaimu. Hm...! Setan Haus Darah! Sungguh satu gelar indah yang sarat akan kecongkakan...," gumam Pendidik Ulung lalu menggeleng-gelengkan kepala. Entah apa maksud gelengannya."Jahanam! Aku belum kalah, Tua Bangka Keparat! Lihat serangan!" dengus Setan Haus Darah seraya membuat beberapa gerakan dengan kedua tangannya.Selang beberapa saat kedua telapak tangan Setan Haus Darah kontan berubah jadi merah menyala hingga sampai pangkal siku. Sambil menjengekkan hidungnya sebentar, kedua telapak tangan ditarik ke belakang, lalu tiba-tiba disentakkan ke depan dengan tenaga dalam penuh."Hea!"Bersama teriakan nyaringnya, dari kedua telapak tangan Setan Haus Darah meluncur dua gulungan bola api ke depan. Tak lama kemudian, mendadak dua gulungan bola api itu mengembang, memancarkan hawa panas b
Di samping itu guratan kedua telunjuk jarinya pun agak aneh. Telunjuk jari kanan menggurat dari kanan ke kiri, sedangkan telunjuk jari kiri menggurat dari kiri ke kanan. Pada saat kedua telunjuk jari itu menyatu, saat itu pula memancarkan sinar putih berkilauan yang cepat melesat ke depan memapak kobaran api Setan Haus Darah.Classs!Laksana baja panas yang dicelupkan dalam air, sinar putih dari kedua telunjuk jari tangan Pendidik Ulung mampu mematahkan serangan Setan Haus Darah. Seketika, lidah api yang berkobar-kobar ambyar, memporak-porandakan apa saja yang ada di tempat pertarungan!Bersamaan dengan itu...."Aaa...!"Terdengar teriakan menyayat dari beberapa orang anak buah Setan Haus Darah yang tengah duduk bersemadi dan juga beberapa orang gadis hasil jarahan. Tubuh mereka terbakar hebat begitu terkena sambaran lidah api dari kedua telapak tangan Setan Haus Darah.Bukan main murkanya hati Setan Haus Darah melihat beberapa orang anak bu
Pendidik Ulung memperhatikan Arum Sari seksama. Terutama sekali pada pakaian hijau-hijaunya yang sama persis dengan yang dikenakan anggota pasukan Laskar Hijau.Arum Sari tidak langsung menjawab. Tangannya kini mengurut dada sebentar seraya mengedarkan pandangan mata ke sekeliling. Begitu pandang matanya berbentrokan dengan mayat-mayat anggota Pasukan Laskar Hijau dan beberapa orang gadis di dalam lobang yang baru digali, matanya langsung membeliak lebar."Siapakah yang telah melakukan ini semua?" Arum Sari malah balik bertanya.Pendidik Ulung makin curiga."Aku. Memangnya kenapa?" jawabnya, tandas."Lalu? Di manakah orang yang bergelar Setan Haus Darah itu, Orang Tua?""Huh...!" Pendidik Ulung mendengus. "Jadi kau mencari manusia biang rampok itu? Kau mencari ketuamu yang pongah itu?"Pendidik Ulung merasa yakin kalau gadis cantik di hadapannya adalah salah seorang anggota Pasukan Laskar Hijau."Maksudmu...?""Jangan be
Pendidik Ulung menelan ludahnya sendiri."Siapa kau sebenarnya, Cah Ayu?""Aku hanyalah seorang gadis yatim piatu. Namaku Arum Sari.""Satu nama yang indah. Tapi, benarkah kau yatim piatu?""Benar." Arum Sari mengangguk."Hm... Sekarang setelah luka dalammu sembuh, kau hendak ke mana lagi. Arum?""Sebenarnya tujuanku hanya satu. Setelah pembunuh kedua orang tuaku tewas di tangan Raja Penyihir, sekarang aku ingin sekali mencari makam kedua orang tuaku. Apakah kau tahu, di mana makam kedua orang tuaku yang bergelar Sepasang Pendekar Garuda Emas, Orang Tua?" papar Arum Sari."Apa? Jadi.... Kau putri dari Sepasang Pendekar Garuda Emas?" Pendidik Ulung kaget bukan kepalang."Benar, Orang Tua. Kenapa kau demikian kaget?""Hhhm...!" Pendidik Ulung menghela napas sebentar. "Tak kusangka hari ini aku akan bertemu putri sahabatku.""Apakah kau mengenal mendiang kedua orang tuaku, Orang Tua?" tanya Arum Sari gembira.
"Jadi, Paman," sahut Arum Sari seraya melangkah.Si gadis memang tengah gusar sekali dengan sikap Si Buta dari Sungai Ular. Dan ia merasa tak ada gunanya lagi berlama-lama di tempat itu. Hatinya terasa perih apalagi bila mengingat penolakan Si Buta dari Sungai Ular atas permintaan gurunya yang bermaksud menjodohkan dengan dirinya."Tunggu, Arum!"Si Buta dari Sungai Ular cepat menghadang langkah Arum Sari dan Pendidik Ulung. Namun gadis itu malah kian menyembunyikan wajahnya dalam-dalam."Ada apa. Arum? Kenapa kau tak menyukai kedatanganku?" cecar Si Buta dari Sungai Ular masih belum mengerti."Bocah tolol! Mana ada gadis yang suka melihat kekasihnya datang menemuinya bersama gadis lain!" tukas Pendidik Ulung.Si Buta dari Sungai Ular tercenung. Ia kini tahu maksud ucapan Pendidik Ulung, namun belum tahu bagaimana harus bersikap. Pemuda itu hanya menggaruk-garuk kepala."Jangan hanya garuk-garuk kepala, Bocah Tolol! Sekarang cepat ten
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana