Lalu perlahan-lahan pemuda dari Sungai Ular ini melangkah mendekat. Sangat perlahan karena dia mengkhawatirkan kalau-kalau Manusia Serigala justru akan melarikan diri. Tetapi orang penuh bulu itu tidak bergerak dari tempatnya. Sesekali mengeluarkan gerengan seperti tadi dengan kepala terangkat turun naik.
Berjarak lima tombak, Manggala berhenti melangkah, bersamaan dengan pandangan tajam dari Manusia Serigala ke arahnya. Dari gigi-gigi yang runcing itu mengalir air liur.
"Tak salah. Pesan itu memang ditujukan kepadaku. Dia jelas sengaja mengeluarkan gerengan seperti itu ketika muncul di Bukit Wampar Pupu karena dia tentunya mengetahui kehadiranku. Tetapi kalau memang iya, mengapa dia melarikan diri saat kukejar? Oh! Jangan-jangan, dikarenakan kehadiran Mata Dewa yang mengejarnya. Setelah itu, orang penuh bulu yang ku yakini adalah Baruna, putra dari Dewi Segala Impian dan Iblis Sesat, menyusul ku. Dan baru keluar setelah melihat kepergian Mata Dewa."
Setelah ter
Rupanya, inilah teka-teki yang ada diotak Beruang Mambang tatkala mendapati sosok Manusia Serigala dan Angin Racun Barat tak ada di tempat. Rupanya Manusia Serigala mempergunakan kesempatan selagi Beruang Mambang disibukkan dengan kehadiran Naga Selatan untuk melarikan Angin Racun Barat. Dengan agak terengah orang penuh bulu itu terus menjauh. Seperti yang dikatakan Raja Ular Baju Putih, Manusia Serigala memang mempunyai kebiasaan mendatangi Bukit Wampar Pupu pada setiap purnama ke empat dalam setiap tahun. Kalaupun sekarang dia terlambat, karena jaraknya ke Bukit Wampar Pupu cukup jauh. Kendati sikap dan sifatnya tak ubahnya seekor serigala, Manusia Serigala masih memiliki sebuah ingatan tentang masa kecilnya di Bukit Wampar Pupu. Itulah sebabnya dia selalu datang kesana. Kalaupun selalu pada purnama keempat itu hanya merupakan pilihannya belaka.Sementara itu dengan cepat Si Buta dari Sungai Ular membuka totokan pada tubuh murid Iblis Cadas Siluman ini. Gadis itu terjingkat
Dilihatnya Manusia Serigala yang tanpa disangka-sangka, berdiri tegak. Bukan hal itu yang membuat Si Buta dari Sungai Ular terkesiap. Tetapi tatkala melihat Manusia Serigala bergerak seperti orang sedang membuka baju. Pikiran yang mendadak singgah di benak Si Buta dari Sungai Ular menjadi kenyataan. Karena orang itu memang membuka bulu-bulu tebal yang melingkupi seluruh tubuhnya! Untuk sesaat Si Buta dari Sungai Ular tergugu dengan pandangan terbeliak tak percaya."Astaga! Rahasia apa lagi yang ada pada orang aneh ini? Benar-benar mengejutkan! Jadi bulu-bulu tebal itu hanya lapisan belaka? Tentunya dibuat dari kulit serigala yang mati. Gila! Aku tidak tahu bagaimana caranya bisa dibuat pakaian? Entah siapa yang membuatnya?"Manusia Serigala yang ternyata hanya mengenakan pakaian terbuat dari kulit serigala yang menutupi semua tubuhnya, kini dalam keadaan hanya mengenakan cawat yang dibuat dari serat kayu. Dadanya bidang dipenuhi otot-otot yang keras. Di lehernya tergan
Tak ada sahutan apa-apa. Dengan berhati-hati Manggala mulai membuat api lagi. Tetapi begitu api itu menyala, kembali Manusia Serigala menerjang memadamkannya. Bahkan tangan kanannya yang penuh cakar bergerak ke wajah Manggala.Serangan semacam itu bukan serangan yang menakutkan karena dengan mudahnya Manggala menghindari hanya dengan menarik kepalanya ke belakang. Tetapi yang membuatnya tak enak, karena Manusia Serigala bersikap memusuhinya.Lalu dengan kesabaran yang luar biasa Si Buta dari Sungai Ular menerangkan kembali tentang api itu. Sampai berulang-ulang. Hingga yang keenam kali dia menyalakan api, barulah kelihatan Manusia Serigala mengerti kendati dia surut dengan kepala merapat di tanah dan pinggul meninggi.“Tidak apa-apa. Mungkin daging kelinci mentah lebih enak untukmu. Tetapi ingat, kau anak manusia. Kau tak berbeda dengan diriku. Kau harus membiasakan diri untuk memakan daging yang telah dimasak. Bukan dengan memakan daging-daging mentah sep
"Kampret! Kalau kau mau menyengatku bilang-bilang! Biar kuhancurkan nanti!" Lalu dengan gerakan aneh dia menggerakkan tangan kanannya di depan dada. "Heiiit! Mau mukul ya? Ayo, maju! Sini maju! Hehehe... kenapa kau terdiam? Kau takut, ya? Kau takut!" Kalau tadi orang yang mengenakan ikat pinggang warna merah kehitaman dan di pinggangnya tercantel sebanyak sepuluh buah pundi marah-marah tak karuan, kini sambil tertawa dia mengangkat tangan kanannya yang memegang sebuah pundi. Lalu dia soronngkan ke mulutnya.Seketika terdengar suara yang bikin orang mau muntah.Gluk... gluk... gluk....Rupanya di dalam pundi itu berisi arak putih yang berbau menyengat dan bertumpahan di mulut dan tubuhnya yang gemuk. Lalu dengan enaknya orang bertubuh gemuk luar biasa ini mengusap mulutnya dengan punggung tangan kiri."Lega... nyaman... nikmat... dan menyegarkan...." Seperti baru menyadari kehadiran Dewi Pedang yang memperhatikan dengan kening berkerut, orang berwajah bula
Lalu sambil mundur tiga langkah karena tak tahan mencium aroma arak yang sangat memuakkan itu, si nenek berkata dengan pandangan menyipit; "Raja Arak... harap lanjutkan perjalananmu dan nikmati arak-arak keparatmu itu!""Kurang ajar!" bentak si gemuk keras dengan tubuh yang tetap limbung seraya menyemburkan arak-arak yang masih ada dalam mulutnya.Wrrrrr!Bagai butiran batu panas, arak-arak itu menghantam tanah di sebelah kanannya yang seketika membentuk lubang kecil-kecil dan mengeluarkan asap. Si nenek berkonde menggeram dalam hati diiringi pandangan takjub, "Setan betul! Tak salah dugaanku kalau lubang-lubang kecil yang ada di pohon tadi dan mengeluarkan asap, hasil dari semburan orang bertubuh gemuk ini!"Lalu dilihatnya orang di hadapannya sambil mendekap pundi araknya di dada seperti sebuah benda yang sangat berharga dan disayanginya, mengeluarkan suara keras, "Enaknya kau mengatakan arak-arakku ini arak keparat! Bicara sekali lagi, ku sobek mulutmu
Dengan menggerutu gadis berpakaian warna merah muda dengan sebuah kalung bermatakan berlian melingkar di kepalanya mengikuti ke mana perginya Dewa Pemarah. Yang menjengkelkannya, justru Dewa Pemarah kembali ke Hutan Seratus Kematian. Lebih jengkel lagi tatkala di Hutan Seratus Kematian Dewa Pemarah menghentikan langkahnya sambil memandang ke atas."Kek! Percuma kau berusaha untuk melihat bayangan raksasa aneh itu! Pohon di hutan ini sangat lebat!" gerutu Dewi Berlian agak jengkel.Dewa Pemarah tak menghiraukan gerutuan si gadis. Dia terus berkelebat seraya berusaha melihat bayangan raksasa yang membawa sebuah keranda. Tetapi sudah tentu, apa yang ingin dilihatnya tak bisa ditangkap oleh mata. Di samping jajaran pepohonan di Hutan Seratus Kematian yang tinggi dan berdaun lebat, juga kecepatan bayangan itu sendiri yang tak mungkin bisa diikuti.Dan tanpa sadar mereka telah melewati Hutan Seratus Kematian menuju timur laut. Di sebuah tempat yang agak terbuka, lelak
"Sinting!" maki Dewa Berlian keras. Diliriknya Dewa Pemarah yang nampak tak acuh saja."Ayolah! Katakan saja bila kau menginginkannya! Percayalah, aku bersedia melakukannya untukmu!"Tak tahan mendengar ucapan si pemuda berpakaian merah menyala yang membuatnya muak, segera saja Dewi Berlian mengibaskan tangan kanannya.Wussss!Menghampar sinar berkilauan ke arah si pemuda yang masih tertawa. Namun entah apa yang terjadi, mendadak saja sinar berkilauan itu tertahan dan menimbulkan suara letupan yang keras. Sementara sosok si pemuda berpakaian merah masih nangkring di batang pohon semula."Keparat! Siapa pemuda ini sebenarnya? Pukulan 'Pusaran Kilau Berlian' begitu mudah dihalau tanpa terlihat bagaimana dia melakukannya?" batin Dewi Berlian agak bergetar. Lalu dengan kedua tangan dikepal dan bermaksud hendak memberi pelajaran pada pemuda berpakaian merah, Dewi Berlian lipat gandakan tenaga dalamnya. Dengan diiringi teriakan keras, dia menggerakkan ke
"Gadis manis.... Aku telah turun sekarang. Dan tentunya kau senang bukan karena hidup Lelaki tua bau tanah itu akan kuakhiri hingga kau tak akan selalu sewot dan terganggu di dekatnya. Yang terpenting lagi, kau dan Lelaki tua itu tak akan bisa meninggalkan tempat ini sebelum berurusan denganku! Bagaimana? Kau sudah mau mengatakan, kalau kau membutuhkan bantuanku untuk menyingkirkan orang tua jelek itu!"Membesi wajah Dewi Berlian mendapati kata-kata yang membuatnya bertambah muak. Diam-diam disadarinya kalau pemuda berpakaian merah yang mendadak saja muncul di saat dia dan Dewa Pemarah hendak meninggalkan tempat itu, bukan orang sembarangan. Dua kali dia menyerangnya, namun serangan-serangannya itu dengan mudah dapat dihalau oleh si pemuda. Dan yang cukup mengherankannya, karena sikap. Dewa Pemarah seolah tak mau ambil pusing dengan ejekan dan sikap memuakkan dari Pangeran Merah. Lelaki tua berkuncir itu justru mengajak Dewi Berlian berlalu dari sana. Tetapi Dewi Berlian meli
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana